"Kim, wake up" mr. John menepuk pelan pipi Kimberly untuk membangunkannya. Ia membopong tubuh Kimberly keluar dari sungai dan membawanya kembali ke rumah kayu. Bu Asih yang melihat hal itu segera berlari ke arah suaminya, ia menatap wajah Kimberly yang pucat.
"Pingsan lagi?"
Mr. John mengangguk dan membawa Kimberly masuk, ia meminta istrinya mengganti pakaian Kimberly yang basah, ia tahu ini akan sulit bagi Kimberly, karena mendapatkan kekuatan baru untuk menyerang itu akan sangat sulit, apalagi bagi white witched seperti Kimberly, harus dengan tekad kuat dan pantang menyerah.
"Apakah mungkin Kimberly bisa mendapatkan kekuatan itu?"
"Dengan tekad kuatnya, dia pasti bisa"
"Bagaimana jika dia menyerah?"
"Aku belum berfikir kemungkinan itu sayang, yang terpenting tugasku adalah melindunginya seperti Isla melindungi kita"
"Kamu benar honey, kita akan melindunginya sekuat tenaga kita"
"Kita coba besok lagi sampai ia bosan pingsan dan menyerah, tapi aku yakin gadis ini pantang menyerah. Seperti Isla"
"Kamu benar, buah jatuh tak akan jauh dari pohonnya"
Keesokan harinya Kimberly mencoba lagi namun hasilnya tetap sama, ia berakhir dengan tak sadarkan sampai hari ke 10, tinggal 4 hari lagi dan Kimberly pesimis akan berhasil.
Kimberly duduk di teras rumah kayu, ia lihat sinar bulan bersinar sangat terang dan itu hal aneh bagi Kimberly, telinganya seperti mendengar suara suara, suara seperti memanggil dirinya.
"Kim...... Kemari... Datanglah.... "
Kimberly memperjelas pendengarannya, tapi ia tak mendengar lagi suara itu, ia beranjak dari duduknya akan masuk untuk istirahat karena hari sudah malam namun saat akan masuk ia mendengar suara suara lagi yang memanggilnya.
"Kim... Ikut aku..... " Kimberly melihat bayangan dibalik pohon. Ia akan melangkah mengikuti bayangan itu tapi ia ragu, namun kakinya tetap berjalan mengikuti bayangan itu yang terus berkelebat diantara pepohonan hingga sampai di tepi sungai dimana ia tadi siang pingsan lagi, air sungai berkilauan terkena sinar bulan. Bayangan itu hilang dibalik air terjun dimana ia biasa meditasi, entah apa yang ada difikirankan Kimberly hingga perlahan ia melangkah memasuki sungai dan mendekati air terjun, tubuhnya sudah basah karena terkena air terjun, udara malam makin membuat Kimberly kedinginan.
Ia hanya diam menatap air terjun, ia ulurkan tangannya menyentuh air terjun itu, tubuh Kimberly bergetar seperti tersengat listrik, ia merasa tubuhnya terlempar ke dimensi lain. Ia lihat dirinya sudah tidak berada di air terjun lagi tapi tempat penuh cahaya terang, Kimberly menyipitkan matanya menyesuaikan dengan cahaya yang menyilaukan mata. Ia melihat bajunya bukan yang ia pakai tapi ia memakai pakaian putih, ia berputar namun yang ada hanya cahaya putih menyilaukan tak ada hal lain. Kimberly melangkah mengikuti kakinya kemana berjalan, ia kemudian keluar dari cahaya putih terang itu dan berada di sebuah ruangan, ruangan seperti aula istana raja zaman dahulu.
"Aku dimana?" gumamnya pelan, ia melihat ke sekelilingnya dan ia tak melihat siapapun.
"Selamat datang di istanaku"
Kimberly terjingkat karena tiba tiba di singgasana duduk seseorang dengan pakaian yang sangat indah, ia menebak jika pria itu adalah raja di tempat ini. Ia berjalan mendekat, entah kenapa tidak ada rasa takut sedikitpun dihatinya.
"Your Majesty....." Kimberly menyapa dengan hormat dan menundukkan kepala, ia merasa harus melakukan itu.
"Bagus.... Kamu punya sopan santun wanita Indonesia walau kamu baru tinggal di Indonesia, aku salut"
"Bagaimana anda tahu?"
"Aku selalu tahu apapun Kim, papamu, mamamu, kakekmu, kakek moyangmu"
"Kakek moyang??"
"Benar kakek moyang dari papa dan mamamu."
Kimberly menatap tak percaya akan ucapan raja itu tapi ia hanya diam saja, semua ini tak masuk logikanya mana mungkin raja di depannya yang belum terlalu tua bisa mengenal kakeknya apalagi kakek moyangnya, ia saja tidak pernah mengenal kakeknya baik dari papa atau mamanya.
"Kamu boleh berkeliling melihat istana ini, biar punggawaku yang mengantarmu, punggawa, antarkan tamu kita berkeliling istana"
"Tapi...."
"Mari nona" seorang wanita cantik berpakaian punggawa mendekati Kimberly dan mengajaknya menyusuri lorong istana yang memiliki dinding dengan hiasan berkilauan emas, juga hiasan kepala rusa seperti hidup.
Kimberly masih bertanya tanya kenapa ia berada ditempat ini, padahal ia sangat ingat jika ia berada di air terjun. Namun ia tak bertanya apapun hanya tenggelam dalam pikirannya sendiri, mereka sampai di sebuah kolam ikan, banyak ikan berwarna warni dari merah, oranye, kuning dan lain lain tapi yang membuatnya terkejut karena ada beberapa ikan yang memiliki badan manusia, ia tahu jika ikan bertubuh manusia adalah mermaid namun mermaid hidup di air laut yang asin, bukan air tawar seperti kolam itu.
"Itu..... " Kimberly menunjuk beberapa mermaid laki laki dan perempuan yang berenang ditengah kolam, mereka menatap Kimberly dan Kimberly merasa mereka sedang membicarakan dirinya.
"Kenapa nona heran?" disini semua bisa saja terjadi, dimana didunia nona tidak akan pernah terjadi" jawab punggawa wanita itu.
Kimberly kembali melihat ke arah kolam, punggawa wanita yang bernama Ken Ayu itu mengajak Kimberly lebih mendekat ke kolam, Kimberly ragu mengikuti Ken Ayu yang sudah berlutut di tepi kolam, ia masih berdiri ditempatnya.
"Kemarilah nona" Ken Ayu kembali memanggil Kimberly. Dengan ragu Kimberly melangkah mendekati Ken Ayu dan ikut berlutut di samping Ken Ayu, ia terkejut dan terjerembab ke belakang hingga terduduk saat tiba tiba seorang mermaid muncul dari dalam air.
"Jangan seperti itu Kara... Dia jadi terjatuh kan..."
"Maafkan aku nona" ucap mermaid yang dipanggil Kara oleh Ken Ayu.
"Tidak apa apa" jawab Kimberly kemudian bangun dari duduknya dan kembali berlutut.
"Nona ingin memegang ekorku?" tanya Kara yang dijawab gelengan kepala oleh Kimberly, tangan Kimberly dipegang oleh Kara, Kimberly berusaha menarik tangannya namun ia kesulitan, Kara kenudian duduk di tepi kolam masih memegang tangan Kimberly.
"Matamu bagus sekali, beda dengan punggawa Ken Ayu" ucap Kara.
"Tentu saja Kara, dia campuran"
"Campuran....??, apa itu?"
"Ah sudahlah, panjang kalau aku bercerita, lakukan" ujar Ken Ayu, Kara mengangguk dan meletakkan tangan Kimberly di ekornya, Kimberly terkejut namun sesaat saja karena ia rasakan ekor Kara sangat halus dan berkilauan seperti berlian, Kara menutupkan tangan Kimberly hingga menggenggam, Kimberly merasa ada sesuatu dalam genggamannya.
"Simpanlah hadiah dariku" Kara melepasksn tangan Kimberly dan melompat ke dalam air dan bergabung dengan teman temannya.
Kimberly membuka tangannya, dahinya mengernyit saat melihat sebuah gelang yang seperti terbuat dari sisik ikan.
"Ini sisik Kara....?"
"Iya"
"Tapi.... "
"Biar aku pakaikan, hadiah tidak boleh ditolak" Ken Ayu mengambil gelang dari tangan Kimberly dan memakaikannya di tangan Kimberly.
"Ayo... " Ken Ayu berdiri dan berjalan menjauh dari kolam, Kimberly pun ikut berdiri.
"Tunggu....., aku belum mengucapkan terima kasih pada Kara"
"Nanti aku sampaikan" jawab Ken Ayu.
Kimberly mengikuti langkah Ken Ayu menuju tempat lain, sebuah kolam pemandian penuh mawar membuat wangi semerbak.
"Harum sekali aromanya, smells good" ucap Kimberly
"Nona mandilah disini setelah itu kita kembali menghadap raja, sebenarnya masih banyak tempat yang harus aku tunjukkan namun paduka raja ingin menemui nona sebelum beliau pergi"
"Sebelum pergi?, yang mulia raja mau kemana?"
Ken Ayu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Kimberly tanpa berniat menjawabnya. Ia meminta Kimberly masuk dalam sebuah bilik kecil untuk berganti kain yang digunakan untuk mandi, bilik yang mirip dengan bilik kamar mandi di rumah kayu mr. John dan istrinya.
Kimberly berendam dalam kolam air mawar itu, ia tersentak karena seperti merasakan mawar mawar itu meresap dan masuk dalam kulitnya, ada rasa dingin menusuk tulangnya dan wangi mawar itu semakin semerbak memenuhi indera penciumannya.
Setelah selesai mandi Kimberly mengikuti langkah Ken Ayu kembali menemui raja, disana juga sudah banyak punggawa laki laki duduk di kursi yang sudah disediakan, mereka menunduk hormat pada Kimberly membuat Kimberly merasa risih karena ia bukan siapa siapa. Ken Ayu mengajaknya bersimpuh di depan baginda Raja, Kimberly mengikuti apa yang dilakukan Ken Ayu.
Baginda Raja Arshakadana tersenyum melihat gelang sisik ikan di tangan Kimberly.
"Rupanya Kara sangat menyukaimu hingga pertama kali bertemu sudah memberikan sisiknya padamu"
"Maaf yang mulia, saya tidak mengerti kenapa Kara memberikan sisiknya ini"
"Suatu saat sisik itu akan berguna untukmu Kim, aku minta suatu saat jika Kimberly mendapatkan kesulitan dengan black witched, kalian bisa membantunya"
"Daulat baginda Raja" Jawab para punggawa bersamaan.
"Black witched??, bagaimana baginda tahu tentang black witched?, saya tidak mengatakan apa apa"
"Hal itu tidak perlu kau fikirkan Kimberly, yang penting sebagai seorang white witched, tugasmu membantu yang membutuhkan bukan?"
Baginda Raja Arshakadana berdiri dan mendekati Kimberly, tangannya menggenggam sesuatu, ia berdiri di depan Kimberly yang bersimpuh ia letakkan tangannya tepat di tengah kepala Kimberly membuat Kimberly seperti mendapat pukulan keras dikepalanya sehingga ia berteriak kesakitan.
"Aaaaaaaaaaaa............ "
Lynagabrielangga