"Minum ini" Aldric menyodorkan secangkir teh pada Kanaya, dengan ragu Kanaya menerima cangkir teh dari Aldric, Kanaya menyesapnya beberapa teguk dan meletakkannya ke meja. Kanaya masih diam, bukannya ia takut pada pria di club itu, ia bisa menjaga dirinya. Pak Adrian, ayahnya mewajibkan Kanaya membekali diri dengan ilmu bela diri, Kanaya memilih pencak silat sebagai ilmu bela diri untuk di pelajari, Kanaya berlatih seminggu sekali setiap hari Minggu di padepokan pencak silat milik pakdenya yang adalah kakak kandung pak Andrian.
Kanaya berlatih sejak masih duduk di bangku SLTP hingga sekarang, walau sudah tidak intens berlatih tapi Kanaya masih bisa menghadapi jika hanya seorang pria kurang ajar. Saat Kanaya akan mengayunkan tangan untuk memukul pria itu, suara Aldric membatalkan niat Kanaya untuk memberi pelajaran pria itu.
Pak Andrian selalu mengajarkan pada Kanaya agar selalu berani dan tenang menghadapi dunia luar dengan banyak ragam sifat manusia, ia harus bisa menjaga diri.
"Terima kasih sudah menolong aku Al," Kanaya memulai pembicaraan.
"Hemmm..."
"Kenapa kamu ke club seorang diri? bahaya bagi seorang gadis ke tempat seperti itu seorang diri," ucap Aldric yang duduk di hadapan Kanaya, Aldric membawa Kanaya ke kamar hotelnya untuk menenangkan Kanaya, ia tak mungkin membiarkan Kanaya yang shock seorang diri.
"Aku bersama temanku tapi ia memilih tinggal saat aku ajak pulang, jadi aku putuskan pulang sendiri karena besok kita masih ada tugas," jawab Kanaya.
Aldric menatap Kanaya bingung, gadis itu baru saja mengalami hal yang menakutkan bagi seorang gadis namun ia lihat Kanaya tidak shock dan ia bersikap biasa saja.
"Menangislah jika itu membuatmu tenang," ucap Aldric kemudian.
"Kamu pikir aku anak kecil harus menangis, aku akan kembali ke kamarku,sekali lagi terima kasih." Kanaya berdiri dan melangkah keluar namun ia menghentikan langkahnya sebelum sampai pintu.
"Jaket ini akan aku kembalikan setelah aku laundry."
Aldric termangu, ia belum pernah bertemu seorang gadis seperti Kanaya, yang mandiri dan berani, tumbuh rasa kagum dihatinya, pantas Arda menyukai gadis itu, karena gadis itu berbeda dari gadis kebanyakan.
Oooo----ooooO
"Kay...."
"Iya Bu."
"Antar ibu ke pasar ya, mau belanja untuk buat nasi tumpeng."
"Buat syukuran kenaikan jabatan ayah?"
"Iya, kita undang tetangga dekat sini saja."
"Lebih baik Kay yang ke pasar, ibu persiapkan saja di rumah, nanti ibu kelelahan kalau ikut ke pasar."
"Kamu yakin?"
"Yakin dong Bu."
"Kamu naik apa?"
"Ojek online lah Bu, ibu tenang, Kay pasti bisa."
"Ya sudah, hati hati. Ini daftar belanjaannya, ini uangnya."
"Uangnya ibu simpan ya, pakai uang Kay saja."
"Jangan Kay, pakai uang ini saja."
"Tidak apa apa Bu, Kay berangkat ya," pamit Kanaya, ia mencium punggung tangan ibu Inda dan keluar dari rumah, diluar rumah Kanaya berpapasan dengan ayahnya.
"Kemana Kay?"
"Ke pasar Yah."
"Sendiri? nggak sama ibu?"
"Enggak Yah, biar ibu di rumah saja dulu, Kay yang ke pasar, Kasihan ibu kalau harus panas panasan."
"Mau ayah antar?"
"Nggak usah, ayah berduaan saja sama ibu, romantis romantis an."
"Apa kamu ini."
Kanaya tergelak.
"Aku berangkat ya Yah."
"Hati hati."
Kanaya mencium punggung tangan pak Andrian dan keluar dari pagar rumahnya, ia menunggu ojek online yang sudah ia pesan.
Sesampainya di pasar Kanaya berbelanja sesuai catatan yang diberikan Bu Inda, ia berkeliling dari pedagang satu ke pedagang lainnya hingga semua daftar sudah ia beli, Kanaya bergegas keluar dari pasar dan menuju jalan raya, ia memesan ojek online tapi lama menunggu ia tak mendapatkannya hingga ia putuskan akan naik angkot saja. Ia menyusuri jalan menuju pangkalan angkot, ia kelelahan karena membawa barang berat, ia kemudian berhenti sejenak untuk istirahat, ia akan meletakkan barang barangnya namun sebuah motor berjalan terlalu dekat dengannya hingga menyerempet Kanaya membuat Kanaya terjatuh.
Pemotor itu menyadari jika ia menyerempet seseorang, ia pun berhenti dan turun.
"Sorry sorry, kamu tidak apa apa kan?"
"Kalau bawa motor itu hati hati, nggak bisa lihat orang berdiri di tepi jalan apa, main serempet aja," omel Kanaya sambil mencoba untuk berdiri, pemotor itu membantu Kanaya berdiri, Kanaya menatap pemotor itu tetapi ia tersentak karena melihat siapa pemotor itu, si pemotor juga terkejut melihat Kanaya.
"Aldric....??"
"Kanaya??!!"
"Kalau buru buru jangan lewat dekat pasar, banyak orang belanja," gerutu Kanaya lagi, ia mengangkat belanjaannya dan melangkah meninggalkan Aldric yang masih diam.
"Kay tunggu...."
Kanaya menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.
"Apa?"
"Biar aku antar pulang, sebagai permintaan maafku." Aldric berjalan mendekati Kanaya.
"Tidak usah, makasih. Biar aku naik ojek online saja."
"Naik ojol atau aku antar sama saja kan, naik motor juga," jawab Aldric santai.
"Tapi...."
"Tidak usah tapi, ayo." Aldric mengambil satu kantong besar di tangan kanan Kanaya dan berjalan menuju motornya terpaksa Kanaya mengikuti langkah Aldric, Kanaya menatap motor Aldric yang bukan motor biasa, motor gede itu bermerk Ducati Multistrada yang Kanaya tahu harganya sangat mahal, walau ia bukan pemotor tapi ia tahu harga motor itu hampir 1 milyar, keyakinannya makin bertambah jika Aldric bukan orang sembarangan di perusahaan, walau ia tak tahu jabatan apa yang akan dipegang oleh Aldric nantinya tapi itu pasti bukan staf biasa.
"Kenapa diam, ayo naik."
"Iya iya sabar." Kanaya kemudian naik di motor Aldric, dengan membawa satu kantong besar belanjaan sedangkan yang satunya diletakkan Aldric di depannya, Aldric memberikan helm pada Kanaya untuk pelindung kepala Kanaya, kemudian Aldric melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Kanaya menunjukkan jalan ke rumahnya.
Kanaya heran kenapa Aldric mau mengantarkan dirinya, mungkin tadi Aldric buru buru karena ada acara dengan pacarnya hingga menyerempet dirinya, tapi kenapa malah mengantarkan dirinya. Kanaya masih mengingat saat ia 2 kali bertemu Aldric dengan wanita berbeda yang membuatnya yakin jika Aldric adalah Player sejati, ia tak tahu berapa banyak pacar Aldric dan Kanaya yakin masih ada yang lain.
30 menit kemudian motor Aldric sudah sampai di depan rumah Kanaya, Kanaya kemudian turun, ia juga menurunkan belanjaan yang ada di depannya, Kanaya melepas helm dan menyerahkannya pada Aldric.
"Makasih Al."
"Sama sama." Aldric akan menstarter motornya saat ayah Kanaya keluar pagar.
"Kay....., kamu naik ojek ini?" tunjuk pak Andrian pada Aldric dan motornya yang terlihat bukan seperti ojek.
"Dia bukan ojek yah, dia teman Kay."
"Loh...kenapa tidak disuruh masak? masuk dulu nak, masa sudah antar Kay mau langsung pulang."
"Tidak usah yah, dia sedang ada urusan," jawab Kanaya.
Aldric menstandartkan motornya dan turun, ia melepas helmnya kemudian berjalan mendekati ayah Kanaya dan Kanaya.
"Bawa masuk nak motornya"
"Tapi yah....."
"Kay....." pak Andrian membuka pagar dan meminta Aldric memasukkan motornya.
Dengan wajah cemberut Kanaya masuk membawa belanjaannya ke dapur dimana ibunya sedang memasak.
"Kamu kenapa cemberut begitu Kay?"
"Nggak ada apa apa Bu." Kanaya mengeluarkan belanjaan dari kantong, dapur rumah Kanaya menghadap ke halaman belakang dimana banyak pepohonan yang ditanam oleh pak Andrian. Mata Kanaya membola saat melihat pak Andrian mengajak Aldric duduk di bangku bawah pohon yang tepat berhadapan dengan dapur.
"Siapa itu sama ayah Kay?"
"Teman kerja Kay Bu, tadi ketemu di depan pasar dan dia antar Kay pulang."
"Wah baik ya teman kamu Kay."
"Baik apaan," gumam Kanaya.
"Kenapa Kay?"
"Eh...enggak Bu," jawab Kanaya tergagap.
Kanaya membantu ibunya dengan rasa bingung, kenapa Aldric malah diam saja saat ayahnya mengajaknya masuk, harusnya ia menolak jika ia sedang buru buru kenapa malah sekarang bercakap-cakap santai dengan ayah Kanaya, bahkan sepertinya bahasan mereka sangat seru karena Kanaya melihat ayahnya sangat menikmati percakapannya dengan Aldric.
"Apa yang mereka bicarakan? Asyik sekali," batin Kanaya, ia tidak suka dengan apa yang ia lihat, ayahnya cepat sekali akrab dengan Aldric.
"Kay, itu buatkan teman kamu minum, ayah kamu juga."
"Tapi Bu...."
"Kamu kenapa sih Kay? seperti tidak suka dengan dia."
Kanaya menghembuskan nafasnya kasar dan mulai membuat minuman untuk ayahnya juga Aldric, ia meletakkan minuman di nampan juga sepiring makanan kecil, Kanaya keluar dari dapur menuju tempat dimana ayahnya dan Aldric berada. Aldric yang sedang bercakap-cakap dengan pak Andrian melirik sekilas pada Kanaya, entah apa yang ada dipikirannya saat menerima ajakan ayah Kanaya masuk. Sebenarnya ia buru buru ingin menuju villa keluarganya di puncak, ia ingin istirahat disana karena percuma jika ia dirumah karena Mama dan papanya tidak ada di rumah, mereka selalu pergi keluar negeri untuk urusan bisnis, dan itu terjadi sejak ia kecil hingga ia dewasa, ia memilih bersekolah di luar negeri setelah lulus SMA, karena di rumah atau tidak ia tetap sendirian, hanya gadis gadis yang menyukainya saja yang menemaninya setiap ia butuhkan dan itu membuatnya berpetualang dari gadis satu ke gadis yang lain hanya untuk menghalau kesepiannya saja.
Sikap ramah ayah Kanaya membuatnya merasa pria paruh baya itu figur sosok ayah yang sempurna, dan ia suka saat bercakap-cakap dengan ayah Kanaya, ayah Kanaya terlihat bijaksana dan bersahaja. Sepertinya tak salah ia menerima ajakan pak Andrian masuk.
Aldric bercakap-cakap dengan pak Adrian tentang apa saja dan ia mendapatkan banyak ilmu tentang kehidupan yang seharusnya ia dapat dari papanya bukan ayah orang lain.
"Ayah..... Para tetangga sudah berkumpul, ayo kita masuk. Oh ya kita belum kenalan ya, kenalkan saya ibunya Kanaya."
"Saya Aldric Tante, teman kantornya Kanaya," jawab Aldric mengulurkan tangan pada Bu Inda
"Baiklah, ayo masuk, kami mengadakan syukuran kenaikan jabatan ayah Kanaya, hanya acara kecil kecilan saja kok."
Aldric mengangguk dan mengikuti langkah Bu Inda dan pak Andrian, kenapa ia malah suka terjebak di rumah Kanaya, walau ia lihat Kanaya tidak menyukai dirinya berada di rumahnya tapi ia nyaman dengan sikap ayah dan ibu Kanaya.
Aldric mengikuti acara syukuran yang belum pernah ia lihat sebelumnya, yang ia tahu merayakan kenaikan jabatan pasti dengan pesta besar, bukan berdoa dan makan tumpeng bersama yang dilakukan oleh keluarga Kanaya, tetapi itu malah menarik perhatiannya.
Lynagabrielangga