Setelah kejadian itu, hubungan Bara dan Bianca semakin memburuk. Pertengkaran demi pertengkaran terus mewarnai hari-hari mereka. Hal-hal sepele pun bisa meledak menjadi besar karena tak ada satu pun dari mereka yang mau mengalah. Pagi itu, Bara baru saja bangun tidur. Perutnya terasa melilit karena semalaman tak menyentuh makanan apa pun. Dengan wajah kusut dan langkah gontai, ia menuju dapur. Begitu duduk di kursi dan membuka tudung saji, yang terlihat hanya meja kosong. Ia menutup tudung saji dengan kasar. Suara dentuman penutup logam itu menggema di seluruh dapur. “Dasar perempuan malas! Suami bangun pagi, bukannya menyuguhkan sarapan. Apa yang dia lakukan?!” geramnya penuh amarah. Tanpa pikir panjang, ia bangkit dari duduknya dan mulai berteriak-teriak. “Bianca! Di mana kamu, hah