Di selasar sekolah yang mulai sepi, Vio tengah melakukan panggilan telepon dengan Zio. Matanya tertuju ke lapangan yang hanya menyisakan beberapa siswa yang masih berlatih basket. "Bang Zio kapan balik?" [Secepatnya, Vio. Abang bakal pulang secepatnya.] "Jadi, apa yang harus aku lakukan selama Bang Zio belum balik?" [Vio, dengerin Abang baik-baik,] Zio menarik napas dalam sebelum melanjutkan. [Gio beda sama Abang. Dia di sini biasa dengan pergaulan bebas. Jangan terlalu dekat sama dia, ya. Janji sama Abang, jaga diri baik-baik.] Air mata Vio tiba-tiba mengalir, mengenang kejadian ciuman pertamanya yang direnggut oleh Gio. Dengan cepat ia menyeka air matanya, berusaha agar Zio tak mendengar tangisnya. Namun perasaan sesak kian menghimpit, membuatnya merasa seperti ada beban berat di da

