"Renata! Renata!" Panggilan Papa terus berulang dan semakin lama semakin terdengar tidak jelas. Ada suara berdengung yang cukup nyaring di gendang telingaku sekarang. Kepalaku terasa berat dan pusing untuk beberapa saat sampai akhirnya aku menyemburkan seluruh isi perutku yang tidak lagi bisa ditahan. Dunia terasa berputar, seolah ada gempa yang sedang melanda saat ini. Pandanganku mengabur. Kedua sisi mataku seperti ditutupi sesuatu yang membuatku hanya bisa melihat lurus ke depan saja. Jantungku mulai berdebar-debar tidak karuan. Bukan jatuh cinta atau bahagia, tetapi ada sesuatu yang mengalir dari hidung dan mulutku. Bukan muntahan, tetapi sesuatu yang kental dan merah pekat; darah. Air mataku bercucuran. Dadaku terasa sesak sehingga mulai bernapas satu-satu. Aku tumbang setelah se

