When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Setelah menjalani serangkaian tes lab dan uap, kini Rex dikembalikan di ruang rawat. Bocah itu terus menangis di pelukan Dokter Farhan. Mengeluh kalau lengannya sangat sakit karena darahnya diambil untuk keperluan lap. Orang dewasa saja merasa sakit, apalagi anak kecil. Gerald melihat anaknya yang tak berhenti menangis di pelukan tetangganya, dengan perasaan tak enak. Sudah berkali-kali Gerald menawarkan gendongan pada anaknya, tapi Rex tidak mau. Rex meletakkan kepalanya di pundak Dokter Farhan dengan manja. Ray dan Rey melihat kakaknya yang biasa membantunya, kini lemas karena sakit, merasa kasihan. Berulangkali juga dua anak itu mengajak bicara Rex, tapi Rex tidak menanggapi. Rex terlalu fokus pada sakit di lengannya hingga terus-terusan menangis. "Kenapa istrimu tidak kamu kabari?

