Adena bergelut dengan hatinya. Sudah lama sekali dia memendam rasa suka, rasa sayang, bahkan rasa cinta pada atasannya. Tapi, dia sadar akan posisinya. Dia tidak mau mencampurkan perasaannya dengan pekerjaannya. Melihat Agus saja, bagi Adena sudah menentramkan hatinya. Adena sadar, siapa dirinya, dan Agus memperlakukan baik, bukan karena suka, melainkan Agus memang baik dengan semua karyawannya. Bukan dengan Adena saja. Adena masih bingung, jika nanti diperlakukan baik oleh ibu dan adik Agus. Dia ingin sekali menolak, tapi melihat Agus kebingungan harus bagaimana lagi menjelaskan pada adik dan ibunya, dia merasa iba. “Adena...,” panggil Agus. “Iya, Pak,” jawab Adena. “Nanti kalau di rumah ibu, kamu bisa memanggilku dengan sebutan Mas, kan?” ucap Agus. “Mas?” tanya Adena memastikan lag