Sugar Daddy Club.

1122 Words
“Hai Ruben!” sapa Anya yang berjalan keluar dari kantor dan menghampiri sang sopir limosin yang sedang menunggu di tempat parkir. “Nona Anya?! Apa yang Anda lakukan di sini?” Ruben jelas kaget. “Aku bekerja di sini sekarang.” “Di kantor Tuan Thomas?” Anya mengangguk, “Iya, aku melamar sebagai tim marketing tapi malah mendapat tawaran sebagai asisten pribadi. Aku tidak mengira kalau Om Thom adalah CEO di sini.” “Tuan Thomas adalah pemilik bisnis yang besar dan juga menjadi CEO beberapa perusahaan lainnya. Jadi apa yang bisa saya bantu untuk Anda?” “Om Thom bilang mau mengantarkan aku pulang, dia menyuruhku datang duluan ke sini.” Ruben manggut-manggut. “Kalau begitu silahkan masuk dan tunggu Tuan Thomas di dalam limo!” sahut Ruben sambil membukakan pintu penumpang. “Terima kasih, Ruben,” ujar Anya sambil melangkah masuk ke dalam limosin dan duduk dengan nyaman. Tak lama kemudian Thomas datang, ia berjalan sambil menerima telepon entah dari siapa. Yang jelas raut wajahnya tampak gembira tapi juga sedikit kesal dalam waktu yang bersamaan. Ia lalu mematikan teleponnya begitu sudah berada di dekat limosin. “Tuan Thomas,” sapa Ruben sambil mengangguk hormat kepada sang Bos. “Apa Anya sudah datang ke sini?” tanya Thomas. “Nona Anya sudah ada di dalam limo, Tuan!” “Bagus, kalau begitu ayo kita segera pergi mengantarkannya pulang. Kamu masih hapal alamat apartemennya kan?” Thomas memastikan. “Masih, Tuan.” “Kalau begitu ayo berangkat, oh iya Ruben tolong kamu tutup jendela kecil pembatas kita dan jangan kamu buka sampai kita tiba di tujuan!” perintah Thomas. Ruben kembali mengangguk, ia tersenyum kecil dan paham apa yang hendak dilakukan oleh Thomas dengan Anya di dalam bangku penumpang limosin yang ia kemudikan. Maka tanpa banyak tanya lagi ia pun segera menuju ke kursi sopir dan setelah yakin Thomas sudah masuk, ia pun melajukan limosinnya dengan baik. Anya duduk bersandar ke bahu Thomas. “Apa kamu mau sampanye?” Thomas menawarkan sambil meraih sebuah botol sampanye yang ada di dalam kulkas mini di depannya. Anya mengangguk, “Mau!” Selain membuka botol dan menuangkan sampanye ke dalam gelas mereka berdua, Thomas melihat ada anggur segar di dalam kulkas mini dan segera mempreteli beberapa. Ia memasukkan anggur segar itu ke dalam gelasnya. Anya meminum sampanye beberapa teguk dan menaruh gelasnya kembali di meja kecil dengan penahan khusus anti guncangan. “Apa kamu suka anggur?” tanya Thomas. Anya kembali mengangguk, “Suka, Om.” Thomas meminum sampanye yang di dalamnya sudah ia masukkan anggur segar, masih di dalam mulutnya ia lalu mencium Anya tepat di bibir dan mengestafetkan anggur segar tersebut ke dalam mulut Anya. Anya kaget tapi ia merasakan sensasi unik dari anggur yang diberikan oleh Thomas, apalagi saat mengestafetkan anggur tersebut, lidah Thomas pun bermain di dalam mulut Anya. Agak sesak dan merasa penuh, tapi sensasi anggur yang dingin dan lidah Thomas yang lincah bak seekor ular bermain di dalam mulutnya membuat Anya menggelinjang geli tapi juga merasa nikmat. Dengan segera Thomas pun menjadi kembali memanas dan melakukan cumbuan demi cumbuan kepada Anya yang pasrah dan menerima semua perlakuan yang diberikan oleh Thomas dengan baik, terkadang ia juga membalas mendekap, menggigit Thomas di beberapa bagian tubuhnya dengan lembut dan mesra. “Apa Om mau melakukannya lagi di sini?” bisik Anya bertanya. “Tidak, rasanya sudah cukup untuk hari ini. Aku hanya ingin sekedar mencumbu dirimu saja. Aku membutuhkan sisa tenagaku untuk kegiatan nanti malam, ada sebuah pesta yang harus aku hadiri bersama dengan rekan sesama CEO!” “Ish! Curang, padahal aku sudah mulai merasa gerah ini.” “Tenang saja, kamu cukup minum minuman dingin untuk mengatasinya!” sahut Thomas sambil meraih kembali botol sampanye dan mengisi gelas Anya yang kosong dan memberikannya kepada gadis itu. Anya menarik nafasnya, kini ia merasa kentang tapi tidak apa sebab sebentar lagi mereka akan tiba di apartemennya. Anya berharap Peter akan bisa menuntaskan apa yang telah dimulai oleh Thomas dan membuatnya merasa puas. “Apa aku harus menemani Om dalam acara nanti malam?” Thomas menggeleng, “Tidak usah, itu hanya pesta para CEO saja. Akan membosankan tapi juga sudah menjadi acara rutin demi menunjukkan prestise dan gengsi semua anggotanya.” Anya manggut-manggut, “Baiklah kalau begitu.” Ruben melambatkan laju limosin dan tampaknya sedang mencari spot untuk parkir di pinggir jalan yang dekat dengan apartemen Anya. Begitu menemukannya, Ruben pun menginjak rem dan parkir dengan baik. Thomas membuka pintu dan keluar lalu mempersilahkan Anya untuk pulang ke apartemennya. “Silahkan, kita sudah sampai di apartemen milikmu!” ucap Thomas. Anya melangkah dan tersenyum, ia selalu merasa senang dengan sikap gentlemen yang ditunjukkan oleh Thomas kepada dirinya. Love language Thomas adalah act of service dan itu sangat ampuh membuat banyak gadis bertekuk lutut kepada dirinya. Terutama Anya yang selalu merasa menjadi seorang Putri kerajaan ketika Thomas melakukan act of service-nya. “Terima kasih, Om!” “Besok pagi, apa kamu mau jika aku menyuruh Ruben untuk menjemput dan membawamu ke kantor? Supaya kamu tidak terlambat datang lagi?” tawar Thomas. “Itu tidak perlu, Om. Besok aku akan datang tepat waktu, lagi pula aku lebih senang memakai taksi atau subway dan angkutan umum untuk pergi ke kantor. Selain itu saya pikir lebih baik bersikap biasa saja agar tidak ada yang curiga tentang hubungan kita berdua.” Anya menjelaskan. Thomas tersenyum simpul, “Kamu benar, memang lebih baik agar orang tidak tahu mengenai hubungan pribadi yang kita jalin. Baiklah kalau begitu aku akan menemuimu besok pagi di kantor!” “Iya, Om. Aku pulang dulu, dah Ruben!” Anya melambaikan tangannya. Ruben menurunkan kaca jendela dan membalas lambaian tangan Anya yang kini sedang berjalan menuju ke gedung apartemennya yang cukup sederhana dan tipikal kalangan menengah di New York city. Thomas kembali masuk ke dalam limosinnya, Ruben kali ini membuka jendela pembatas dan menatap kepada sang Bos. “Kita langsung pulang, Tuan Thomas?” Thomas menggeleng, “Tidak, Ruben, aku ada acara malam nanti di klub khusus. Tapi aku membutuhkan pendamping, apa kamu bisa menghubungi beberapa gadis untuk malam ini dan meminta mereka untuk menemaniku? Kalau bisa sekalian kita jemput mereka.” “Bisa, Tuan Thomas. Tapi, maafkan kalau saya bertanya sebab saya merasa penasaran. Kenapa anda tidak mengajak Nona Anya saja barusan untuk mendampingi anda nanti malam?” “Aku tidak ingin Anya tahu. Acara nanti malam di klub khusus itu adalah acara klub para sugar daddy. Kau tahu kan kalau dalam acara seperti itu sudah lazim kita bertukar pasangan? Gadis pendampingku bisa saja diminta tukar oleh tamu yang lainnya. Aku tidak ingin Anya menjadi piala bergilir. Dia cukup menjadi gula bagiku saja!” Thomas menjelaskan. Ruben manggut-manggut, “Saya mengerti sekarang. Baik akan saya hubungi beberapa gadis lain!” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD