Bab 1

1104 Words
"Ananda Jovi bin Ali Jaya, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan saudari Bintang Kirana dengan mas kawin seperangkat alat sholat, dibayar tunai," kata Pak penghulu dengan tegasnya. "Saya terima nikah dan kawinnya Bintang Kirana binti Maheswari dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Jovi membalas ucapan ijab qobul tersebut hanya dengan satu kali tarikan nafas, membuat Kiran menghela nafasnya lega. "Bagaimana para saksi, sah… SAH SAH Dengan serentaknya semua orang yang menyaksikan pernikahan Jovi dan Kirana mengucapkan kata sah saat penghulu meminta pendapat para saksi. Setelah semua para saksi mengucapkan kata sah, Pak penghulu melanjutkan dengan doa dan sekaligus penutup. Kirana benar-benar bahagia karena akhirnya acara pernikahannya dengan Jovi berjalan dengan lancar. Setelah doa selesai Kirana mengulurkan tangannya meminta untuk bersalaman dengan Jovi sebagai bentuk penghormatan seorang istri pada seorang suami. Jovi memberikan tangannya yang langsung dicium oleh Kiran. Semua para tamu undangan mulai Memberi salam dan juga mengucapkan selamat atas pernikahannya pada Kiran dan juga Jovi. Ternyata mereka tidak hanya sekedar memberi selamat atas pernikahannya pada Kiran, samar-samar Kiran mendengar suara bisik-bisik para tamu undangan yang mempertanyakan soal keberadaan Daniel. "Heran, ini kan pesta penting, bahkan sangat penting di keluarga ini, tapi kenapa Tuan Daniel tidak datang ? Apa keluarga ini tidak ada akur-akurnya ya? Adik perempuan Pak Jovi juga tidak ada." Bisik orang yang terdengar cukup nyaring, dan bisikan itulah yang terdengar di telinga Kiran. Kiran yang mendengar bisikan dari para tamu undangan langsung menunduk, mencoba untuk menahan diri agar tidak memperlihatkan wajah sedihnya saat mendengar bisikan para tamu undangan. Ada banyak bisikan para tamu undangan, namun tidak begitu jelas di telinga Kiran dan hanya bisikan itulah salah satunya yang Kiran dengar. Namun meski banyak yang tidak didengar oleh Kiran sedikit banyak Kiran ada yang mendengarnya meski tidak semuanya didengar. "Bisa jadi mereka menikah tidak mendapat restu di keluarga ini, maka dari itu keluarga Pak Jovi yang tersisa tidak ada yang datang." "Mungkin keluarga Pak Jovi bertengkar." "Atau mungkin Pak Jovi sengaja tidak memberitahu keluarganya." "Mungkin saja karena pernikahan Pak Jovi terdengar dadakan, makanya keluarganya tidak sempat datang." Begitulah salah satu bisikan para tamu undangan yang terdengar di telinga Kiran. Kiranya mendengar beberapa bisikan para tamu undangan yang datang, memilih hanya diam saja, karena Kiran sendiri juga tidak tahu kenapa keluarga dari Jovi tidak datang di acara pernikahannya. Andai saja Kiran tahu kenapa keluarga Jovi tidak datang, mungkin bisa saja Kiran membuka suara dan menjelaskan apa yang membuat keluarga Jovi tidak datang. Dengan begitu semua orang tidak akan beranggapan buruk atas pernikahannya karena Kiran bisa menjelaskan kenapa keluarga dari mempelai prianya tidak ada yang datang satupun di pesta pernikahannya. Pernikahan yang cukup melelahkan bagi Kiran pun usai. Kiran bernafas lega karena ia bisa beristirahat. Jovi yang merasa lelah langsung mendaratkan bokongnya di sofa, lalu memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing. "Bersiaplah. Kita langsung pergi ke rumah." Ujar Jovi pada Kiran. "Ke kosan dulu ya Kak, aku mau ngambil buku dan peralatan kuliahku yang lainnya." Ujar Kiran meminta agar Jovi mengantar dirinya ke kosannya terlebih dahulu. "Hem." Kata Jovi datar Kiran mulai bersiap untuk ikut Jovi ke rumah Jovi. Yah, karena Kiran sudah menikah dengan Jovi, Kiran sudah seharusnya tinggal bersama di rumah Jovi. Jovi dan Kirana keluar dari gedung pernikahan dan masuk ke dalam mobil untuk segera pergi. Sesuai dengan permintaan Kiran, Jovi akan mengantar Kiran ke kosannya terlebih dahulu, baru setelah itu berlanjut ke rumahnya. Jovi menghentikan mobilnya Di depan kosan Kiran turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam kamar kosnya dengan pakaian yang masih memakai gaun pengantinnya. Karena semua teman kalian tahu kalau Kiran menikah, Kiran sempat mendapat ucapan kata selamat dari teman kosnya karena mereka juga tidak bisa hadir di pesta pernikahan Kiran yang mewah. Karena Kiran takut Jovi akan marah menunggu dirinya terlalu lama, akhirnya girang tidak bisa terlalu lama berbincang dengan teman kosnya. Dengan cepat Kiran mengambil barang yang menurut Kiran penting, dan dengan cepat Kiran keluar dari kosnya karena tidak ingin Jovi marah terlalu lama menunggu dirinya di kosnya. Kiran kembali masuk ke dalam mobilnya Dan meletakkan barang yang menurut dirinya berharga di kursi belakang. Setelah Kiran masuk ke dalam mobil, Jovi langsung menancap pedal gas mobilnya dengan cepat, dan kembali melajukan mobilnya untuk menuju ke rumahnya. "Kak, kita masih jadi kan ke tempat yang menjadi impian kita dulu? "tanya Kiran selama perjalanan menuju ke rumah Jovi. "Bisa dilihat nanti apakah aku sibuk atau tidak." Jawab Jovi tanpa membalas tatapan lawan bicaranya. Jovi terus memandang lurus ke depan dan tidak melihat ke arah Kiran. Kiran menganggukkan kepalanya pelan, dan tidak membuka suara lagi. Namun meski begitu Kiran tetap berharap semoga Jovi ada banyak waktu untuk momen bahagianya di hari pernikahannya. Sesampainya di rumah, Jovi langsung keluar dari mobilnya dan diikuti oleh Kiran dari belakang. Kiran ikut masuk ke dalam kamar Jovi. Kiran yang melihat Jovi sangat kelelahan langsung masuk ke dalam kamar mandi, dan menyiapkan air mandi untuk Jovi. Setelah Kirana selesai menyiapkan air mandi untuk Jovi, Kiran mengatakan pada Jovi kalau dirinya sudah menyiapkan air mandi untuknya. Langsung masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri agar sedikit mengurangi rasa lelahnya. Setelah Jovi selesai mandi, Jovi langsung masuk ke ruang ganti dan mengganti pakaian. Kiran mengernyitkan dahinya saat melihat Jovi keluar dengan pakaian formal, bukan pakaian tidur. "Kak, mau kemana sudah rapi?" tanya Kiran saat melihat Jovi sudah rapi dengan pakaian formalnya. Jovi yang sedang membenarkan kancing di pergelangan tangannya, langsung menghentikan pergerakan tersebut karena mendengar pertanyaan dari Kiran. "Aku ada urusan pekerjaan. Aku mau keluar kota. Dan ini dadakan." Jawab Jovi yang kembali melanjutkan pergerakannya untuk kembali merapikan pakaiannya. "Tapi Kak, ini kan malam pertama kita setelah menikah!" kata Jovi dengan santainya, namun berhasil membuat Kiran terkejut. "Kenapa harus sekarang Kak? Apa tidak bisa ditunda? Ini malam pertama kita?" tanya Kiran sedikit keberatan untuk membiarkan Jovi pergi. Padahal, mereka berdua Baru saja menikah tadi pagi, tapi sekarang Jovi malah mau pergi ke luar kota, wajar saja Kiran keberatan. Wanita manapun pasti akan keberatan kalau suami yang seharusnya menghabiskan malam pertama itu harus pergi, apalagi perginya keluar kota, wanita manapun pasti tidak akan ikhlas ditinggal pergi. Jovi yang mendengar pertanyaan Kiran langsung melangkah pelan mendekati Kiran. "Memangnya kenapa? Lagian aku ada kerjaan dadakan." Tanya Jovi menatap wajah Kiran. "Ini malam pertama kita, Kak. Bukankah sudah biasa sepasang suami istri yang baru saja menikah melakukan malam pertama." Ujar Kiran menanggapi ucapan Jovi tadi. "Jadi kamu mau malam pertama?" tanya Jovi. Mendengar pertanyaan tersebut dari Jovi, dengan ragu-ragu Kiran menganggukkan kepalanya, karena menurut Kiran tidak ada yang salah dengan perkataannya. Jovi yang melihat anggukan kepala dari Kiran langsung mendorong tubuh Kiran keranjang, hingga Kiran jatuh terlentang ke ranjang, dan dengan cepat Jovi menindih tubuh Kiran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD