Sudah 2 Minggu sejak aku menetap di Belanda. Sejak itu pula, perlahan aku mulai menarik diri dari pergaulan di Jakarta. Aku sengaja menghindari teman-teman juga keluarga untuk membunuh perasaan nyeri yang hampir setiap hari membuatku menangis. Aku tidak ingin berbohong. Aku rindu kak Adam, aku rindu semuanya. Tapi aku tidak mau pulang. Saat ini, semua orang pasti tengah sibuk mempersiapkan pernikahan kak Adam. Aku tidak sanggup menyaksikan semua itu. Bahkan membayangkannya saja, membuat perasaanku tercabik-cabik. Apa kak Adam akan bahagia dengan pernikahannya? Apa kak Adam bisa melupakanku dengan mudah? Lalu kenapa aku terus mengingat kak Adam? Aku ingin melupakan semua tentang laki-laki itu. Tapi, semakin aku mencoba, justru perasaan sakit yang ku dapatkan. "Dari tadi kau terus melamun