Bertemu Keluarga Takizaki.

1099 Words
Ternyata tak hanya dirinya, Zakiyah melihat Jayden pun tampak berkeringat dingin menghadapi orang tuanya, terutama Daylon. Pria yang selalu terlihat penuh percaya diri dan dingin itu kini terlihat gelisah meski cara duduknya masih angkuh begitu. “Sekarang kalian bisa jelaskan apa yang terjadi, Jayden?” Suara bariton Daylon memecah susana, suaranya yang dalam dan penuh wibawa menggetarkan kedua orang beberapa jam lalu sah menjadi pasangan suami istri itu. Zalikha menatap gadis baru yang menjadi menantunya, yang dia tahu merupakan keponakan Siera. Dia bahkan menebak jika usianya jauh di bawah Jayden yang sudah menginjak kepala empat. Dia melirik pada Jayne yang akhirnya ikut bergabung bersama mereka. “Ranu, sini, Sayang. Om kamu lagi dimarahi Omah dulu!” ujarnya seraya melempar senyum mengejek ke arah Jayden. “Dimarahin?” tanya Ranu dengan suara lucunya, anak itu membelalak lebar ke arah Jayden dan juga Zakiyah. Suasana tegang itu sedikit mencari dengan celotehan Ranu, namun kemudian Jayne membawanya masuk ke dalam ruangan lain dan membiarkan situasi menjadi kaku kembali. “Namamu Kiya, iya, ‘kan?” tanya Zalikha lembut. Zakiyah yang tidak menyangka akan ditanya oleh Zalikha, sontak mengangkat wajahnya dan langsung bertemu pandang dengan wnaita cantik itu. Seketika dia pun gugup dan kembali tertunduk kemudian mengangguk pelan. “Iya, Nyonya. Saya Zakiyah,” jawabnya dengan sedikit terbata. Zalikha mengiyakan, dia pernah mendengar Siera memanggil nama kecil Zakiyah dengan panggilan Kiya. Dia lalu beralih pada Jayden, mengambil alih peran Daylon yang seharusnya melempar pertanyaan. Suaminya itu masih tampak emosi dan belum bisa mengendalikan diri, padahal Zalikha merasa yakin jika Zakiyah pun juga bingung dengan situasi ini. “Jayden, ceritakan pada kami kenapa bukan Siera yang menjadi istrimu? Apa kalian memang ada main belakang selama ini dari kami semua? Lalu, kenapa Siera melarikan diri jika bukan karena kalian memang memiliki hubungan gelap dan dia kecewa terhadap kalian berdua!” Tak hanya Jayden dan Zakiyah yang mengangkat kepala dan membelalak lebar mendengar tudingan Zalikha, tapi Daylon juga. Dia tak mengirai istrinya justru lebih lugas dibanding dirinya. “Itu tidak benar, saya tidak ada hubungan sedikitpun dengan semua ini apalagi sampai melakukan affair dengan Uncle!” sergah Zakiyah, keberaniannya muncul begitu saja, tak terima jika dirinya dibawa-bawa dan dituduh sembarangan seperti ini. “Lalu?” ujar Daylon menimpali, menatap dingin pada anak dan menantu barunya itu. Zakiyah ingin sekali berteriak jika dia dipaksa melakukan ini oleh Jayden, dan dia tak mau dijadikan ‘tawanan’ lelaki itu dengan alasan menunggu Siera muncul meminta maaf padanya. Tapi lidahnya kelu, aura dingin di wajah Daylon, serta sorot lembut Zalikha yang menatapnya, membuat perasaannya tak karuan. Dia pun kembali tertunduk dan melanjutkan penuturannya dengan lirih. “Saya benar-benar tak tahu apa yang membaut aunty Siera pergi tanpa pamit di hari pernikahannya sendiri, saya hanya menemukan suarat yang dia tinggalkan dan menyerahkannya pada Uncle Jayden!” tuturnya. Serempak Daylon dan Zalikha pun menoleh pada putra mereka, Jayden yang terlihat sudah siap untuk menjaawab. “Aku akan bertanggung jawab atas dia, Ma, Pa!” tukasnya mengejutkan. Zakiya sampai menoleh cepat ke arahnya sambil membelalak lebar, seolah tak percaya dengan aoa yang dia dengar. “U-Uncle–” “Zakiyah akan jadi istriku yang sebenarnya, kita berhutang budi sama dia karena jika pernikahan itu gagal maka reputasi keluarga Takizaki akan diremehkan semua orang, hanya karena perbuatan bodoh satu orang!” ucap Jayden. Zakiyah merasa bukan itu yang dia dengar dan rasakan dari Jayden ketika di hotel, lelaki itu justru memaksakan diri dan jelas-jelas menjadikannya jaminan. Dia hanya berperan sebagai istri pengganti dan akan dicampakkan ketika Siera muncul kembali. “Jadi ini perkara hutang budi?” tukas Daylon dengan alis terangkat, seolah merasa kurang berkenan dengan alasan yang diberikan Jayden. Jayden mengangguk, hanya tatapannya terlihat sedikit kabur dan gentar jika membalas pandangan ayahnya itu. Daylon lalu menoleh pada Zakiyah. “Kamu sendiri, bagaimana? Apa kamu setuju dengan pernikahan ini, Kiya?” tanyanya. Zakiyah menelan saliva, ingin sekali dia mengangguk dengan berani dan menjawab ‘YA’ dengan lantang. Ingin mengadukan sikap angkuh Jayden yang semena-mena dan memaksanya bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan Siera. “Mama merasa tidak setuju jika pernikahan kalian dilandasi balas budi apalagi terdapat perjanjian di dalamnya, Jayden!” tegas Zalikha, “pernikahan adalah hal yang suci, harusnya kamu bilang sama kamu apa yang terjadi!” ucapnya. “Kamu sama saja mempermainkan hidup seorang gadis yang sekarang sudah terlanjur terikat janji dan sah menjadi istrimu, maka kamu harus bertanggung jawab sepenuhnya atas dirinya seumur hidup!” Zakiyah tertegun mendengarnya, hatinya bak diguyur air pegunungan yang sejuk tapi di sisi lain dia juga tidak siap jika harus menghabiskan seumur hidup dengan pria yang bahkan tidak ada di dalam bayangannya menjadi suaminya. “Ya, tentu saja, Ma, aku berjanji akan memperlakukan Kiya dengan baik dan memenuhi tanggung jawabku sebagai suami!” Kembali Zakiya dibuat tercengang dengan apa yang dia dengar dari mulut Jayden, hatinya menolak percaya akan setiap kata tulus yang diucapkan lelaki itu. Daylon tersenyum puas. “Ya, kami akan mengawasi, dan jika sampai kamu membuat Zakiyah menangis, maka aku tidak akan segan bertindak, Jayden. Ingat, ini semua juga sudah menjadi akibat dari keputusan kalian untuk melanjutkan pernikahan itu!” katanya. “Kalian sudah sama-sama dewasa, sudah bukan waktunya lagi main-main dan mempermainkan sumpah dan janji yang diucapkan di hadapan semua orang. Begitu juga dengan kamu, Kiya, jadilah istri yang baik dan berikan peran terbaikmu untuk Jayden. Meski hubungan kalian diawali dengan ketidaksengajaan, aku harap ini akan menjadi jalan yang membawa kalian ke dalam pernikahan yang indah dan abadi!” timpal Zalikha, dengan mata berkaca-kaca. Zakiya terharu mendengarnya, Zalikha seolah menjadi pase di antara kekalutan dan kebingungannya. Dia mengangguk mengiyakan ucapan mertuanya itu. “Kamu, Jayden, jaga istrimu dan perlakukan dia dengan baik. Bagaimanapun Kiya sudah sah menjadi istrimu, suka duka dan juga sedih serta kebahagiaannya menjadi tanggung jawab kamu sebagai suami. Jadilah lelaki sejati yang berpegang pada sumpah yang diucapkan di hadapan Tuhan!” Daylon menambahkan lagi. Jayden tersenyum, dia lalu menoleh pada Zakiya dan meraih tangan lentik itu ke dalam genggamannya. Zakiya ingin menolak namun Jayden menahannya, detik itu juga dia sadar jika pria itu tidak akan berubah dan hanya mengucapkan janji kosong dan membual di hadapan Daylon dan Zalikha. “Baiklah, Ma, Pa, kami permisi dulu. Kiya juga pasti lelah, dan aku tidak mau dia jatuh sakit gara-gara itu!” kata Jayden tersenyum. Zakiyah kembali ketakutan, setelah ini dia akan sendirian lagi berhadapan dengan Jayden dan tidak akan ada yang menolongnya jika lelaki itu berbuat sesuatu terhadap dirinya. Langkahnya terasa tak bertenaga, serta senyumnya pun terbentuk tipis saja ketika berpamitan pada Daylon dan Zalikha, untuk mereka kembali ke hotel, di mana mereka akan menghabisan malam pertama sebagai pengantin di sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD