Part 1

1049 Words
“Farah, sudah makan belum kamu tadi?” teriak Bunda Farah saat anaknya baru saja pulang kerja. “Sudah, Bunda.” jawab Farah sopan. “Kapan?” “Sewaktu aku di kantor.” “Tapi sekarang kamu belum makan di rumah, bukan? Ayo ganti dulu bajumu setelah itu makan,” tutur Bunda Farah, “Bunda nggak mau anak kesayangan Bunda ini kelaparan.” “Iya, Bunda. Setelah mandi, Farah pasti makan kok.” jawab Farah sembari mencium kening sang bunda. “Bunda sangat sayang sama Farah. Farah putri kebanggaan Bunda. Bunda ingin yang terbaik untuk kamu.” kata Bunda Farah tiba-tiba. Ia mengelus lembut pipi sang anak. “Makasih, Bunda. Farah juga sayang Bunda.” setelah berbincang sebentar dengan sang bunda, Farah memutuskan untuk pergi mandi. Bundanya memang sangat menyayangi dirinya. Farah Armita, yang kerap dipanggil Farah adalah sosok yang sangat disayangi kedua orang tuanya terutama oleh sang bunda. Farah merupakan anak tunggal satu-satunya yang tentunya menjadi harapan orang tuanya. Maka dari itu Farah selalu dijaga ketat pergaulannya oleh kedua orang tuanya. Bahkan, walaupun Farah sudah menginjak usia 23 tahun, ia belum pernah yang namanya merasakan kehadiran seorang kekasih di dalam hidupnya. Hidupnya benar-benar dijaga betul oleh kedua orang tuanya. Walaupun sudah banyak lelaki yang ingin dekat dengannya bahkan meminangnya, belum ada satupun yang sesuai dengan kriteria kedua orang tua Farah. Menjadi anak tunggal memang menyenangkan dan membahagiakan. Di sisi lain Farah mendapatkan banyak kasih sayang yang tidak terbagi dua karena menjadi putri satu-satunya di keluarga tersebut. Sedangkan sisi lainnya, Farah tidak mempunyai saudara kandung seperti orang lain yang dapat dijadikan teman cerita untuk bertukar pikiran. Namun hal tersebut tidak menjadi sebuah permasalahan untuk Farah. Banyak orang yang berasumsi bahwa anak tunggal sering mendapatkan julukan sebagai anak manja, karena ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang utuh dari kedua orang tuanya, terlebih lagi jika anak tunggal tersebut seorang perempuan. Sebenarnya, anak tunggal justru memiliki karakter yang mandiri dan dewasa, bahkan ia tidak suka dijuluki sebagai anak manja, walaupun apa yang ia mau selalu dituruti kedua orang tuanya. Seperti halnya dengan Farah, walaupun ia termasuk ke dalam anak tunggal. Dirinya tetap menjadi pribadi yang mandiri. Hal itu terbukti dengan dirinya yang mampu mengurus dirinya sendiri, baik secara fisik maupun emosional. Farah juga sama sekali tidak bergantung kepada orang lain. Farah memiliki karakter yang teratur dan terorganisir. Farah dapat mengatur waktu sebaik mungkin dan menata ruangan yang menurut dirinya nyaman. Terlebih lagi ruangan untuk dia kerja. Hal ini ia lakukan agar semuanya menjadi enak dipandang serta teratur. Tak hanya itu, Farah juga memiliki otak yang cerdas. Ia memang diberikan bekal ilmu pengetahuan yang tinggi oleh orang tuanya. Seperti les, dan yang lainnya. Semua hal yang orang tua Farah lakukan demi menjadikan sang putri menjadi orang yang sukses di kemudian hari. Mereka memang sangat merawat putri satu-satunya yang mereka punya itu. Farah diberikan fasilitas yang cukup dan tentunya gizi yang seimbang oleh orang tuanya, sehingga semua kebutuhan untuk menggapai impiannya agar tujuannya terpenuhi. Tak jarang, sewaktu kecil teman-teman Farah memberikan sebuah predikat atau cap kepada Farah dengan sebutan “anak emas” karena apa yang Farah mau pasti diberikan oleh kedua orang tuanya. Dan sekarang, kehidupan Farah hanyalah tentang menjalani hidup sebagai wanita karir tanpa adanya sosok pembimbing selain orang-orang terdekatnya. *** Kini, Farah sedang menyantap makan malamnya di ruang makan bersama kedua orang tuanya. Farah terlihat lahap menyantap makanan yang dimasak bundanya. Bunda Farah yang melihat anaknya makan dengan lahap tiba-tiba tersenyum. Begitupun dengan sang ayah yang mengikuti apa yang dilakukan istrinya. Farah awalnya hanya fokus kepada makanan yang sedang disantapnya, namun ia merasakan ada yang memperhatikannya. Refleks, Farah mendongak ke depan dan melihat ayah serta bundanya tengah memperhatikan dirinya menyantap hidangan sembari tersenyum. Farah yang sadar bahwa dirinya tengah dipandangi itu langsung ikut tersenyum juga dan bertanya kepada kedua orang tuanya. “Ayah sama Bunda lagi apa?” tanya Farah sopan sembari tersenyum. “Lagi memandang putri kesayangan kami yang nampaknya sudah bertambah besar hari demi hari.” balas sang bunda. “Benar itu, Bun. Farah sekarang kelihatan sudah besar. Nambah cantik pula.” puji ayah yang membuat Farah kembali tersenyum salah tingkah dibuatnya. “Ah, Ayah sama Bunda bisa aja.” “Farah?” “Iya, Ayah?” “Kamu kan' sudah besar ya, Nak.” “Benar, Ayah.” “Apakah kamu belum mempunyai seseorang?” tanya sang ayah tiba-tiba membuat Farah bingung mengartikan nama “seseorang” yang dimaksud ayahnya. “Seseorang? Maksud, Ayah?” Farah balik bertanya. “Maksudnya seorang kekasih atau seseorang yang lagi dekat denganmu. Apakah ada?” “Nggak ada, Ayah. Farah nggak punya kekasih. Farah cuma ada beberapa teman di tempat kerja, itupun kebanyakan wanita dibanding pria.” jelas Farah. “Farah nggak ada niat untuk punya kekasih memangnya? Atau calon suami?” Farah lantas menggeleng, “Nggak ada. Farah takut salah memilih, jadi menurut Farah perihal yang seperti itu Farah serahkan kepada Ayah dan Bunda yang lebih mengerti. Ayah dulu juga pernah bilang bahwa Farah harus membatasi pergaulan dengan lawan jenis karena takut Farah akan salah bergaul.” ucap Farah panjang lebar yang membuat kedua orang tuanya terpukau mendengar jawaban sang putri karena dirinya masih mengingat nasihat mereka. “Anak Ayah pintar, masih ingat dengan nasihat yang pernah Ayah berikan.” puji Ayah Farah dan dibalas senyuman manis oleh Farah. “Jadi, Farah. Ayah sama Bunda kan' masih mencari jodoh untuk Farah. Kami tentu saja ingin mencari seseorang yang benar-benar baik untuk menjadi suami Farah, mungkin membutuhkan waktu untuk Ayah dan Bunda memyeleksi orang-orang tersebut. Jika sekiranya nanti Ayah menemukannya, Farah bersedia kan' untuk menikah?” kata sang ayah kepada Farah. Mendengar jawaban itu Farah lantas mengangguk mengiyakan apa yang ayahnya katakan. Selain sopan dan cantik, Farah memiliki sifat penurut. Ia tentu saja tidak mau membuat orang tuanya kecewa begitu saja jika dirinya tidak menyetujui perkataan mereka. “Bersedia Ayah, Farah bersedia menikah dengan siapapun asalkan Ayah dan Bunda merestui pernikahan Farah. Karena bagi Farah, restu orang tua adalah segalanya. Dan tentu saja Ayah dan Bunda sangat menyeleksi seseorang yang dapat menjadi suami Farah nantinya.” Mendengar persetujuan sang putri, ayah dan bunda terlihat bernapas lega. Memang sudah saatnya bagi mereka mencari jodoh untuk sang anak. Meskipun membutuhkan waktu namun tidak apa-apa, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya mereka mendapatkan seorang pendamping untuk anaknya agar sesuai dengan kriteria yang mereka punya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD