Bab 20

1060 Words
Dengan cepat Angga langsung membawa langkahnya untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Mona. Saat Angga ingin membuka pintu mobil taxi tersebut, mobil taksi langsung melaju dengan begitu kencangnya, sebelum Angga berhasil membuka atau bahkan menyentuh mobil taksi tersebut, hingga tangan Angga bergantung begitu saja karena masih terkejut melihat mobil taksi sudah tidak terlihat di pandangan matanya. Tak hanya Angga yang terkejut melihat taxi sudah tidak terlihat, begitupun juga dengan pemilik taksi atau sopir taksi tersebut, Ia juga begitu sangat terkejut saat melihat mobilnya sudah tidak terlihat lagi dan bahkan melewati tubuhnya seperti angin lalu. “Angga… “Tante… . Lirih Angga dan juga Mona secara bersamaan sambil menetap mobil taksi yang sudah tidak terlihat lagi. Mereka benar-benar sangat kesal karena mobil taksi itu langsung pergi begitu saja tanpa mereka sadari. “Angga, cepat kejar taxi itu, Tante gak mau ya papa kamu dimanfaatin sama wanita itu. “ Teriak Mona meminta agar Angga segera mengejar mobil taksi yang membawa Bian dan juga Amel, dengan memanas-manasi Angga kalau Bian hanya dimanfaatkan oleh wanita yang dimaksud oleh Mona, yang tak lain wanita itu adalah Amel sendiri. “ Tante, aku tidak tahu papa membawa wanita itu ke mana. Kita sudah kehilangan jejak. Bagaimana bisa aku mengejarnya, Aku tidak tahu Papa ke arah kanan atau ke kiri atau Terus lurus. Percuma saja aku mengejarnya." Ujar Angga yang langsung masuk ke dalam mobilnya, karena memang benar Ia juga tidak tahu ke arah mana sang Papa pergi, bukan karena dirinya malas untuk mengejar mobil taxi yang dibawa oleh sang papa. Mona yang boleh bepergian Angga semakin merasa kesal karena tidak ada yang membantu dirinya untuk mengejar Bian. “Pah, pelan-pelan, aku takut, “ kata Amel karena Bian sejak tadi terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi bahkan dia membawa mobilnya ugal-ugalan, hingga membuat isi perut Amel merasa tidak enak, terasa diaduk-aduk. Bian yang mendengar ucapan Amel langsung menghentikan mobilnya dengan cepat dan tidak berselang lama mobil taksi itu berhenti, ada sebuah mobil hitam yang begitu sangat mewah berhenti tepat di depan taxi yang dibawa oleh Bian tadi. Dengan cepat Bian keluar dari mobil taksi tersebut, dan membukakan pintu disamping Amel lalu menggendong tubuh Amel dengan cepat, dan berlari menuju ke mobil yang berhenti di depan deteksi tadi. Ternyata mobil hitam mewah Itu adalah mobil Bian yang dibawa oleh Erik langsung. Setelah Erik memastikan Bian dan juga Amel Sudah masuk ke dalam mobil, Erik langsung melajukan mobilnya dengan cepat, dan kali ini biar meminta Erik untuk melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang saja, karena tidak ingin membuat Amel semakin merasa mual. “Papa kalau mau bunuh diri, tidak perlu ngajak-ngajak aku. "Ujar Amel dengan nada kesalnya, karena Amel benar-benar merasa sangat pusing. ” Masih aku yang salah? Aku melakukan semua ini juga demi melindungi kamu biar kamu aman dari Angga. Aku sih santai-santai saja meski Angga tahu kalau aku bersamamu, malah aku akan merasa senang kalau Angga tahu tentang hubungan kita. "Ujar Bian dengan ada santainya, yang langsung mendapat cubitan keras di pahanya dari Amel, hingga Bian langsung memejamkan matanya menahan sakit meski sakitnya tidak seberapa. " Sayang, sakit! "Kata Bian membuat Erik yang mendengarnya langsung memutar bola matanya Jengah, karena menurut Erik, cuma dicubit oleh jari lentik mungil Amel sudah mengeluh sakit, padahal terkena tembak atau sayatan pisau dulu, Bian santai-santai saja. Pikir Erik yang menganggap Bian terlalu lebay. “ Lagian kayak berharap banget Kak Angga cepat tahu tentang hubungan kita, "kata Amel " Bukan begitu, Sayang. Aku hanya males saja setiap apa yang terjadi di antara kita Kamu selalu menyalahkan aku, "kata Bian dengan nada lembutnya." "Jadi maksud Papa di sini aku yang salah? "Tanya Amel dengan kedua mata yang terlihat melotot. " Tidak begitu juga, Sayang. Maksudnya itu Anggap saja kita mencari aman. Oke sudah. "Ujar Bian yang memilih mengolah, karena Bian merasa kalau perdebatan masih dilanjutkan akan menjadi panjang nantinya. Jadi Bian memilih mengalah. “ Pah, antar aku pulang. Setelah itu Papa langsung ke kantor saja, karena aku yakin Kak Angga pasti akan menuju ke kantor Papa. "Ujar Amel yang langsung disetujui oleh Bian, karena Bian se pemikiran dengan Amel Kalau Angga pasti akan berkunjung ke kantornya. Jadi Bian langsung menyuruh Erik untuk mengantar Amel Ke rumah Angga, baru Setelah itu mereka Langsung ke kantor. “ Ingat ya, Papa tidak boleh ganjen sama Tante itu. "Ujar Amer memberi peringatan pada Bian setelah mobil Bian berhenti di depan rumah Angga. " Iya, Sayang. Aku itu cintanya cuma sama kamu, dan aku tergoda nya cuma sama kamu. Jadi mau Mona menggodaku Sebesar apapun, aku tetap tidak tergoda, Karena aku udah terlanjur sayang sama kamu." Ujar Bian seperti orang yang sengaja merayu pacarnya, membuat Amel tersenyum. Yah, sebelum Amel mau ikut pergi dengan Bian tadi saat di taksi, Bian sempat menjelaskan pada Amel kalau Mona bagi Bian hanyalah masa lalunya. Dulu saat Bian mengajari Angga berbisnis, Bian juga meminta bantuan Mona untuk mengajari Angga dalam berbisnis, karena Bian sendiri juga sangat sibuk dengan pekerjaannya, hingga membuat Bian terpaksa untuk meminta bantuan Mona untuk mengajari Angga, hingga keduanya timbul perasaan cinta. Namun sayang, hubungan mereka harus kandas di tengah jalan, lantaran Mona menolak Bian untuk menikah dalam waktu dekat itu, karena waktu itu Mona juga masih fokus dengan karirnya sebagai seorang model. Makanya Amel luluh pada Bian lagi, itu karena Amel sudah tahu kalau Bian dan Mona sudah tidak ada hubungan apa lagi, dan Mona hanyalah bagian dari masa lalu Bian saja. Setelah Amel berpamitan pada Bian, Amel langsung keluar dari mobil Bian dan langsung masuk ke dalam rumah Angga. Sedangkan Bian tetap berdiam di dalam mobil menunggu sampai Amel benar-benar masuk, baru setelah Amel ada di dalam rumah tangga, Bian pun meminta Erik untuk melanjutkan perjalanannya untuk menuju ke kantor. Karena Amel juga sudah sarapan di rumah Bian sebelum ada drama tadi di rumah Bian, Amel langsung beristirahat karena Amel juga tidak tahu harus melakukan kegiatan apa di rumah Angga. Jadi Amel memutuskan untuk Langsung istirahat saja, dan Amel akan Menyiapkan makan siang nanti untuk Angga Kalau Angga pulang. Dan Amel yakin, kalau anggap pasti pulang, karena Angga akan mengintrogasi dirinya ke mana Dirinya tidak pulang semalam. Jadi sebelum Amel berpikir keras akan alasan apa yang ia berikan pada Angga atas ketidak pulang nya semalam, Amel akan tidur terlebih dahulu. “ Baru saja Amel merebahkan tubuhnya di ranjang, pintu kamarnya langsung terbuka dengan lebar bahkan Terdengar sangat kasar, hingga membuat Amel langsung bangun dari tidurnya. Degh “Kak Angga…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD