Felica duduk di bebatuan menikmati keindahan alam yang berada di pulau itu. Ditemani Marcus yang berdiri tidak jauh dari wanita bersurai merah itu. Marcus memainkan flute yang ia bawa, begitu menghanyutkan sampai Felica tidak memikirkan hal lain, selain nada yang keluar dari flute milik Marcus. "Marcus, kemarilah." Marcus mendekat lalu duduk di sebelah Felica, Felica menoleh dan tersenyum ke arah Marcus. "Sejak kapan Cancri mencintaiku?" tanya Felica, Marcus sedikit melirik lalu tersenyum. "Sudah sangat lama, mungkin saat anak itu berusia dua tahun. Memendam perasaan selama tiga puluh tahun, aku rasa ia sudah mencapai batas maksimal menahan perasaan itu." "Mengapa kalian tidak menghentikannya?" "Kebahagiaan Cancri adalah yang utama untuk kami. Nyonya, apa kau menyesal?" Felica terdi

