06 | Rencana Rahasia

1663 Words
ANGEL merasa hidupnya lebih berwarna sejak Raphael tinggal di sekitarnya. Dia memang laki-laki yang menyenangkan. Angel tahu hal itu sejak lama, tapi Raphael sebagai pengawal Gerald sangat sulit untuk didekati, bahkan untuknya sekali pun. Raphael sebagai pengawal adalah sosok yang tegas. Jangankan tersenyum, wajah datar dan tatapan dinginnya bahkan bisa mengalahkan seorang Gerald yang terkenal dingin dan mengerikan di semua wilayah kerajaan Athena. Namun, ada kalanya kedua orang itu akan bercanda. Candaan yang tidak begitu bisa Angel mengerti apa maksudnya, tapi kedua orang itu akan tertawa lepas dan terlihat begitu bahagia. Dan kini, Raphael menjadi kakaknya. Sosok kakak laki-laki yang benar-benar bisa diandalkan. Kakak laki-laki yang penuh perhatian, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Jika saja mereka sekarang tak bersaudara, mungkin Angel bisa saja jatuh cinta padanya. "Kau benar-benar berubah," kata Raphael tiba-tiba, lalu tertawa di tempat ia berdiri. Raphael tak pernah meninggalkan pedang yang berada di pinggangnya, sekali pun dia sedang bersama dengan Angel. Seperti ... jika dia meninggalkan pedang itu, maka dia akan kehilangan separuh jiwa dan raganya. "Berubah? Seperti apa?" Angel tak begitu mengerti pasti perubahan seperti apa yang mereka maksud. Namun, sepertinya perubahan itu lebih ke arah positif, jadi kedua orang tua Claire tak pernah mempermasalahkan hal itu. Bahkan Raphael sepertinya menyukai perubahan ini. "Kau lebih baik seperti ini. Dulu, jangankan tertawa atau bercanda denganku, kau hanya akan diam, murung, cemberut, marah, lalu pergi dariku." Raphael tertawa sambil menatap langit biru di angkasa. Bahasan yang sama sekali tak bisa Angel mengerti, karena dia tak memiliki satu pun ingatan Claire di kepalanya. "Aku tak mengerti." Angel menggelengkan kepalanya. "Memang, aku dulu seperti apa?" Raphael terdiam, lalu menatap Claire dalam. Tatapannya lembut dan menghunjam tepat di kedua bola mata biru milik Claire. "Ketika aku pulang, kau akan bertanya padaku; Seperti apakah dunia luar? Bagaimana bentuknya? Apakah kerajaan Athena sangat indah? Apakah hutan di wilayah selatan begitu menyeramkan? Dan masih banyak lagi yang kau tanyakan sampai aku kesulitan harus mulai menjawab dari mana." Angel bisa mengerti maksudnya sekarang. Claire pasti ingin pergi ke luar. Dia pasti ingin mengelilingi dunia, karena seumur hidupnya, dia hanya berada di sini. Tiba-tiba saja Angel merasa begitu iba pada Claire semasa hidupnya. Apakah Claire akan kembali hidup lagi? Menempati tempat ini? Menggantikan Angel untuk menikmati indahnya dunia yang tak pernah dia lihat sebelumnya? "Aku seharusnya tak menceritakan apa pun, kalau aku harus melihatmu kembali murung. Lupakan, aku takkan membahas masa lalu apa pun bersamamu." Raphael bersedekap d**a sambil menggelengkan kepala. Dia kembali menatap langit, sepertinya langit menjadi obyek paling indah yang bisa ia nikmati di tempat ini. Angel tersenyum tipis padanya. "Karena kau sudah mengatakannya, aku akan sedikit bertanya padamu." Raphael terlihat cemberut, tapi Angel tak peduli. Laki-laki itu malah terlihat semakin lucu dan menggemaskan di matanya, karena Angel terbiasa melihat Raphael yang dingin dan begitu tegas. Raphael meliriknya dari ekor mata, sedang Angel masih terdiam dan menyusun satu per satu soal yang harus menegaskan kalau dia hilang ingatan dan tak tahu apa-apa. Walaupun dia sudah tahu pekerjaan Raphael di luar sana apa, tapi dia tidak mungkin mengatakan secara terang-terangan, apalagi dia tengah kehilangan ingatannya, bukan? Terlebih, karena apa yang ingin dia tanyakan adalah Gerald. Tunangannya. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Gerald menghabisi keluarganya di hari itu? Jika Angel beruntung, dia akan mengetahui jawaban atau kenyataan sebenarnya dari Raphael. Namun, dia tak bisa terlalu berharap padanya, karena ketegasan Raphael dalam pekerjaannya sangat erat. Dia orang yang benar-benar disiplin dan menjaga rahasia rapat-rapat. "Sebenarnya, kau bekerja sebagai apa?" tanyanya, memulai sebuah soal pertama yang akan berlanjut menjadi soal berikutnya. Ekspresi wajah dia buat begitu polos, tidak mengerti dan sangat penasaran secara berlebihan. "Em ... apa aku belum mengatakannya padamu?" Raphael balik bertanya dengan wajah kebingungan. Dia menatap Claire, menelisik kedua matanya seperti mencari sebuah kebohongan dari balik tatapan matanya. Angel menggeleng. "Kau belum mengatakan apa pun tentang pekerjaanmu di luar sana. Aku hanya berharap, semoga kau bukan seorang pencuri atau mungkin penculik karena terus membawa pedang seperti itu di pinggangmu." Raphael tersentak, lalu ia tertawa terbahak. "Apa kau akhir-akhir ini suka membaca buku cerita? Kau sekarang mulai memiliki bayang-bayang tentang orang jahat yang ada di luar sana, padahal sekali pun kau belum pernah melihatnya." Angel cemberut. Dia memang beberapa kali mengurung diri di perpustakaan untuk menghibur diri, kadang juga mencari secuil informasi tak penting. "Ayolah, apa kau tak mau mengatakan apa pekerjaanmu padaku?" Raphael tersenyum bangga. "Aku seorang pengawal pribadi di kerajaan Athena. Lebih tepatnya, pengawal pribadi Gerald atau kau bisa menyebutnya sebagai pangeran kedua kerajaan Athena," jelas Raphael yang terlihat begitu bangga akan pekerjaannya. Angel menggeleng pelan, walaupun dia mengerti, dia akan pura-pura tak mengerti dengan wajah polosnya, lalu dia bertanya lagi, "Gerald? Seperti apakah dia?" Raphael tersenyum, kali ini senyumannya terlihat berbeda, seperti ada luka di balik senyumannya. "Dulu, dia dikenal sebagai sosok anak kecil —ah, sekarang dia sudah remaja, dia seusia denganmu. Dia terkenal sebagai anak yang dingin, kejam, dan terlalu menyeramkan karena terbiasa hidup sendirian, tapi dia berubah sejak dia memiliki tunangan. "Dia sudah bertunangan?" Angel mengerjap polos. Padahal dia tahu itu, apalagi orang yang bertunangan dengan Gerald sebelumnya adalah dirinya sendiri. Raphael mengangguk. "Saat usianya delapan tahun, dia dijodohkan. Awalnya dia tak setuju, tapi begitu mereka bertemu, dia berubah menjadi menyukainya. Dia sering datang menemui anak gadis itu, bertemu, berteman, berlatih bersama, dan dengan perlahan dia menjadi sosok yang hangat." Ia memulai ceritanya. "Lalu, sekitar dua minggu yang lalu, tunangan serta keluarga besar gadis itu ditemukan meninggal di kediaman mereka. Gerald sangat terpukul karena hal itu. Berulang kali dia akan mengamuk, terlebih saat ia teringat sosok tunangannya. Gerald yang sebelumnya menjadi tenang dan hangat, kembali menjadi dirinya yang lama, bahkan mungkin bisa dibilang lebih mengerikan lagi dari semasa kecilnya. "Dia menjadi monster." Raphael mengakuinya, perubahan Gerald benar-benar membuatnya menjadi teramat mengerikan. "Perubahannya membuatku tak bisa meninggalkannya begitu saja, karena aku harus mengawasinya dan memastikan dia baik-baik saja. Hingga beberapa hari yang lalu, dia menyuruhku pulang, karena dia tak mau menghalangiku untuk bisa melihat keadaan adikku yang kabarnya telah meninggal, tapi bisa hidup kembali." Aku menatap Raphael sedih. "Apakah itu alasanmu, kenapa kau tidak terlihat saat aku pertama kali membuka mataku hari itu?" "Aku minta maaf soal itu, tapi aku tak tahu apa yang akan terjadi pada Gerald, jika aku tak ada di sisinya," katanya jujur. Tak ada satu pun kebohongan di balik nada suaranya dan Angel bisa memahami alasannya. Karena Gerald serta Raphael lebih terlihat layaknya saudara dalam ingatannya daripada hubungan seorang pengawal dan orang yang dikawal. "Lalu, apa kau akan kembali pada Gerald dan meninggalkanku?" tanya Angel dengan wajah dibuat sesedih mungkin. Rencana selanjutnya. "Tentu, aku akan kembali padanya, tapi aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Aku akan tetap kembali, mengunjungimu, seminggu dalam sebulan," jelas Raphael memberikan pengertian, jika kepulangannya tak akan lama. Angel tak bisa menyembunyikan perasaan sedih, kesal, dan tak relanya. "Aku tak ingin kau pergi," katanya dengan nada kekanakan. Dia memang jujur mengatakan hal itu, tapi ada rencana lain di balik kalimatnya itu. "Kenapa?" tanya Raphael tak mengerti. "Karena aku pasti akan sendiri lagi. Aku tak mau itu. Apa aku boleh ikut pergi bersamamu?" Angel menatap Raphael dengan ekspresi memohon. Tatapan memelas yang membuat Raphael menelan ludahnya dan tersenyum tak nyaman ke arahnya. Langkah pertama, dia ingin mendapatkan jalan keluar dari rumah, sekaligus jalan masuk ke kerajaan dengan mudah. Dengan begitu, dia bisa mengorek semua informasi tentang Airfist dan apa yang sebenarnya telah terjadi di kerajaan Athena. Raphael menggeleng pelan. "Sayangnya, walau aku sangat ingin melakukannya, aku tak bisa membawamu pergi. Keadaanmu tak pernah baik-baik saja jika meninggalkan tempat ini," jelasnya. "T-tapi ...." Angel mencoba mencari alasan. "Kenapa?" jawab Raphael dengan cepat. "Aku yakin, keadaanku sudah membaik. Aku benar-benar baik, aku sehat, aku akan baik-baik saja!" Angel mencoba mencari alasan agar Raphael mau membawanya keluar. "Claire, dengarlah! Saat aku membawamu keluar, aku harus memastikan kalau kau baik-baik saja. Namun, aku di luar ada untuk menjadi pengawal pribadi Gerald. Jika kalian berdua berada dalam bahaya, aku takkan bisa membelah diri untuk menyelamatkan kalian secara bersamaan. Apa sampai di sini kau paham?" Angel mengangguk lemah, dia paham, benar-benar paham. Raphael mungkin mau membawa Claire keluar, jika dia benar-benar sehat. Akan lebih baik jika dia sanggup melindungi dirinya sendiri ketika berada dalam masalah. Angel akan mengambil taruhan ini. Walaupun seperti tak begitu serius, tapi Raphael menunjukkan kalau dia tak keberatan membawa Angel pergi, asal dia bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik. "Apa ... kau bisa mengajariku untuk menjadi lebih kuat, Kakak?" Raphael tersentak kaget. "Kenapa kau ...?" "Aku tak mungkin selamanya berada di sini. Suatu hari nanti, aku ingin pergi, aku ingin keluar, aku ingin melihat dunia luar dengan kedua bola mataku sendiri. Kalau aku bisa melindungi diriku sendiri, aku pasti diizinkan untuk pergi dan melihat dunia luar, kan, Kak?" Angel menatap kedua bola mata Raphael dengan tatapan yang dipenuhi luka juga kepedihan yang kentara hingga laki-laki itu terpaksa menelan ludahnya. Dia pasti terpengaruh dengan tatapan matanya. "Baiklah, aku akan mengajarimu ilmu bela diri dan seni berpedang. Walaupun aku tak tahu, kau bisa mengikuti ajaranku atau tidak dengan tubuhmu itu, tapi setidaknya kau telah mencoba dan menghadapi kegagalannya dengan lapang dada." Senyum Angel mengembang. Taruhan diterima! "Aku akan berusaha dengan keras! Aku pasti baik-baik saja! Aku pasti bisa menjaga diriku dengan baik dan bisa keluar dari sini secepatnya!" Raphael tertawa, lalu membelai puncak kepala adiknya dengan lembut dan dipenuhi kasih sayang. "Semoga semangatmu tidak hilang di hari pertama kita berlatih. Kita akan mulai latihan sore ini, bersiap-siaplah!" Angel mengangguk antusias. Jika dia tak bisa pergi ke kerajaan secepatnya, setidaknya dia bisa belajar ilmu bela diri dan seni berpedang dari Raphael yang terkenal hebat. Kehebatannya bisa sebelas dua belas dengan Gerald. Angel akan memiliki guru. Bukan hanya untuk membuatnya menjadi semakin kuat, juga untuk membuatnya bersiap-siap. Jika Angel memang berniat membalas dendam, maka dia perlu kekuatan. Jika sihirnya terlalu lemah untuk digunakan menyerang, dia harus mengandalkan fisiknya untuk melawan. Walaupun dia harus berlatih hingga titik darah penghabisan, dia akan berusaha sekuat tenaga. Apa pun itu, dia akan melakukannya! Terlebih, dia juga ingin membuat kedua orang tua barunya bangga padanya. Pasti, dia akan melakukannya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD