Tulusnya Cinta Aira

Kota Mesir menjadi tanah kelahirannya dan tempat tinggalnya, disinilah ia dilahirkan oleh sang Ibu dan dibesarkan oleh sang Ayah hanya seorang diri. Ibunya telah lama meninggal ketika ia lahir didunia ini, namun Ayahnya tak pernah membenci dan menyalahkannya atas kematian sang Ibu. Ayahnya begitu menyayangi dan memanjakannya hingga kini ia tumbuh menjadi wanita dewasa yang sangat cantik. Namanya Humaira Zaina Azizah, Ayahnya memberikannya nama seperti itu karena berpikir bahwa wajahnya mirip dengan Aisyah istri rasulullah yang memiliki kulit putih bersih hingga rona merah dipipinya terlihat kemerah-merahan ketika ia tertawa. Ayahnya tak pernah menikah lagi hingga kini, padahal ia tak melarang Ayahnya jika ingin kembali menjalin hubungan kasih dengan wanita selain Ibunya. Namun jawaban dari sang Ayah membuatnya kagum dan kelak ingin mendapatkan suami seperti Ayahnya yang mencintai istrinya hingga nanti surga yang akan mempertemukan mereka, sungguh besar cinta Ayahnya kepada sang Ibu. Ayahnya memilih menetap di kota ini, kota kelahirannya sekaligus kelahiran Ibunya. Ayahnya yang merupakan orang Indonesia asli awal mulanya tengah melakukan perjalanan bisnis hingga tak sengaja bertemu dengan Ibunya dan akhirnya mereka menikah dan memilih menetap disini, usaha sang Ayah yang berada di Indonesia dialihkan oleh semua orang kepercayaannya. Ayahnya hanya beberapa kali pergi kesana sekedar mengecek bagaimana perkembangan perusahaannya, selebihnya ia lebih memilih mengurus usahanya yang ada di Kairo. Samar-samar ia mendengar dari ruang tamu Ayahnya tengah berbicara dengan seseorang menggunakan bahasa Indonesia, ia yakin tamu sang Ayah berasal dari Indonesia karena tak jarang Ayahnya kedatangan tamu dari negeri itu yang merupakan sahabatnya. Aira berinisiatif membuatkan tamu Ayahnya minuman, dua cangkir kopi susu ia buat. Ia meraih hijab instannya dan memakainya cepat, kakinya yang jenjang melangkah menuju ruang tamu. Pandangannya menunduk ketika ia menaruh dua cangkir itu diatas meja, ia tak berani menatap tamu Ayahnya karena ia sempat melirik sekilas bahwa tamu sang Ayah masih muda. Ia hanya berusaha menjaga pandangannya dari lawan jenisnya, takut jika nafsu setan hadir diantaranya. "Aira, sini Nak..." Ayah Aira menyuruh Aira duduk disampingnya. "Aira kenalkan ini Fahri salah satu anak sahabat Ayah yang ada di Indonesia, Fahri kenalkan ini Aira putriku satu-satunya." Aira menengadahkan wajahnya, pandangannya bertemu dengan manik mata hitam gelap itu. Tatapannya setajam silet, wajahnya terlihat datar dan dingin. Tak ada senyum ramah menghiasi sudut bibirnya, namun herannya jantungnya berdebar ketika mata itu menatapnya balik. "Aira.." Aira menangkupkan kedua tangannya membuat pria yang bernama Fahri itu mengangguk. "A-Aira pamit kedalam ya Ayah?" Tanpa menunggu jawaban, Aira pergi dengan tergesa-gesa. Aira memegang dadanya yang berdebar dengan kencang, ada apa dengan dirinya? Apakah dia sakit jantung? Selama kurang lebih dua puluh tiga tahun ia hidup didunia ia tak pernah merasakan kegugupan seperti ini.