Bercinta dengannya 21+

1009 Words
Harap ini adegan vulgar... buat yang belum di bawah umur, tidak membaca, terima kasih :) **** Pagi hari adalah kegiatan yang paling dibenci oleh para manusia di bumi ini, apalagi bekerja, kuliah, sekolah. Polusi kepadatan jalan raya di mana – mana penuhi oleh asap berknalpot, mobil, mobil truk, sampai lampu merah yang lama berganti lampu hijau. Nata baru saja selesai menyegarkan tubuhnya dengan air dingin ada di rumah besar bertingkat dua setengah lantai itu. Telah memakai baju untuk berangkat kuliah pagi ini. Kuliah semester tiga, bukan perkuliahan seperti anak sekolah pada umumnya. Ia mengambil jurusan manajemen di salah satu Kota Jakarta, lokasinya tidak jauh dari tempat perusahaan milik Nugroho tersebut. Setiap hari, diantar-jemput oleh Andre—abangnya. Memang sudah kewajiban dia menjaga adik tersayang dan tercintanya. Diam-diam bukan berarti Andreas tidak menyukai sikapnya. Nata membuka pintu kamar Andre, posisi Andre, tetap terlihat berantakan. Dipungut baju, bantal, segala majalahnya yang berserakan dimana-mana. Andre menyukai majalah  dewasa. Andre adalah tipe cowok penuh menggairahkan, bahwa para kaum hawa menyukainya. Jadi model dewasa juga pernah untuk Andre. "Bang, bangun!" Nata membangunkan Abangnya dalam keadaan posisi tengkurap. Andre melenguh tanpa bergerak sedikit pun. Nata telah merapikan semua barang yang berantakan tersebut. "Bang, bangun! Sudah jam berapa, nih!" cecarnya makin sebal kepada Abangnya yang tidak lekas bangun. Andre memutarkan tubuhnya memeluk bantal di atas wajahnya yang super berantakan itu. Natasha mendengus kesal, andai saja Andre bukan abangnya yang ia sayangi dan cintai, mungkin ia akan melakukan dengan cara kasar yaitu air panas atau cabai merah dimasukkan ke mulutnya. "Bang, please, deh! Bangun, sudah terlambat ke kampus, nih! Om Robert sudah menunggu! Mau sampai kapan, sih, begini terus!" Natasha kembali mengomeli Andre. Pada kenyataan, Andreas pun bangun dari mimpi basahnya, dengan posisi terduduk rambut berantakan seperti rambut sapu kusut. Wajah berminyak, semrawut, masih tidak ada bedanya tubuh berotot berbentuk kotak-kotak kardus segi empat roti bantal tercetak di depannya. "Sudah jam berapa, Nat, Hoaamm!" Andreas bertanya sambil menguap. "Jam delapan lewat lima belas menit kurang sepuluh detik," jawabnya. Andreas pun turun dari kasur ukuran besar yang berantakan itu. Nata bisanya mendengus sebal harus merapikan kembali. Sorot kedua matanya tertuju pada noda basah di kain putih milik Andreas. "Ini apa, Bang?" tanyanya, sebelum Andreas keburu masuk dalam kamar mandi. Dia menoleh mengikuti petunjuk ujung jari dari Nata itu. Sebuah bentuk bulat melingkar di kain putih kasurnya. "Elu pipis di celana, ya?" tebak Nata. "Enggak! Habis mimpi enak-enak," jawabnya kemudian masuk ke kamar mandi. Nata mengedik bahu terpaksa ia menggantikan yang baru. ••••• Satu jam kemudian, Andre dan Nata menyusul ke meja makan. Robert berangkat lebih awal. Di rumah sebesar ini dilakukan sendiri-sendiri, belajar kemandirian adalah utama bagi keluarga Nugroho. "Sudah jam sembilan lewat sepuluh menit, mampus gue, terlambat masuk lagi. Abang ke kamar mandi ngapain saja, sih?! Lama amat mandinya!" Ngomel Nata cepat-cepat menggigit sepotong roti di mulut. "Macam enggak tahu saja, elu. Ya, BAB dulu terus mengkhayal yang enak-enak," ucapnya santai dengan gigitan roti terakhir di mulutnya. "Enak-enak apaan? Jangan terlalu mengada-ada pikiran aneh, deh, Bang!" "Biasa mengkhayal