1

1829 Words
Hari ini adalah rapat pertama BigStar Entertainment untuk konser Love yourself. Targetnya, mereka akan memperbanyak jadwal tour di Amerika karena demand yang tinggi. Beberapa tempat dan tanggal sudah ditetapkan. Dan setelah Love yourself di Seoul diadakan, mereka akan mulai konser dunia tersebut di negeri paman sam sana. Member HTS hari itu ikut hadir dalam rapat perdana terkait konser mereka. Tentu saja mereka harus hadir, mereka juga ingin terlibat dan mendalami konsep-konsep yang sudah disiapkan tim kreatif agensi mereka yang selalu luar biasa. Seperti biasa, Yoonjun terlihat dengan wajah setengah mengantuk. Dia habis begadang semalaman di studio menggarap lagu. Melihat hal itu, sebagai dongsaeng sekaligus caregiver nomor satu di HTS, Jimin langsung berbelok ke pantry sesaat mereka sampai di kantor dan membuat segelas kopi untuk hyungnya tersebut. "Gomawo, Jiminie," ucap Yoonjun dengan suara serak seperti orang mabuknya itu. Tidak lupa ia memamerkan senyum gusi andalannya. Kopi adalah doping wajib seorang Min Yoonjun. Dan selama Jimin mempunyai kesempatan, ia selalu sedia untuk menyediakan hyungnya tersebut segelas kopi. Entah sekedar membelikan atau bahkan menyeduh sendiri. Kini giliran Jinwoo yang membutuhkan perhatian Jimin. Hyung tertua di HTS itu menarik kursinya lebih dekat ke arah Jimin lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Jimin. Tidak sadar diri bahwa tubuhnya lebih besar dari Jimin yang harus menopangnya. Tetapi bukannya protes, Jimin justru menepuk pelan pipi hyungnya itu dan mengalihkan tatapannya ke arah proyektor di mana tim kreatif sebentar lagi akan melakukan presentasi terkait persiapan konser. Rapat itu berlangsung kurang lebih dua setengah jam karena sangat banyak yang perlu disiapkan dan dibahas. Karena konser ini akan menjadi project yang lebih besar daripada konser-konser HTS sebelumnya, maka crew yang dibutuhkan juga jadi lebih banyak. "Akan ada recruitment besar-besaran yang dibuka oleh BigStar pada akhir bulan ini. Setiap kepala tim diharapkan menyebutkan berapa kira-kira anggota yang dibutuhkan." Kepala Tim Koreografer mengangkat tangan. "Setidaknya kami membutuhkan seratus lima puluh orang dancer, laki-laki dan perempuan." Mata Jungjoo membulat. "Dancer perempuan?" Hal ini tentu saja sesuatu yang mengejutkan karena selama ini BigStar tidak pernah menggunakan back dancer perempuan dalam setiap konser HTS. Bahkan trainee perempuan saja mereka tidak punya. Semua staff perempuan yang ada di BigStar, kecuali San, sudah menikah. "Apa akan ada perform yang mengharuskan kami menari dengan perempuan?" tanyanya penasaran. "Kalian mau aku dikuliti Min Hyuk PDnim?" tanya kepala tim. "Itu hanya untuk melengkapi konsep. Kalaupun kalian menari dalam satu panggung, mereka akan tetap menjadi back dancer tanpa ada kontak dengan kalian secara langsung." Taekhyung mencibir, tidak seru. Dia pikir akan ada perubahan besar di konser kali ini. Ternyata tidak juga. Jimin seperti biasa, hanya mengangguk sambil mengaggumi bagaimana para staff terutama tim kreatif menyiapkan ide sehebat ini dalam waktu terbilang singkat. Salah satu perempuan yang ada di dalam ruangan itu kini mengangkat tangan. Dia adalah kepala tim untuk stylist dan coordi. "Kami membutuhkan banyak tambahan coordi. Pergantian baju dengan jeda waktu singkat membutuhkan banyak tenaga. Setidaknya satu member butuh 5 sampai 6 coordi." Mata Jungjoo lagi-lagi kembali membulat. "Hah?" Lalu ia menatap San, satu-satunya orang yang boleh mengurusi pakaiannya padahal jabatannya adalah manager bukan coordi noona. "Aku tidak mau dipegang oleh orang sebanyak itu." "Diamlah, Jeon." Seperti biasa, San dan kegalakannya yang mampu membuat seorang Jeon Jungjoo menurut. Meskipun bibirnya mencebik lucu. "Pantas saja jadwal tour kita banyak. Modal yang dikeluarkan juga lebih banyak lagi." Itu ucapan Jinwoo yang tentu saja hanya bercanda meskipun sebetulnya ada benarnya juga. Akhirnya setelah beberapa pembahasan lagi, rapat pun selesai. Kini member HTS akan mulai menyiapkan diri untuk mempelajari konsep, songlist, choreo. Sedangkan staff BigStar memulai persiapan untuk recruitment terbesar yang pernah diadakan perusahaan mereka. Seusai rapat, member HTS memutuskan berkumpul di longue yang tersedia memang untuk mereka beristirahat di kantor seusai latihan. Di sana lebih seperti ruangan 'healing' untuk mereka. Tersedia kursi pijat, komputer untuk internetan dan main games, pantry dan sofa besar untuk menyelonjorkan kaki sambil menonton tayangan televisi. Jinwoo sudah langsung menyeduh mie instan saja sedetik kakinya menapak di ruang tersebut. Taekhyung dan Jungjoo malah berebut komputer. Yang lain memilih berhamburan di sofa untuk merebahkan tubuh yang pegal karena dua jam duduk di ruang rapat. Minjoon sedang menggonta-ganti channel TV saat salah satu siaran TV menyebut-nyebut nama Jimin dan HTS di dalamnya. Secara refleks tangan Minjoon berhenti menekan remote. Itu adalah acara talkshow yang dibawakan oleh Jaesuk, Happy Together. Mata Minjoon melirik Jimin dan dengan terburu-buru siap untuk mengganti channel sebelum Yoonjun merebut remote itu dari tangannya dan dengan sengaja mengencangkan volume hingga semua yang ada di ruangan itu mengalihkan pandangan ke arah TV. Di layar menampilkan sosok yang tidak asing bagi mereka bertuju terutama Jimin. Iya di sana tengah duduk tersorot kamera menampilkan wajah manis dengan make up sederhananya yang selalu membuat Jimin jatuh dan jatuh untuk kesekian kalinya. Ahn Sora. "Meskipun kami sudah putus, aku dan Jimin oppa masih berhubungan baik. Biarkan cerita kami menjadi masa lalu, yang penting kami berteman dan baik-baik saja sampai saat ini. Aku dan member Twinklebelle juga tengah disibukkan promo album terbaru kami sehingga sulit rasanya bagi ku untuk memikirkan hal lain." "What the hell was that?" tanya Minjoon tanpa sengaja mengumpat dengan bahasa Inggris. Taekhyung dan Jungjoo juga sudah berjengit cringe di tempatnya. Jinwoo dan Hobeom juga menunjukkan ekspresi tidak senang. Hobeom bahkan buru-buru merebut remote di tangan Yoonjun dan mengganti channel. "Ular." Itulah komentar yang Yoonjun berikan, beserta ekspresi datarnya tentu saja.          "Hyung!" Jimin mendengus protes. "Jangan begitu." Yoonjun memutar mata lalu menatap Jimin. "Kau masih membelanya? Kau tidak lihat apa yang baru saja dia lakukan?" tanya Yoonjun dengan intonasi dingin. Hobeom mengangguk setuju. "Betul, Jiminie. Setelah ini artikel lama kalian akan kembali mencuat dan trending di Naver menutupi artikel tentang album dan konser kita." "Dia selalu melakukan itu setiap kali groupnya comeback. Kau masih mau membelanya dan bilang dia sedang tidak memanfaatkan namamu?" tanya Taekhyung yang sudah menyerah berebut komputer dengan Jungjoo. "Kalian bahkan sudah putus dua tahun yang lalu, astaga! Kenapa masih harus mengungkitnya?" Jimin menunduk, merasa dihakimi. "Mungkin dia tidak bisa menolak karena MC bertanya?" "Selalu ada pemberitahuan script sebelum acara variety atau talkshow, Jimin. Setiap agency dan artis berhak menolak pertanyaan yang tidak sesuai atau tidak pantas dibicarakan. Kau juga tau itu." "Sudahlah." Minjoon menengahi karena pembahasan ini selalu menjadi topik sensitif di antara mereka. Lihat saja bagaimana atmosfer seketika berubah hanya karena pembahasan tersebut. "Kalau fans tau yang sebenarnya, sejak awal mereka tidak akan memberikan dukungan kepada hubunganmu dan gadis itu." Yoonjun rupanya masih belum selesai. "Kalau kami tau, kami tidak akan pernah mendukungmu untuk go public saat itu, Jiminie." Lalu Yoonjun berlalu meninggalkan ruangan menuju ke studionya, meninggalkan atmosfer yang lebih dingin dari sebelumnya. Jimin hanya bisa menunduk, merasa bersalah.   *** Di lain tempat, Aera baru saja sampai di stasiun. Hari ini rencananya ia akan mencari akademi tari sekaligus tempat tinggal di Seoul. Uang hasil kerja part timenya selama di Kanada terkumpul cukup banyak untuk tempat tinggal kecil dan keperluannya selama sebulan. Dalam waktu sebulan Aera harus sudah menemukan pekerjaan. Ia butuh penghasilan untuk membiayai hidup dan juga membayar kelas tarinya kelak. Dua tahun yang lalu, Aera sempat kembali ke Korea tepatnya ke Busan untuk mengurus berbagai dokumen kepindahannya. Tapi Aera belum bisa menetap di Korea karena harus menyelesaikan studinya di Kanada juga berbagai dokumen kepindahan. Kini Aera sudah selesai dengan studinya dan ia akan resmi memulai kehidupan barunya di negara kelahirannya. Dan Seoul menjadi pilihan Aera untuk memulai segalanya.  Ah, Aera tidak sabar untuk kembali menekuni dunia tarinya setelah ia vakum hampir sepuluh tahun.   Aera akhirnya mendapatkan tempat tinggal kecil di daerah pemukiman padat. Jalannya menanjak tangga dan cukup jauh dari jalan raya dan pemberhentian bus atau stasiun bawah tanah. Tapi tidak masalah karena pemukiman itu terlihat aman dan cukup nyaman. Karena terletak agak di pedalaman dari jalan raya, meskipun berada di tengah kota Seoul, lingkungannya terasa hening dan sepi. Harga sewanya juga tidak membuat Aera sampai tercekik. Selesai dengan urusan tempat tinggal, Aera memutuskan untuk ke kawasan Gangnam. Kawasan metropolis dan elit itu dipenuhi gedung-gedung perusahaan besar dan berbagai toko serta tempat makan bergengsi. Termasuk beberapa agency besar Korea. Sebut saja SM, JYP, Starship, PLEDIS, JellyFish dan BigStar. Semuanya bertebaran di Gangnam-gu. Tidak heran beberapa kawasan hunian elite di Gangnam terdaftar atas nama artis-artis papan atas. Orang-orang yang berlalu lalang di sekitaran Gangnam juga berpakaian sepadan dengan citranya. Modis dan berkelas. Merasa pakaiannya cukup pantas untuk sekedar berjalan-jalan di daerah Gangnam, Aera memutuskan berkeliling sambil melihat-lihat siapa tau ada akademi tari yang bisa dia masuki. Meskipun sebenarnya Aera sudah survey beberapa akademi tari lewat internet, tetapi ia tidak puas jika tidak melihatnya langsung. Sekalian siapa tau ia bisa sambil mencari pekerjaan paruh waktu. Aera sampai di sebuah gedung yang warnanya didominasi putih. Yang menarik perhatian Aera adalah karena di depan gedung ramai oleh orang-orang yang entah sedang apa. "Ah, mungkin ada artis?" Aera mengedikkan bahu dan berlalu begitu saja. Lama tinggal di Kanada membuat Aera menutup diri dari informasi tentang Negara kelahirannya. Bukannya tidak nasionalis, tetapi keluarganya mengalami kebangkrutan di tahun ke empat Aera menetap di sana. Kalau saja bukan karena ayahnya lebih dulu membeli sebuah rumah di Toronto, sudah pasti keluarga Aera jadi gelandangan di sana. Sejak di bangku sekolah menengah, Aera sudah harus bekerja paruh waktu. Kini ayah Aera sedang mencoba membangun kembali bisnisnya di sana, meski belum sepenuhnya stabil, setidaknya mereka tidak kekurangan uang dan terlilit hutang lagi. Untuk itu Aera yang sudah cukup dewasa memutuskan untuk kembali ke Korea, melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda yaitu menjadi penari. Tidak heran bahwa Aera tidak tau apa-apa tentang perkembangan musik atau idol Korea. Terakhir yang ia tau hanya Super Junior dan PSY yang mendunia hingga beberapa temannya di Kanada bahkan mengidolakan mereka. "BigStar benar-benar gila! Mereka serius dengan aturan 'hanya mempekerjakan perempuan yang sudah menikah', bahkan itu diberlakukan juga untuk staff konser!" ucap salah seorang perempuan yang ada di kerumunan. Suaranya cukup keras untuk didengar Aera. "Mereka benar-benar menjaga HTS. Tidak membiarkan satupun skandal mendekati mereka, bahkan dengan staff sendiri." Yang lain menanggapi. "Mereka tau kalau tidak ada persyaratan seperti itu, orang-orang seperti kita yang mimpi bisa bekerja dengan idol kita akan mendaftar. Meskipun tidak adil tetapi aku bersyukur. Bagaimana kalau sasaeng yang mendaftar?" Aera akhirnya menepuk bahu gadis yang sejak tadi pembicaraannya itu menarik minatnya. Bukan tentang idol atau sasaeng tentu saja melainkan lapangan pekerjaan. "Apakah ada lapangan pekerjaan di sini?" tanyanya to the point. Kedua gadis itu bertatapan dan menatap Aera dari ujung kepala hingga kaki. Lalu mengangguk. "Ya, gajinya juga besar. Tetapi tertutup untuk perempuan single. Mereka hanya merekrut yang sudah menikah." Dahi Aera berkerut. "Aneh sekali," gumamnya. Persyaratan macam apa itu. Akhirnya Aera hanya menganggukkan kepala lalu pergi. "Dancer perempuan tidak memiliki syarat harus sudah menikah. Tetapi yang mereka rekrut hanya yang terdaftar di akademi resmi." Langkah Aera terhenti kembali. Kini ia bahkan terang-terangan bergabung dengan orang-orang yang sedang mengobrol tersebut. "Kalau kau tidak bisa menari, ya berarti kau harus menikah dulu baru bisa masuk BigStar!" Dengan cepat Aera mengetikkan sesuatu di memo ponselnya. Lapangan Pekerjaan: 1. Dancer di BigStar ent. Sekarang Aera hanya perlu mencari akademi tari yang akan ia masuki untuk melangkah ke stage yang lebih besar.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD