Ari berdecak lirih. "Jangan resahkan harganya, apa sih yang nggak buat kamu." Marisa mencebikan bibir. "Berarti sukses dong MP-nya?" Marisa hanya tersenyum. Tentu urusan ranjang tidak perlu dibahas dengan sahabatnya. Secara otodidak mereka pasti bisa melaluinya sendiri. Itu kodrat dan naluri alamiah milik insan dewasa. Ari juga tidak perlu diberitahu, kalau dirinya belum sempat memakai kado dari sahabatnya itu. "Jadi sekarang kamu akan tetanggaan dengan gadis yang hendak dijodohkan dengan suamimu?" tanya Ari mengalihkan topik percakapan. "Ya. Rumahnya dengan rumah Mas Aksa hanya berjarak tujuh rumah kalau nggak salah. Deket kok." Marisa juga menceritakan tentang pertemuan tak sengaja dengan Hafsah tadi pagi. "Mungkin dia pangling karena aku memakai jilbab sekarang." "Positif thi

