Part-3

686 Words
Alan dan Putri masih bergumul di atas ranjang. Sudah hampir tiga jam berlalu. Namun, Alan seolah tidak merasa bosan, tidak seperti biasanya. Tentu saja, hal itu karena Putri sudah melakukan beberapa treatment pada tubuhnya. Ia mendapat saran dari temannya, bagaimana agar suami betah di rumah. Tentu saja Putri tidak sampai menceritakan kehidupan rumah tangganya. Dan ya, hasilnya cukup memuaskan. Bahkan Putri kini lebih berani, lebih agresif dari biasanya. Ia berpikir, wanita lain saja yang bukan siapa-siapa bisa bersikap agresif, kenapa dirinya tidak melakukannya?! Putri masih menguasai permainan mereka. Alan tak hentinya tersenyum puas atas apa yang Putri lakukan. Usai mendapatkan pelepasan mereka, napas mereka masih memburu. Tubuh Putri masih berada di atas tubuh Alan. Dengan gerakan s*****l, jemari Putri bermain di d**a bidang Alan. "Belum lelah?" tanya Alan. Putri menggeleng. "Adakah yang sudah kamu makan atau minum? Tumben kamu bisa seliar ini?" "Mas nggak suka?" "Suka. Sangat suka. Kamu terlihat berbeda. Kamu terlihat lebih seksi." Pipi Putri merona mendapat pujian dari suaminya. "Mas beneran, tidak ada lagi pekerjaan di kantor?" "Ada. Tapi bisa dikerjakan besok. Mau mandi? Aku belum puas mengeksplor tubuhmu. Aku ingin kamu lebih liar lagi." "v****r sekali bicaramu, Mas." Putri mencubit pinggang Alan pelan. "Aw! Kita ubah hubungan kita. Kamu tahu? Inilah yang aku mau. Aku lebih suka kamu yang seperti ini. Tapi ingat, hanya untukku! Hanya di depanku!" Ingin sekali Putri mengatakan, bahwa ia juga ingin Alan bersikap manis hanya di depannya. Namun ia urungkan. Putri tidak ingin merusak suasana hangat yang sudah berhasil ia ciptakan. Apa pun akan ia lakukan. Ia akan mempertahankan suaminya. Meskipun berarti ia harus bisa merubah karakter dirinya. Alan menggendong Putri menuju kamar mandi. Dan lagi, satu dakian berhasil mereka capai. *** Di dalam laci nakas, ponsel Alan terus berkedip. Sejak sampai di rumah, suami dari Putri itu melupakan ponselnya. Ia terbius pada perlakuan sang istri. Hingga akhirnya lupa, jika ada seseorang yang sedang menunggunya. Putri yang selesai lebih dulu, akhirnya keluar dari kamar mandi. Memang, untuk ukuran lelaki, Alan orang yang mandinya cukup memakan waktu. Dengan menggunakan kimono, juga handuk yang melingkari kepalanya, Putri berjalan ke arah nakas, di mana tadi ia melihat Alan menaruh ponselnya. Wanita itu melihat ke arah pintu kamar mandi, suara gemericik air masih terdengar. Aman. Ia membuka laci nakas. Benar saja, ada beberapa pesan juga panggilan tak terjawab di sana. Saat ponsel Alan sedang berada di tanggannya, ponsel itu kembali menyala. Tanda ada panggilan masuk. Nama "My Luna" tertera jelas di sana. Kemudian Putri menonaktifkan ponsel Alan. Lalu meletakkannya lagi ke dalam laci nakas. Pintu kamar mandi terbuka, Putri menghampiri Alan. Dipeluknya tubuh t*******g Alan yang hanya menggunakan handuk hingga pinggangnya. Alan membalas pelukan Putri. Bibir Alan melengkung, begitu melihat banyak tanda di leher Putri. "Ini apa?" tanya Alan, pura-pura polos. "Apa coba?" "Bukti gairahku." "Oh, ya?" Alan mengangguk. "Kenapa setelah dua tahun, kamu baru seperti ini?" "Entahlah. Apa buat Mas, ini sangat penting?" "Tentu saja. Setelah lelah dengan pekerjaanku, aku butuh refreshing. Dan kamu tahu, cukup dengan perlakuanmu yang seperti tadi, sudah cukup membuat pria sepertiku kembali bersemangat." "Kenapa Mas tidak mengatakannya?" "Karena yang aku tahu, kamu wanita pendiam. Aku saja masih belum percaya kalau tadi itu beneran kamu." "Butuh bukti lagi?" "Tentu sa-- hmmmppt." Belum selesai Alan mengucapkan kalimatnya, Putri sudah membungkam kembali bibir Alan. Lagi-lagi hasrat membakar tubuh mereka. *** Waktu benar-benar Alan dan Putri habiskan di atas ranjang. Entah sudah berapa kali mereka mencapai pelepasan. Entah sudah gaya apa saja yang mereka praktikkan. Yang mereka tahu, mereka belum juga merasa puas. Namun, perut mereka sudah memanggil untuk minta diisi. Akhirnya, setelah mereka berpakaian mereka keluar kamar untuk mengisi perut. "Aku memanaskan masakanku dulu." "Silakan." Alan dan Putri memang tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Semua pekerjaan rumah, Putri lakukan sendiri. Saat Putri sedang memanaskan masakannya, Alan teringat akan ponselnya. Kemudian, Alan kembali ke kamarnya untuk mengambil benda itu. "Ck. Mati." Alan menyambungkan ponselnya ke kabel charger yang berada di sudut kamarnya. Setelah ponsel menyala, banyak notifikasi masuk ke sana. Tanpa memikirkan apa pun lagi, Alan berlari keluar kamar, setelah ia menemukan kunci mobilnya. "Mas mau ke mana?" bahkan pertanyaan Putri pun tak Alan hiraukan sama sekali. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD