Bab 10

1167 Words

Pagi itu, Alya duduk di meja makan sambil menatap secangkir teh hangat yang sudah hampir dingin. Matanya kosong, pikirannya melayang entah ke mana. Bima baru saja berangkat kerja tanpa sempat sarapan, seperti biasa, hanya meninggalkan aroma parfum yang samar. Alya menghela napas. Rumah yang dulu terasa hangat, kini sepi bagai rumah kosong. Suara jam dinding pun terdengar terlalu nyaring, membuat hatinya semakin gelisah. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan diri, tapi bayangan wajah Arga selalu saja muncul—senyumnya, tatapannya, malam itu… Bel pintu tiba-tiba berbunyi. Alya tersentak, buru-buru menyeka keringat dingin di pelipisnya. Ia melangkah ke pintu, membuka dengan hati-hati. “Nadira?” suaranya tercekat. Ipar perempuannya itu berdiri di depan pintu, membawa kotak makanan. Senyu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD