When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Maaf, Nona Michelle. Pak Jason sedang menghadiri rapat virtual. Mohon menunggu di ruang tunggu." Ucapan Alan sontak membuat wajah Michelle memerah. "Siapa kamu berani membuat aku menunggu di ruang tunggu? Aku bisa menunggunya dengan tenang di dalam. Jangan halangi aku untuk masuk!!" Alan tetap memasang wajah polos tanpa ekspresi. Tubuhnya berdiri tegak di depan pintu ruangan Jason. Tidak bergerak sedikitpun apalagi bergeser. "Sekali lagi, mohon maaf, Nona Michelle. Mohon kerjasamanya agar situasi rapat di dalam tetap kondusif." "Kamu! Awas saja!!" Michelle menghentakkan kakinya, lalu pergi ke ruang tunggu di sebelah. Alam akhirnya bisa bernafas dengan lega. Dalam hati, sebenarnya dia agak takut. Bagaimanapun juga, Michelle ini memiliki hubungan yang baik dengan ibu atasannya. Meskip