Pernikahan.

1084 Words
Diiringi dengan alunan musik, Zakiyah melangkah memasuki ballroom. Matanya diam-diam bergulir melihat sekeliling, memperhatikan setiap orang yang dilewatinya. Kakinya terasa berat, setengah diseret membawa beban hati dan pikiran yang bergejolak berusaha untuk tetap tegar menapaki langkah demi langkah, yang membawanya semakin dekat ke altar. Di mana Jayden berdiri menunggunya. “Ya Tuhan!” ratapnya dalam hati. Momen yang seharusnya membahagiakan, terasa seolah dirinya tengah memasuki mulut harimau yang siap menerkamnya. Jayden Morgan Takizaki, lelaki nomor satu seantero negeri, yang menjadi dambaan setiap gadis, objek fantasi para wanita yang haus kasih sayang, sebentar lagi akan mengucap sumpah janji pernikahan bersamanya. “Teganya aunty Siera sama aku!” batinnya menangis. Sementara itu, tanpa disadari Zakiyah sendiri, dia justru menjadi topik pembicaraan dalam sekejap. Para tamu saling berbisik membicarakan kecantikannya yang menawan dan mengunci pandangan setiap orang, bahkan wanita sekalipun. Rasa iri dan kagum bercampur jadi satu di setiap tatapan itu, terkesima pada setiap kilau cantik alami yang tak mampu disembunyikan kain transparan itu. Jayden terpaku melihat kedatangan pengantin ‘pengganti’-nya, bayangan Siera yang akan terlihat cantik dengan gaun pengantin, seolah lenyap dan terlupakan begitu saja. Hatinya bergetar, namun dia menolak untuk mengakui hal itu. Tak ingin memperlihatkan binar kagum di matanya, Jayden berdeham dan memilih untuk memalingkan pandangannya ke arah lain. Yang justru malah bertemu dengan Jayne, saudari kembarnya melotot lebar dengan wajah kesal ke arahnya. Jayden awalnya tak mengerti, hanya saja kemudian pendeta berdeham memberi isyarat agar dia menyambut Zakiyah untuk naik ke altar. “Maaf!” Reflek kata itu keluar dari mulutnya, sambil mengulurkan tangan untuk mengambil alih tangan Zakiyah dari si pengantar. Sejenak dia tertegun menyadari jika tangan halus itu terasa dingin dan gemetar dalam genggamannya. Dia melirik pada Zakiyah yang sama sekali tak menoleh sedikitpun padanya. Wajah cantiknya terlihat kaku dan dingin, disertai mata sembab yang tertutup oleh riasan tebal namun tetap memukau. “Baik, kedua mempelai sudah siap?” tanya pendeta itu menatap dua orang muda di hadapannya, sejenak dia tertegun menyadari jika wajah kedua calon pengantin itu sama-sama terlihat kaku dan tanpa ekspresi. Menurutnya ini adalah acara pernikahan yang paling absurd dan mengherankan, karena biasanya dia melihat wajah-wajah ceria dan penuh kebahagiaan dari kedua calon mempelai, bukan aura muram seperti ini. “Bapa!” Pendeta itu mengerjap kaget sendiri, menelan ludah ketika sadar Jayden tengah menatapnya. Hatinya seketika bergidik melihat sorot dingin dan tajam dari kedua mata kelam keturunan Takizaki itu. “Eh, i-iya. Mari kita mulai!” katanya seraya memperbaiki letak kacamata kecilnya sejenak. Zakiyah duduk kaku bak patung bernyawa, tangannya tanpa sadar meremas tangan Jayden yang menggenggamnya. Gadis itu tersentak ketika merasakan balasan Jayden yang menggenggam balik tangannya. Berbalik terbalik dengan kondisinya, tangan itu justru terasa hangat dan menggetarkan seluruh tubuhnya. Zakiyah hendak menarik tangannya namun tentu saja Jayden tidak akan melepaskannya sebelum upacara sakral pernikahan selesai. Zakiyah pun hanya bisa terpaku diam, menahan tangis meski nyatanya sia-sia saja. Beruntung penata rias itu memakaikan riasan tahan air padanya sehingga meski bagaimana derasnya air matanya mengalir, makeup-nya tetap cetar membahana. “Aunty Siera, di mana kamu?” tangis Zakiyah dalam hati. *** Upacara pernikahan yang megah dan mewah itu pun berakhir. Seiring dengan hari yang merangkak menuju malam, perlahan para tamu pun mulai surut dan suasana ballroom akhirnya sepi Menyisakan dekorasi mewah di sana, serta ratusan meja yang bertebaran memenuhi aula pesta hotel tersebut. Zakiyah duduk diam di depan meja rias, menatap dirinya yang terlihat cantik bak bidadari, memakai gaun pengantin milyaran rupiah serta veil yang masih terpasang cantik disemat mahkota berlian yang mengagumkan. Seharusnya dia bahagia, tertawa, gembira dan tak sabar menunggu kedatangan sosok laki-laki yang sudah mempersuntingnya sebagai istri yang sah. Hanya saja, yang dia rasakan justru sebaliknya. Jantungnya berdebar memang, hanya saja dipenuhi rasa takut di dalamnya. Tubuhnya menggigil membayangkan kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya, Jayden akan melampiaskan kemarahannya dan membalas dendam pada Siera dengan merusak tubuhnya. “Nggak! Itu tidak akn terjadi!” tukasnya menggeleng frustasi. Bayangan wajah murka Jayden dan cengkraman erat di pergelangan tangannya sudah menjelaskan jika dia menang oria kasar. Apa mungkin Siera lari juga karena sudah tahu sifat asli Jayden? Dia tahu Jayden memiliki masalah temperamen? Atau bahkan mengidap kelainan seks yang akan b*******h ketika pasangannya sudah babak belur dan kesakitan? Zakiyah bergidik membayangkan dirinya akan jadi korban hawa nafsu Jayden, tubuh ringkihnya tidak akan berdaya melawan tenaga besar lelaki setangguh Jayden Morgan Takizaki. “Lagi apa kamu?” Zakiyah terlonjak kaget manakala suara bariton yang tengah menguasai akal dan pikirannya itu tiba-tiba terdengar begitu dekat di sampingnya, dia mendongak dan melihat Jayden tengah berdiri duduk bersandar di tepi meja rias di sampingnya. Bersedekap tangan memandangnya dengan kening berkerut. “U-Uncle?!” seru Zakiyah kaget, seketika dia panik, memikirkan sejak kapan Jayden duduk di situ dan kapan dia masuk kamar. “Sedang apa Uncle di sini?” tanyanya dengan nada menuduh, seolah Jayden sudah melakukan kesalahan karena masuk ke dalam kamar di mana dirinya berada. Jayden tersenyum sinis, dia mencondongkan tubuhnya ke arah Zakiyah, yang sontak membuat gadis itu menarik mundur dirinya. “Tentu saja untuk malam pertamaku, mau apa lagi?” ujarnya setengah mengejek. Zakiyah menggeleng menolak kalimat itu. “Nggak! Itu nggak ada di dalam perjanjian, jika aku harus menghabiskan malam bersama Uncle juga!” sergahnya. Jayden mengerutkan kening, tertawa sinis pada tanpa merasa iba sedikitpun. “Aku sudah mengorbankan banyak uang untuk pesta ini, masa iya aku tidak mendapatkan tujuan utama dari pernikahan ini, Kiya,” tukasnya tersenyum miring, “karena aunty-mu itu pun pasti sama mengharapkan aku untuk menghamilinya dan memberikan keturunan yang akan menguatkan posisinya di keluarga Takizaki yang terpandang. Bukankah itu rencananya?” Zakiyah menggeleng, tangannya terkepal erat. Hatinya tidak bisa menerima semua yang dikatakan Jayden, sekalipun dia memang saat ini marah dan benci pada Siera, tapi dia tidak akan percaya jika tantenya itu memiliki niat sejahat itu. “Bohong! Itu sama sekali tidak benar!” sanggahnya keras. Jayden terbahak, dia mengulurkan tangan hendak menyentuh Zakiyah, sedikit saja untuk memancing emosi gadis itu. Tapi tentu saja Zakiyah pun semakin panik dan ketakutan jadinya, dia menepis tangan Jayden. Yang mana itu justru membuatnya terjerembab jatuh dari kursi rias. “HEI!” Jayden yang semula berniat hanya sekedar menggertak, reflek menarik tangan Zakiyah sebelum gadis itu benar-benar terhempas di lantai berkarpet empuk itu. Tapi posisinya sendiri yang belum siap, menjadi limbung dan ikut tertarik jatuh karena beban tubuh Zakiyah di tangannya, dan … BRUK! “AW!” Mereka berakhir jatuh bersama di lantai dengan posisi Jayden menindih Zakiyah, meski tak sepenuhnya terhimpit karena lelaki itu berhasil menahan diri dan menyangga dirinya dengan tangan di kedua kepala Zakiyah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD