Bingung dan sedih

1393 Words
"Setelah ini apa rencanamu nak?" Tanya Nasir saat melihat kearah Kana. Jika ditanya seperti ini ia bingung harus menjawab apa. "Sementara ini Kana akan tetap bekerja seperti biasa di Rumah sakit, dia tidak perlu mengikutiku ke luar kota...Pi," ucap Serkan membuat Nasir tersenyum. Baru kali ini Kana melihat wajah Serkan tidak terlihat dingin dan Serkan berbicara panjang tidak seperti ia yang sebelumnya yang selalu berbicara singkat. Ucapan Serkan juga membuatnya tenang karena Serkan memintanya untuk tetap berada di Jakarta karena sejujurnya ia bingung dengan keadaan yang harus ia hadapi. "Kalau masalah pekerjaan Kana bisa kembali bekerja di Rumah Sakit kapanpun dia mau jika kamu khawatir Kana kehilangan perkerjaaanya kalau dia mengikutimu ke luar Kota," ucap Nasir. "Lagian kamu ini lebih tertarik menjadi Tentara dari pada menjadi dokter di Rumah Sakit Papi Serkan," ucap Nasir mengungkapkan rasa kecewanya atas pilihan anak sulungnya. "Nanti ada saatnya Pi aku akan membantu Papi," ucap Serkan. Nasir menatap Kana dan ia tersenyum karena pada akhirnya Kana menjadi menatunya seperti keinginannya ketika Ayahnya mengatakan ingin menjodohkan Kana dengan salah satu cucunya. Apalagi Kana bukan hanya cerdas tapi ia seorang Dokter yang sangat baik. "Nak Kana maafkan Mami ya yang mungkin telah menyinggung nak Kana!" Pinta Nasir. "Sebenarnya Mami itu adalah ibu yang sangat penyayang, nah Serkan ini anak kesayangannya jadi makanya dia khawatir dengan pernikahan kalian," jelas Nasir. "Iya Prof, eh...Pi aku nggak apa-apa," ucap Kana gugup. Bagaimana tidak, tiba-tiba ia menjadi menantu seorang Dokter yang sangat ia segani dan kagumi. "Kalian bermalam disini ya malam ini!" Pinta Nasir. "Iya Pi," ucap Serkan. Kana hanya bisa menuruti keinginan Serkan yang menyetujui untuk menginap disini karena jika ia bermalam kembali pulang sendiri ke kediaman orang tuanya, ia pasti akan diminta Ayah dan Ibunya agar ikut Serkan bermalam di Rumah ini. "Pi, Serkan ke Kamar dulu!" Ucap Serkan. "Oke, nak," ucap Nasir. Kana mengikuti Serkan yang berdiri dan melangkahkan kakinya menuju lantai dua. Kediaman ini sangat luas dan desain interiornya sangat mewah dan itu tercermin juga dari penampilan sang nyonya rumah yang juga terlihat sangat mewah. Ya...Lana Mami Serkan memang sangatlah cantik dan ia juga menggunakan pakaian barnded yang harganya pasti sangat mahal khas seorang perempuan sosialita. Serkan membuka pintu kamar dan ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamarnya. Ia melihat Kana yang masih berada dibelakangnya dan Kana mengedarkan pandangannya melihat kesekeliling kamar. Kamar Serkan memang tampak kaku dan tidak memiliki warna cerah dan kamar ini sangat maskulin khas seorang Serkan. "Mas..." panggil Kana membuat Serkan menatap kearah Kana dengan tatapan datarnya. "Kenapa?" Tanya Serkan. "Kalau bermalam disini, aku nggak bawa baju," jujur Kana. "Kamu bisa pakai baju Salsa," ucap Serkan. "Salsa?" Tanya Kana. "Adik perempuanku," ucap Serkan membuat Kana menganggukkan kepalanya. "Saya mau bertemu tim saya dan kamu disini saja. Jam empat sore saya pulang!" ucap Serkan. "Hmmm...tapi aku," ucap Kana bingung karena ia merasa canggung berada di Rumah ini. "Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa memintanya sama Mami atau maid!" Ucap Serkan. 'Astaga Mas, Mami aja nggak suka sama aku. Kamu minta aku meminta sesuatu sama Mami, apalagi sama maid. Emangnya aku seberani itu meminta sesuatu sama orang-orang yang ada di Rumah ini,' Batin Kana lirih. Serkan melangkahkan kakinya keluar dari kamar ini membuat Kana menghela napasnya. Jika seperti ini ia lebih memilih untuk tidak keluar kamar dari pada mendengar kembali kekesalan seorang Liana padanya. Kana berdiri dan ia melihat semua barang-barang yang ada di kamar Serkan. Bukannya sekarang ia berhak mengetahui semua tentang Serkan dan ini yang ingin ia lakukan dengan melihat barang-barang yang ada di kamar Serkan. Kana tahu mungkin ini tidaklah sopan, namun rasa penasarannya lebih besar dan ia memulainya dengan mendekati nakas. Disana terdapat foto-foto yang sepertinya adalah foto saat Serkan remaja. Kana melihat Sekan merangkul dua orang laki-laki yang juga terlihat tampan sama seperti Serkan dan ada juga foto keluarga Serkan. Benar saja adik Serkan juga terlihat tampan dan cantik. Kana kembali mendekati beberapa panjangan piala dan mendali penghargaan yang dimiliki Serkan dan ia terkejut ketika melihat banyakannya prestasi yang didapati Serkan. Mungkin ini jugalah yang membuat Ayahnya sangat menganggumi seorang Serkan. Ada mendali Olimpiade matematika, Kimia dan fisika. Dulu Kana bahkan sangat sulit untuk masuk perangkingan sisiwa yang berhak ikut dalam kompetisi Olimpiade matematika dan ia berhasil masuk dalam lima belas besar dan belum sempat mewakili Indonesia dalam ajak Olimpiade matematika sedunia seperti Serkan. "Wajar sih, dia kan anak Prof Nasir," ucap Kana. Kana merasa sangat mengantuk dan ia akhirnya membaringkan tubuhnya diranjang hingga akhirnya tanpa sadar ia terlelap. Beberapa jam kemudian Kana membuka matanya saat mendengar suara ditelinganya. Ia melihat sosok ibu mertuanya sedang menatapnya membuatnya segera terduduk. "Maaf Mi, saya ketiduran," ucap Kana, ia merasa sangat malu dan canggung. Kemungkinan besar ia pasti akan menerima kemarahan Lianan namun ternyata Liana tidak mengatakan apapun. Maid menatap Kana dengan sendu dan Liana segera keluar dari kamar tanpa mengatakan apapun membuat Kana menghela napasnya. "Ini baju Non Salsa, Non. Silahakan dipakai!" Ucap Maid itu. "Terimakasih, Mbak," ucap Kana. "Saya permisi ya Non!" Ucapnya. Maid itu melangkahkan kakinya meninggalkan Kana keluar dari kamar ini. Kana terdiam dan ia wajahnya memerah karena kesal dengan dirinya yang ceroboh tertidur di Rumah mertuanya dihari pertama ia datang mengunjungi mertuanya adalah tindakan bodoh. Apalagi ibu mertuanya pasti tambah kesal dan benci padanya karena tingkahnya ini. 'Ya ampun Kana kok kamu bego banget sih, astaga tambah benci Mami mertua sama aku,' Batin Kana. Kana mengambil ponselnya dan ia melihat jam ternyata telah menujukkan jam setengah empat. Ia juga merasa kesal karena ternyata ia belum mengetahui nomor ponsel suaminya. Ia kemudian memutuskan segera mandi dan setelah mandi ia mengenakan pakaian yang diberikan maid. Setelah mengganti pakaiannya, Kana yang tidak memakai makeup karena tidak membawa skincare dan alat makeupnya merasa kurang percaya diri. Ia menatap wajahnya dicermin dan ia menghela napasnya karena bibirnya pucat tanpa lipstik. "Mau gimana lagi, aku berpenampilan apa adanya," ucap Kana. Untung saja wajah Kana yang alami bahkan lebih cantik dibandingkan wajahnya yang ditutupi makeup. Kana segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan ia melihat ibu mertuanya berada dilantai dasar dan saat ini Liana terlihat sedang melangkahkan kakinya menuju dapur. Kana memutuskan untuk mengikuti Liana menuju dapur, ia melihat Liana sedang memasak membuatnya kagum karena bukan hanya cantik ternyata ibu mertuanya terlihat sangat cekatan didapur. "Mi..." panggil Kana. Liana mengalihkan pandangannya menatap Kana dan ia melihat Kana sekilas kemudian melanjutkan kembali acara memasaknya. Kana menghela napasnya, ia bingung bagaimana caranya agar ia bisa mendekati ibu mertuanya ini. "Iris bawang!" Ucap Liana tanpa melihat kearah Kana. "Iya Mi," ucap Kana tersenyum. Ia segera mengambil bawang yang telah tersedia diatas meja, ia mengiris bawang putih, bawang bombai dan bawang merah. Mata Kana terasa perih dan ia menteskan air matanya lalu segera mengusapnya dengan cepat. "Kenapa nangis?" Tanya Liana. "Ini hanya mengiris bawang bukan mengiris hati menantu," ucap Liana membuat dua orang maid menahan tawanya sedangkan Kana menundukkan kepalanya karena ia benar-benar kehilangan muka saat ini. Setelah mengiris bawang, Kana memilih mencuci piring dan dua orang maid sebenarnya ingin mengambil alih perkerjaan Kana, namun Kana menolaknya. Liana juga membiarkan Kana mencuci piring bahkan setelah selesai memasak ia meninggalkan Kana didapur dan ia melangkahkan kakinya menuju ruang kerja suaminya. Hari ini Nasir suaminya memang tidak pergi bekerja dan berada di rumah seharian, biasanya memang Liana selalu memasak makanan spesial ketika suaminya libur bekerja seperti hari ini. Setelah mencuci piring, Kana yang bingung melakukan apa, ia mengalihkan pandanganya dan melihat Taman di Rumah ini. Ia memilih menuju taman dan ia duduk disana sambil menyadarkan tubuhnya karena lelah. Ia mengingat semua kenangannya bersama Amran, bagaimana seorang Amran membangun mimpi indah bersamanya dan memberikan harapan-harapan tentang masa depan, lalu ketika impian dan harapan itu hampir ia rengkuh, ia dikhianati oleh Amrah. Ia tidak menyesali gagalnya rencana pernikahan itu dan akhirnya membuatnya terjebak pada pernikahaannya bersama Serkan. Ia menganggap dirinya tidak terlalu hancur karena masih bisa mempertahakan harga dirinya. Jika saja perselingkuhan Amran baru ia ketahui setelah ia menjadi istri Amran, hidupnya akan menjadi hancur. Memiliki suami yang telah memiliki wanita lain yang sedang hamil dan itu akan sangat-sangat menyakitkan. Tanpa sadar Kana menteskan air matanya dan ia dengan cepat mengusapnya "Dasar cengeng," ucap Kana. Ternyata tingkah Kana yang terlihat terpuruk di Taman diperhatikan Liana dan Nasir yang berada di ruang kerjanya. "Aku harus gimana sekarang," ucap Kana. Ibu mertuanya terlihat membencinya dan ia bingung bagaimana menghilangkan rasa benci dari ibu mertuanya itu. Apalagi Serkan, laki-laki tang menjadi suaminya ini pasti sama sepertinya bingung dengan keadaan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD