Gusti merasa prihatin dengan apa yang diceritakan oleh Lena. Tentang bagaimana suami Andini yang tega menikah lagi hanya karena alasan kurang sholeha. Dan tidak bisa diatur.
"Kalau kamu bukan sababatku waktu SMA, aku ga akan ceritakan aib rumah tangganya Andini, Gus. Kasihan Dia. Tapi memang dia salah dalam melampiasan sakit hatinya. Mabuk adalah caranya untuk lari dari masalah," ucap Lena. Dia sekarang berada di mobil Gusti. Karena tadi Gusti menawarkan diri untuk mengantarnya dan Andini pulang. Andini sekarang berada di kursi penumpang di belakang Gusti dan Lena. Tertidur dengan lelap.
"Kamu kan sahabat Andini? kamu ga nyoba nasehatin dia? jangan minum-minum lagi begini. Aku kaget Andini bisa seperti ini. Padahal dulu waktu SMA dia tergolong gadis yang lugu." Gusti sesekali mencuri pandang lewat kaca spionnya. Dia melihat Andini yang tidur dengan lelap. Meski kadang dia mendengar Andini mengigau.
"Kamu akan menyesal Mas." Andini mengigau. Lena dan Gusti spontan melihat ke belakang. Melihat keadaan Andini.
"Ya seperti itulah Gus. Aku kadang kesel sama dia. Tapi juga kasihan. Siapa yang tidak sakit hati dipoligami sama suami. Andini selalu berusaha terlihat kuat. Padahal dia sering nangis kalau sama aku."
"Kenapa tidak cerai saja? daripada makan hati. Bukannya Andini sekarang sudah sukses? dia punya usaha kosmetik kalau ga salah kan?"
"Wah kamu sering kepoin Andini ya ternyata Gus?" Lena menggoda Gusti. Dia tahu dulu waktu SMA Gusti pernah suka pada Andini. Tapi mereka tidak pernah pacaran.
"Apaan sih Len. Aku tahu kan juga dari grup teman-teman SMA," kilah Gusti
"Oh iya aku lupa ya. Kepo juga nggak apa-apa. Barangkali nanti kalau Andini cerai dari suaminya kamu bisa daftar jadi suaminya. Eh bentar kamu udah punya istri belum? jangan-jangan udah punya istri." Lena tertawa.
"Belum Len. Aku belum menikah." Gusti hanya tersenyum tipis.
"Halah paling juga bohong. Ga mungkin seorang laki-laki yang pekerjaannya sudah mapan seperti kamu, belum menikah. Ini ni laki-laki memang seperti ini. Di luar ngakunya single. Padahal sudah punya istri dan anak. Paling ga demen nih kayak gini," celetuk Lena.
"Terserah kamulah Len. Kalau ga percaya lihat saja KTP ku. Masih single. Atau tanya teman-teman dan orangtuaku."
"Eh ngapain? kurang kerjaan amat nanyain status orang. Emang aku yang mau nikahin kamu. Maaf Gus, aku udah punya suami. Kalau suamiku sih beda. Dia setia. Meski sering ke luar kota."
"Kamu percaya aja gitu? kalau dia setia di sana."
"Eh jangan salah.. walau aku ini ibu rumah tangga, aku ini lihai lho. Aku pasang GPS di HP suamiku. Aku bisa lacak kemana saja dia pergi.
"Wah keren juga kamu ya. Mungkin dulu Andini tidak belajar dari kamu. Makanya dia diselingkuhi sama suaminya."
"Sudah aku ajarin. Tapi suaminya lebih pintar darinya. Kalau suamiku kan gaptek. Mana ngerti dia kalau aku pasangi pelacak di ponselnya. Hahaha."
"Oh ya.. berarti kalau aku nganterin Andini sampai rumah nggak apa-apa kan? suaminya nggak ada kan?" tanya Gusti.
"Ga ada. Suaminya lagi bulan madu sama istri mudanya. Kalaupun ada juga nggak masalah. Syukur-syukur kamu dikira selingkuhan Andini. Emangnya cuma dia saja yang bisa selingkuh," ucap Lena kesal.
"Hei jangan begitulah. Walau bagaimanapun Andini itu masih punya suami. Aku mengantar kalian pulang karena kasihan aja sama Andini. Aku prihatin sama keadaannya." Gusti menoleh ke belakang. Andini masih mengigau.
"Apalagi aku yang setiap hari dicurhati sama dia. Bukannya bosen sih. Tapi harusnya dia bisa lebih tegas untuk menentukan masa depannya sendiri. Kalau memang menyakiti dirinya sendiri buat apa?"
"Len, ini udah mau sampai di alamat yang kamu kasih tadi lho. Yang mana rumahnya?" Gusti mengamati nomor rumah yang tadi diberikan Lena padanya.
"Eh iya sampai lupa sebentar lagi sampai. Itu loh rumah yang catnya warna putih. Kelihatan kan rumahnya paling mewah sendiri. Lantai dua itu lho." Lena menunjuk rumah bercat warna putih yang sudah tidak jauh lagi dari mobil Gusti.
"Oh itu.." Gusti melihat rumah yang begitu besar tak jauh dari pandangannya saat ini. Rumah bercat putih yang terlihat sangat mewah dari luar.
"Len, kamu saja yang masuk. Aku tunggu di sini ya. Nanti malah jadi fitnah untuk Andini."
"Gapapa.. lagian aku mana sanggup memapah Andini sendirian masuk ke dalam. Kalau mau nolongin teman jangan setengah-setengah. Polisi koq takuymt sih."
"Ya ya.. ga usah bawa-bawa profesi kali. Aku hanya menjaga nama baik Andini aja." Gusti mematikan mesin mobilnya lalu ke luar bersamaan dengan Lena.
Gusti buru-buru membuka pintu mobil bagian samping belakang. Bersama Lena dia membantu Andini keluar.
"Hati-hati Gus." Lena bersama Gusti memapah Andini masuk ke dalam rumahnya.
"Bu Andini mabuk lagi, Bu Lena?" tanya penjaga rumah Andini.
"Iya Mang, bukain pintu rumah ya," perintah Lena. Penjaga rumah Andini langsung membuka pintu rumah.
"Silakan Bu Lena."
"Makasih ya Mang. Ayo Gus, berat nih. Andini ini badan sexy tapi beratnya minta ampun.. Duh..." Lena dan Gusti mendudukkan Andini di sofa ruang tamu. Andini hanya sesekali menggeliat. Tapi masih nyaman dengan tidurnya saat ini.
"Aku panggil ARTnya Andini dulu ya Gus. Mau bantu dia ke kamar."
"Ah Iya.. jangan akulah kalau sudah ke ruangan pribadi." Gusti duduk di ruang tamu menunggui Andini. Sedangkan Lena mencari ART. Diliriknya jam sudah pukul dua belas malam.
"Bagus Andini. Jam segini baru pulang!! sama laki-laki lagi!! Mabuk lagi!!" bentak Galang yang tiba-tiba keluar dari kamarnya yang ada di lantai satu.
Bugh!!
Bugh!!
Galang tiba-tiba hampir memukul Gusti. Gusti dengan sigap menghalaunya.
"Maaf Mas, ini tidak seperti yang anda pikirkan. Saya hanya mengantarkan Andini pulang." Gusti memegang sebelah tangan Galang. Dan menyilangkannya ke belakang.
"Hei lepasin!! brengs*k. Kamu mau rebut istriku ya?!" teriak Galang lagi. Dia tidak bisa berkutik saat Gusti memelintir tangannya.
"Hei apa-apaan ini?" Lena sampai berlari saat mendengar keributan dari ruang tamu.
"Lena? kamu juga ada di sini? kalian sekongkol? kamu berarti tahu Andini selingkuh sama laki-laki ini?"
"Mas, anda salah paham. Saya hanya temannya Andini." ucap Gusti.
"Diam kamu!! Dasar maling!! Pantas saja Andini menyuruhku bulan madu. Ternyata ini yang dia lakukan. Dia ternyata selingkuh di belakangku." Galang mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Gusti. Tapi dia kalah kuat dari Gusti yang badannya berotot.
"Enak ga rasanya diselingkuhin, Lang? ga enak kan? itu yang Andini rasakan selama ini saat kamu selingkuh dan menikah dengan perempuan lain. Dan sekarang kamu marah kalau Andini selingkuh? Egois kamu!!"
"Jadi benar kan Andini selingkuh?"
"Kamu pikir saja sendiri." jawab Lena. Dia sengaja membohongi Galang. Agar dia tahu bagaimana perasaan Andini saat dia selingkuh.