"Ina." Aku menoleh pada si b*****t yang lagi melihatku sambil masukin potongan mangga ke mulutnya. "Apa?" tanyaku. "Iris mangganya, jangan bengong!" tegurnya. "Ah, iya, sabar," kataku lalu mulai melanjutkan kegiatanku mengiris mangga. Hari ini aku dan Alfa pergi ke rumah Agung Dia memutuskan untuk mengajakku keluar setelah ayah keluar dari rumah sakit karena masalah pilek mawarnya. Kami tidak hanya berdua, tetapi juga sudah berkumpul para teman yang lain. Di sana sudah ada Iqbal, Rani, sahabatku Fafi, Adam, Cicil, Ida dan Nadia. Adam dan Cicil jadian. Mereka memutuskan berkencan setelah merasa saling cocok dan bisa berbagi perasaan. Sebagai perempuan yang sudah ditolak, Nadia memutuskan untuk move on. Memang tidak mudah, tetapi melihatnya berusaha tegar dan ikhlas membuatku sangat k
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books


