Malam bergulir tanpa jeda, seakan waktu sengaja mempermainkan Alya. Tidurnya sekarang mnjdai singkat, terganggu oleh tangisan Adrian yang beberapa kali terbangun, sementara pikirannya sendiri tak henti berputar. Setiap kali memejamkan mata, wajah Nadira selalu muncul, penuh luka dan amarah. Kata-kata yang diucapkan iparnya tadi siang menusuk hingga ke tulang, membuat Alya ingin menghilang dari dunia. Saat matahari mulai naik, rumah itu terasa asing. Sunyi, dingin, dan kosong. Bima belum pulang, entah karena kesibukan kantor atau memang sengaja menjauh. Sementara Arga juga tak terlihat sejak Nadira meninggalkan rumah. Alya berdiri di depan jendela, memeluk tubuhnya sendiri, berusaha mencari sedikit rasa hangat yang entah ke mana perginya. Suara ketukan pelan membuatnya menoleh. Arga berdi

