Tubuh Mariana kembali menegang sejenak saat mendengar nama itu disebutkan. Sendok di tangannya yang sempat terangkat kini kembali tergeletak di piring. “Kenapa kamu berpikir begitu?” tanyanya pelan, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meski hatinya berdegup panik. Nate menarik napas sebelum menjawab. “Karena hanya dia satu-satunya yang akan bertindak gila terhadapmu. Sekarang aku memang belum memiliki bukti nyata, tapi aku akan terus menyelidiki ini sampai kita tahu pasti siapa pelakunya. Dan kalau memang itu dia, aku akan pastikan dia tidak bisa menyentuhmu lagi.” Mariana menunduk, menatap sendok yang kini tergeletak di piring. “Kalau benar dia …,” bisiknya getir. “Berarti dia bisa masuk ke mana pun. Ke rumah, ke kamarku, mandi di kamar mandiku dan menggunakan handukku—” “Apa