Simon’s POV Sudah dua bulan semenjak kepergian Renata. Aku masih menetap di rumah ibu, bersama Nita, Arham dan ketiga anak mereka. Kepalaku yang botak sudah mulai dipenuhi dengan rambut baru. Demikian pula dengan kepala Herman dan Asep. Kami sudah tidak lagi botak. Terkadang, aku masih merindukan Renata, berharap bisa melihatnya lagi, meskipun dia hanya terbaring di ranjang dengan wajah pucat dan senyuman yang layu. Matanya sayu dan terlihat seperti mengantuk, tetapi sorot matanya tidak kalah cerah dengan matahari. Jika langit memiliki pelangi untuk diperlihatkan, aku memiliki Renata untuk aku rindukan. Aku sangat merindukannya, setiap malam, setiap detik bahkan. Walaupun begitu, aku tahu, dia sudah berada di tempat yang lebih baik, tempat di mana semua rasa sakitnya saat di d
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books