naena! Masa elu enggak pernah dengar naena, sih? Apa perlu Abang ajari," usilnya menggodai adiknya sendiri. "Huss... Enak saja!" Jadi malu sendiri si Nata. Andre cekikian saat melihat wajah Adiknya menunduk karena malu, malu tapi penasaran. "Kalau mau, gue bisa ajari, malahan bisa mimpi basah sekalian." Nata mendelik matanya lebar-lebar, apa maksud perkataan Abangnya itu. Dalam perjalanan menuju kampus, Nata masih memikirkan maksud dari Abangnya beberapa menit yang lalu. Andre sedang menikmati lagu Alan Walker – Faded. "Maksudnya kata Abang tadi, apa? Gue cari di Google enggak ketemu." Makin penasaran untuk Nata. "Ya, ampun, Nata, Nata, elu bego, apa, tolol, sih! Tentu enggak ada dong. Kalau pun mau tahu dan penasaran banget. Gue bisa ajari elu, tapi, syaratnya hanya sama gue. Dijamin enak deh." Kesempatan emas tidak boleh dilewatkan ~ tuturnya dalam hati. Nata masih menimbang-imbang kata demi kata dari Andre. Melirik sebentar tentu dibalas oleh Andreas juga. "Ya sudah, boleh deh, tapi sakit, enggak?" ragu pertama untuknya. "Sakit sih ada, tapi, akan nikmat setelah sering lakuin," jawab Andre mulai memutar mobilnya kembali ke rumah. ••••• Kini telah berada di kamar Andreas, Nata terpaksa bolos satu hari kuliah, karena terlalu penasaran dengan ucapan Abangnya itu. Mulailah reaksi polosnya yang lugu itu. Andre memeluk tubuh adik perempuannya dari belakang. "Jangan gugup," bisik Andre. "Kayak mana tidak gugup, Bang! Kalau Om Robert tiba-tiba pulang ke rumah, bagaimana?" balasnya. "Dia enggak akan pulang secepat itu, banyak pekerjaan di kantor." Posisi mereka berdua saling berhadapan, bertahun-tahun menunggu momen ini akhirnya dapat melakukan hubungan dengan saudara  perempuannya. Memang benar, Nata tidak mirip dengannya. Walaupun hubungan darah berbeda ataupun sama. Tidak mempengaruhi Andre untuk melakukan hubungan terlarang ini. "Elu sudah siap?" tanyanya, Nata mengangguk dua kali. Dia lebih dulu mencium bibir merah merona miliknya, Nata tidak memberi balasan apa pun. Jari-jari Andre mulai menjelajahi seluruh tubuhnya. Nata menikmati ciuman itu sangat lembut. Andre mengangkat tubuhnya, dibaringkan atas kasur yang telah rapi. Ciuman panas masih berlanjut, dia kini mencari sesuatu di balik penutup dua lapis itu. Napas Nata hampir kehabisan, Andre melepaskan ciuman itu kemudian biarkan dia menghirup oksigen. Napasnya terdengar oleh Andreas, benar seksi suara napas desahan itu. Andre dapat melihat wajah merah merona tengah memejam mata menikmati tusukan jari bagian miliknya. "Hemm... sakit!" lenguh terputus-putus, mengernyit alis meratapi wajah abangnya benar tampan dan seksi. Andre terus memasukkan lebih dari satu jari, pinggulnya naik turun menikmati sensasi dari Abangnya. Merasa tidak bebas melakukan dihalangi oleh penutup, dia pun melepaskan semua celana luar dan dalam. Kedua bola mata Andre terbuka lebar sempurna, merah merona. Nata menggigit bibir bawahnya merasa malu. "Hem... Bang...," suara Natasha lemah itu, "Ya! Bagaimana?" tanya Andre "Enak, Bang!" "Ini masih jari, loh, Nat! Belum milikku," bisiknya. Nata tidak mendengar sepertinya dia tuli terlalu nikmat sehingga tanpa disadari sesuatu hangat dan basah di dalam. Suara aneh dan licin ketika jari Andre semakin cepat keluar masuk pada lubang miliknya. "Enak, Bang!" "Ini masih jari, loh, Nat!" bisiknya. Nata tidak mendengar sepertinya dia tuli terlalu nikmat sehingga tanpa di sadari sesuatu hangat dan basah keluar. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD