bc

JANDA TALAK TIGA LEBIH MENGGODA

book_age18+
50
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
HE
age gap
single mother
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

"Kita cerai! aku jatuhkan talak tiga untukmu yang sudah membohongiku."

"Mas, aku bisa jelaskan!"

"Aku sudah terlanjur kecewa! kamu berbohong, kamu sudah tidak perawan lagi, Nana!"

"Aku bisa jelaskan, Mas."

"Tidak perlu. lebih baik kita bercerai!"Dean tidak memberikan kesempatan pada Nana yang baru menjadi istrinya satu bulan lalu. Bukan pernikahan karena perjodohan, mereka saling menyukai satu sama lain. Tapi sikap Dean berubah setelah malam pertama, setelah tau Nana tidak perawan lagi.

Di usianya yang baru menginjak dua puluh empat tahun, Nana resmi menyandang status janda setelah satu bulan menikah. Status yang sering diremehkan dan dijadikan bahan cemooh, bahkan Nana mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan karena statusnya itu. Hingga suatu hari ia ditawari menjadi guru privat seorang pemuda bernama Sakha.

Pemuda pemberontak yang membuat Nana kewalahan, tapi karena bayaran yang dijanjikan kedua orang tua Sakha begitu besar dan menggiurkan, Nana pun menerima tawaran itu meski setiap hari Nana harus menghadapi tingkah menyebalkan Sakha.

Hasil dari kesabaran Nana membuahkan hasil, Sakha berhasil menyelesaikan ujian akhir sekolah hingga ia diterima di salah satu universitas ternama di luar Negri, tapi selain itu Nana juga berhasil membuat Sakha jatuh cinta padanya.

Akankah Nana menerima cinta Sakha yang usia mereka terpaut jauh?

Atau Nana memilih kembali rujuk, meskipun Dean telah menjatuhkan talak tiga padanya?

chap-preview
Free preview
Status baru, Janda?
"Kita cerai! Aku jatuhkan talak tiga untuk mengakhiri hubungan pernikahan kita." Dengan tegas dan lantang Dean mengatakan kalimat tersebut di hadapan Bu Yunita, sebagai satu-satunya orang tua Nana. Sementara Dean membawa kedua orang tuanya dan juga Kakaknya sebagai saksi. "Mas," Rintih Nana pelan, seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Dean. "Kenapa? Ada apa ini? Jangan gegabah, Nak. Talak adalah kalimat sakral, saat kamu mengucapkannya, kamu harus dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan." Sebagai seorang Ibu, tentu saja Yunia ingin hubungan rumah tangga anaknya bertahan sampai maut memisahkan. Tapi baru satu bulan menikah, mereka justru memutuskan untuk berpisah. "Saya mengatakannya dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan." Tegas Dean lagi. "Saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini, karena Nana sudah melanggar prinsip yang saya pegang teguh selama ini." Lanjutnya. Yunita menoleh ke arah Retno dan Lestari selaku orang tua dari Dean, berharap mereka memberikan sedikit pencerahan agar rumah tangga anaknya yang baru berusia seumur jagung bisa bertahan. Tapi keduanya memilih diam, seolah menyetujui keputusan Dean. "Saya akan membagikan beberapa barang yang telah kami beli setelah menikah, termasuk rumah dan mobil. Semuanya akan dibagi dua." Mengingat keduanya baru menikah dan belum dikaruniai buah hati, Dean tetap akan memberikan sebagian harta miliknya pada Nana sebagai bentuk kompensasi atas gagalnya rumah tangga yang mereka bina. "Tapi, Mas. Berikan saya kesempatan sekali lagi, saya bisa perbaiki semuanya." Pinta Nana. Perpisahan bukan pilihan terbaik, Nana masih sangat berharap Dean mau memaafkannya atas kesalahan yang telah dilakukannya dulu. Nana tau Dean sangat kecewa, tapi Nana berharap lelaki itu masih mau memberikan kesempatan untuknya. Sekali saja. "Aku sudah terlanjur kecewa, dilanjutkan pun percuka. Aku sudah mencobanya selama satu bulan ini, tapi kekecewaanku tidak kunjung hilang. Aku takut khilaf dan menyakitimu. Oleh karena itu, jalan terbaik adalah perpisahan." "Mas" Nana menatap Dean dengan tatapan tidak percaya, bahkan setelah mereka berpacaran dua tahun lamanya, pondasi cinta itu tidak terlalu kuat. Dean memilih berpisah setelah mengetahui kebohongan yang dilakukan Nana semasa remaja dulu. Nana tau, itu sebuah aib dan kesalahan fatal yang dilakukannya, tapi Nana berusaha berubah menjadi manusia lebih baik lagi dan memperbaiki dirinya. Tapi usaha yang dilakukannya belum juga membuahkan hasil, bahkan Dean pun tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk menjadi manusia dan istri yang baik. "Keputusan Dean sudah final, selanjutnya kami akan mengirim surat gugatan cerai dan akan dilanjutkan dengan beberapa kali sidang sampai akhirnya sah berpisah." Setelah sekian lama diam, akhirnya Retno angkat bicara. "Sejak awal hubungan ini diawali dengan baik, maka berpisah pun harus dengan cara yang sama. Kami harap kedua keluarga bisa berhubungan baik, meski tidak lagi menjadi satu keluarga." Yunita kehabisan kata-kata, bahkan saat ia menoleh pada Nana yang juga tengah terisak pilu. "Persidangan akan berjalan cepat jika kedua belah pihak mengikuti semua instruksi yang ada. Nana, kami sangat menyesal atas kejadian ini yang membuat kalian berdua harus berpisah, tapi kami sebagai orang tua tidak bisa memaksakan kehendak, pada akhirnya keputusan ada ditangan Dean selaku kepala keluarga. Maafkan kami, Nana." Ucap Retno. Nana hanya bisa menganggukan kepalanya, ia tidak diberikan pilihan. Benar, Dean adalah kepala keluarga, tapi Dean seharusnya bisa bersikap adil padanya. "Ibu," Nana menyentuh lutut Ibunya dan bersimpuh di kedua kaki Yunita. "Maaf," Lirihnya sambil menangis setelah keluarga Dean pergi. Hanya kata maaf yang bisa Nana ucapkan untuk sejuta penyesalan yang dilakukannya di masa lalu. "Maaf, Bu." Yunita ikut menangis dan mengusap punggung Nana dengan lembut. "Kamu kuat, Nak. Ibu yakin," Nana mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Ibu yang juga sama menangis. "Kamu kuat, kamu bisa melewati semua ini. Jangan merasa rendah diri, kamu adalah wanita hebat." Nana menganggukan kepalanya. Saat ini Nana hanya butuh pelukan, semangat dan dorongan untuknya bisa melewati kegagalan rumah tangga. Saat semua orang menyudutkannya atas apa yang sudah dilakukannya di masa lalu, Nana masih memiliki Ibu yang mau menerimanya dalam keadaan apapun. Ibu yang juga merangkul dan tidak ikut menghakimi seperti yang dilakukan Dean padanya. Proses perceraian berjalan cepat, kurang dari satu bulan Nana resmi menyandang status janda. Status yang selalu dipandang sebelah mata, dan dianggap seperti aib. Jika saja Nana punya pilihan lain, tentu saja ia tidak ingin dan tidak akan mau menyandang status janda, tapi nasib berkata lain. Nana harus menikmati status janda dengan segala tantangan yang akan dihadapinya termasuk saat ia mencari pekerjaan. "Belum dapat pekerjaan lagi, Mbak?" Tanya Rina adiknya. "Sudah, tapi lagi cari kerjaan tambahan lain." Beruntung Nana masih bisa bekerja di salah satu minimarket milik keluarga kaya yang ada di lingkungan tempatnya tinggal. Meskipun desas-desus yang didengarnya tidak mengenakan. "Di Minimarket milik Pak Jujun?" Tanya Rina lagi. "Iya." "Mbak nggak denger ya gosip hot yang lagi rame?" "Apa emangnya?" "Katanya Pak Jujun naksir Kak Nana, makanya dia mau memperkerjakan Kak Nana disana." "Itu cuman gosip. Nggak mungkin Pak Jujun berani naksir Kak Nana, wong Bu Tati nya aja galak gitu." Nana tertawa diikuti oleh Rina. "Iya juga, ya." "Kalau macam-macam, Pak Jujun bisa disembelih dan dagingnya dijual ke pasar buat pakan ikan lele." "Bener banget. Bu Tati galak sih," "Nah itu dia. Nggak mungkin Pak Jujun berani macam-macam." Desas desus tidak mengenakan tentu sering didengar oleh Nana, awalnya ia sering memikirkan setiap tuduhan yang tertuju padanya, tapi lambat laun Nana pun mulai bersikap masa bodoh. Yang terpenting ia tetap menjaga kehormatannya sebagai janda berkelas. Saat ini Nana sedang berada di minimarket milik Pak Jujun. Jam kerja dimulai dari pukul delapan sampai pukul empat sore. Nana masih memiliki banyak waktu luang yang bisa dipergunakan untuk mencari pekerjaan sambilan lainnya, tapi sayangnya sampai saat ini ia belum juga mendapatkan pekerjaan tambahan. Samar-samar dari kejauhan Nana mendengar suara Pak Jujun dan Bu Tati tengah berbincang. Entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya topik yang mereka bahas kali ini sangat seru. "Nana, tolong ambilkan kami minuman." Teriak Bu Tati. "Iya, Bu." Dua minggu menjadi karyawan minimarket membuat Nana tau makanan dan minuman apa saja yang mereka sukai. "Ini, Bu." "Terima kasih, Nana. Kalau kamu mau ambil aja, nggak akan potong gaji." "Baik, Bu. Saya bawa pulang aja untuk si kembar." "Terserah kamu saja." Saat Nana hendak kembali ke meja kasir, tiba-tiba Bu Tati menahannya. "Nana tunggu!" Nana pun menoleh. "Iya, Bu. Ada apa?" "Adik-adik kamu usia berapa?" "Lima belas tahun, Bu." "Mereka punya guru les pribadi?" Nana tersenyum samar "Daripada bayar guru les pribadi lebih baik saya ajarkan sendiri di rumah. Lebih hemat," "Adikmu ranking berapa di sekolah?" Bu Tati nampak semakin penasaran. "Rina ranking satu, Risma ranking dua. Kadang gantian sih, nggak mesti." "Mereka hanya diajari kamu saja di rumah?" "Iya. Saya sering bantu mereka belajar." "Pih, kayaknya Nana cocok jadi guru privat Sakha." Bu Tati memukul pundak Pak Jujum, sepertinya cukup keras karena lelaki itu meringis kesakitan. "Coba saja." Balas Pak Jujum sambil mengusap lengannya. "Begini, Nana. Kami punya saudara, dia punya anak, anak itu nakal sekali bahkan pernah satu kali tidak naik kelas. Sekarang ini dia butuh guru, supaya nilainya bagus dan bisa diterima universitas impiannya." Nana mengerjap, sejujurnya penjelasan Bu Tati sedikit membingungkan. "Kalau kamu bersedia, kamu bisa kami rekomendasikan untuk menjadi guru pribadinya Sakha." "Namanya Sakha?" Tanya Nana. "Iya. Sedikit bandel tapi orang tuanya pasti mau bayar mahal kalau kamu berhasil membantunya." "Umur berapa?" "Besok kamu ikut saya. Kita kenalan secara langsung. Soal gaji, kamu bisa minta sendiri mereka pasti nggak akan nolak." Menggiurkan sekali bukan? Bahkan Nana sempat membayangkan menjadi guru privat seorang anak kecil berusia tujuh tahun. Nyatanya ia akan menjadi guru privat untuk anak usia sembilan belas tahun.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook