Menikah. Ah, kata itu sungguh kata keramat yang paling ia takuti. Bukan, ia bukan pengecut, hanya saja, dulu sekali dia pernah merencanakan untuk menikah. Merancang dan mempersiapkan semuanya, hingga ia larut dalam mimpi dan khayalan tanpa batas. Terbang bersama angan-angan yang membuai. Namun tiba-tiba ia jatuh ke jurang tanpa ujung. Sakit, hancur, dan terluka. Hingga ia tak mengingat lagi bagaimana caranya mencintai. Apalagi memiliki rencana membangun keluarga. Semua itu menguap seiring dengan rasa sakit penolakan yang ia terima. Restoran romantis yang ia siapkan jauh-jauh hari, perasaan bahagia yang membuncah membayangkan dirinya menggandeng gadis pujaannya di depan penghulu, hancur dalam 10 detik. Ya, Satria ditolak saat pertama kali melamar gadis yang sangat ia cintai. Dan kini, ia