Langit malam menggantung tenang di atas rumah Takizaki. Setelah hari panjang dan Lewis yang tidur lebih cepat dari biasanya, rumah terasa sunyi. Bukan sunyi yang sepi—melainkan damai. Seperti jantung yang berdetak pelan setelah berpacu sekian lama. Lampu dimatikan, diganti remang cahaya lilin aroma vanilla yang berjejer di meja dan rak. Kelopak bunga mawar bertebaran di sprei putih, dan di meja rias, ada sekotak kecil cokelat Belgia favoritnya. Di atas bantal, gaun satin warna blush rose yang lembut mengilat. Zakiyah keluar dari kamar mandi mengenakan jubah satin lembut warna pucat gading. Rambutnya masih basah, sebagian menempel di leher. Di dekat ranjang, Jayden duduk menunggu—kausnya sudah dilepas, hanya mengenakan celana lounge tipis dan tatapan penuh cinta. “Kamu selalu kelihatan