04 | Theodore

1602 Words
THEO memasuki kamar itu dengan niat untuk melihat sendiri keadaan tunangannya. Namun, saat dia melangkahkan kakinya ke dalam, dia malah menemukan Claire telah jatuh di atas lantai dengan kepala menunduk juga disertai air mata yang mengalir menuruni pipinya. "Claire?" Panggilan itu membuat Angel menoleh. Dilihatnya seorang laki-laki yang kini mendekat padanya dan membantu tubuhnya bangun, lalu mengangkat tubuhnya dengan begitu perlahan dan hati-hati untuk kembali rebahan di kasur. Tangan laki-laki pemilik rambut merah bata itu mengusap jejak air mata yang tadi mengalir di pipinya. Angel tadi sedang meratapi nasib, karena dia tak bisa melakukan apa pun ... bahkan dia tidak bisa berdiri menggunakan kedua kakinya sendiri. Dia begitu mengenaskan sekali, untuk itulah dia menangisi nasib malangnya ini. "Kenapa kau menangis? Apakah Leo melakukan sesuatu yang buruk padamu?" tanya laki-laki itu yang terdengar begitu khawatir akan keadaannya saat ini. Siapa dia? Angel tidak mengenalnya. Kenapa dia juga bisa sangat perhatian pada Claire? Angel tak mengerti, dia juga tidak mengenalnya sama sekali, bahkan dia tidak mengenal siapa Leo yang dimaksud laki-laki yang kini duduk di sisi ranjangnya ini. Laki-laki itu duduk di samping ranjang dengan tenang. Dia menggenggam jemari tangan Angel yang kurus dan lemah dengan begitu lembut. Sorot matanya menatap Claire dengan ekspresi penuh kepedihan, walaupun sedikit terselip sebuah rasa bahagia juga. "Leo? Siapakah dia?" tanya Angel yang tak mengerti maksud kalimat laki-laki itu sebelumnya. "Pamanku, dia adalah dokter yang tadi merawatmu. Apa dia tidak memperkenalkan dirinya padamu?" Pertanyaan itu membuat Angel menggeleng lemah. "Dia tidak mengatakan siapa namanya padaku." Laki-laki itu pemilik rambut merah itu mengembuskan napas kasar. "Aku tidak menyangka dia sampai melupakan hal sekecil itu. Apa kau juga tidak bisa mengingat siapa aku?" Angel menggeleng. Dia sudah mengatakannya sebelumnya, bukan? Dia tidak mengenal laki-laki itu. Sama sekali. Dia tidak ingat pernah bertemu dengan seorang laki-laki berambut merah dengan bola mata berwarna senada seperti sosok yang ada di depannya ini. Bahkan, saat dia masih menjadi keluarga bangsawan Airfist. "Aku ... kehilangan semua ingatanku," katanya pelan. Mau bagaimana lagi? Dia divonis kehilangan ingatan, tapi sebenarnya dia memang tak memiliki satu pun ingatan Claire di dalam kepalanya. Laki-laki itu mengulum senyum, senyumannya tidak begitu manis, tapi entah kenapa sanggup membuat perasaannya menjadi tenang. "Apa boleh buat, bukan? Kalau kau memang melupakannya, aku hanya perlu mengingatkan semuanya lagi padamu. Termasuk siapa aku." Angel memiringkan kepalanya, menatap laki-laki itu dengan wajah polos yang tak mengerti apa pun. "Memangnya siapa kau?" "Perkenalkan, namaku Theodore von Peachell, salah satu keturunan bangsawan Peachell yang menjadi kaki tangan keluarga kerajaan. Kau bisa memanggilku Theo. Aku adalah teman masa kecil, sahabat, sekaligus tunanganmu." Kata-kata itu membuat Angel terdiam. Dia ingat nama keluarga itu, karena Gerald pernah memberitahunya. Seperti yang dikatakan Theo sebelumnya, Peachell memang menjadi kaki tangan kerajaan Athena. Mereka yang akan bergerak jika Pangeran Archilles tidak bisa bertindak. Mungkin, seperti penjaga atau anjing keluarga kerajaan itu sendiri. Dia juga tidak heran, jika semua bangsawan yang seumuran dengannya sudah bertunangan. Namun, dia tak menyangka ada seorang laki-laki yang mau menjadi tunangan Claire yang tidak berguna ini. Terlebih dia dari keluarga seorang penjaga kerajaan. Apa dia tidak takut akan memiliki keturunan yang menyedihkan seperti Claire? Angel jadi penasaran. Bagaimana cara Theo menghadapi Claire sebelumnya, ya? Apakah dia selalu datang ke mansion keluarga Skywish setiap hari untuk menemani Claire yang pastinya sangat kesepian, karena dia tak bisa ke mana-mana? Kenapa dia mau-mau saja dijodohkan dengan Claire, padahal dia tahu, Claire takkan bisa hidup lama? "Kenapa kau hanya diam saja?" tanya Theo yang heran melihat diamnya tunangannya. "Aku ... tidak tahu harus bagaimana cara menanggapi perkenalanmu," balas Angel dengan senyum tak enak menghiasi bibirnya. Theo memperkenalkan diri dengan sopan. Normalnya, Angel akan balik memperkenalkan dirinya, tapi dia tidak mungkin memperkenalkan diri pada tunangannya sendiri yang pasti sudah mengenal baik dirinya luar dalam, kan? Theo tertawa pelan, lalu membelai rambut panjang Claire yang berwarna pirang dengan lembut. "Kau tidak harus menanggapi apa-apa, kau hanya perlu meminum kembali obatmu seperti sebelumnya, agar kau bisa kembali sehat seperti dulu." "Sehat? Apa ... aku bisa berjalan dengan kedua kakiku sendiri jika aku kembali dalam keadaan sehat?" Mata Claire sampai berbinar-binar membayangkan dia akan berjalan menggunakan kedua kakinya sendiri. Theo menampilkan sorot aneh di kedua matanya. "Tentu saja kau bisa berjalan dengan kedua kakimu sendiri. Apa kau menangis, karena kau berpikir sudah tidak bisa berjalan lagi?" tanyanya heran. Dengan malu, Angel menganggukkan kepala. Theo hanya tertawa pelan dan membelai surai rambutnya semakin lembut. "Kau bisa berjalan, kau bisa berlari, kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan, selama kau tidak berhenti meminum obatmu lagi. Sekarang, mungkin karena lama tertidur, tak pernah berjalan atau terkena sinar matahari lagi, kedua kakimu menjadi lemah. Maka dari itu, kau tak bisa berdiri dengan kedua kakimu sendiri." Theo menatap lurus kedua bola mata Claire. "Dengar, kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Aku akan memaksa Leo menyembuhkanmu, bagaimanapun caranya, aku berjanji akan membuatmu kembali seperti sebelumnya." Angel akhirnya bisa mengulum senyuman manis pertamanya. "Terima kasih, Theo, kau orang yang sangat baik." "Kau bicara apa? Aku adalah tunanganmu, aku akan membantumu sehat kembali, karena aku ingin kau menemani hidupku selamanya. Claire, aku mencintaimu!" Angel mengerjap saat Theo mendekatkan wajah ke arahnya. Apa yang mau dilakukannya? Tidak mungkin dia mau menciumku, bukan? Apakah bangsawan lain sangat mudah melakukan hal seperti ini dengan tunangannya? Tentu saja, hubungan Angel dengan Gerald tidak pernah sampai seperti itu. Walaupun mereka bertunangan dari kecil dan nyaris sepanjang hari bersama, tapi mereka bersama untuk saling berlatih. Angel melatih sihir dan mencari mantra-mantra baru, karena bakatnya sangat mendukung hal itu. Sedang Gerald melatih seni bela diri dan berpedangnya yang sudah diakui di mana pun. Gerald memang bisa menggunakan sihir, tapi dia hampir tidak pernah menunjukkannya di depan mata Angel sebelumnya. Dia hanya tersenyum saat melihat Angel bermain-main dengan sihirnya, bahkan dia akan terbahak saat melihat tunangannya itu gagal. Sial, kenapa aku harus mengingatnya sekarang? "Cukup sampai di sana, Theo!" Suara keras muncul dari balik pintu kamar Claire yang terbuka dengan kasar. "Aku melarangmu menemuinya selama sebulan penuh!" Suara tegas itu membuat Theo berdecak dan melepaskan Angel dari genggaman tangannya. Sosok pria yang Angel ingat sebagai ayah Claire berdiri di balik pintu dan menatap Theo tajam. "Apa?! Bagaimana bisa kau melakukan hal sekejam itu padaku? Aku ingin menemani Claire menyembuhkan dirinya, aku akan bersama dengannya—" "Aku juga masih ingat dengan baik, kau yang telah membuatnya menjadi seperti ini. Walaupun dia kembali, bukan berarti aku akan membiarkanmu bertindak seenaknya sendiri lagi. Sebagai ayahnya, aku berhak melarangmu bertemu putriku sampai keadaannya benar-benar membaik." Natan mendekati Theo, lalu berbisik cukup pelan, "Terima hukumanmu atau aku akan membatalkan pertunangan kalian." "Baiklah, aku akan pulang. Sampai jumpa bulan depan, Claire!" Theo mengulum senyuman menenangkannya sebelum meninggalkan Angel dengan ayah Claire. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Natan dengan lembut dan penuh perhatian. Dia duduk di tempat yang sebelumnya ditempati Theo. "Keadaanku sudah lumayan baik, Ayah. Walaupun aku tak bisa mengingat apa pun, tapi aku akan berusaha mengingatnya kembali." Angel mengulum senyuman paling manis yang bisa dia buat dengan tubuh ini. "Theo baru saja menghiburku, aku menjadi sedikit lebih baik dan lebih bersemangat lagi dari sebelumnya." Kata-kata ringan dan ceria yang keluar dari mulut putrinya membuat Natan terdiam. Dia menatap Claire dengan ekspresi tak percaya. Dia bahkan memegangi kedua pipi putrinya dengan kedua tangannya sendiri karena merasa aneh dengan keadaan putrinya saat ini. Claire memang kehilangan ingatannya. Natan mendengar itu, lalu ia bergegas kemari. Ellena masih menangis di kamarnya, karena tak menyangka putrinya akan kehilangan semua ingatannya setelah ia bangkit kembali. Namun, mereka tetap bersyukur, karena Claire tidak jadi meninggalkan mereka di dunia ini. Namun, Claire yang ada di hadapannya terasa berbeda. Seperti ... mereka adalah dua orang yang berbeda. "Apakah ini benar-benar dirimu, Claire?" tanya Natan yang tak bisa menyembunyikan keheranan dalam nada suaranya. Angel tersentak. Dia tidak pernah tahu bagaimana gaya bahasa Claire saat dia berbicara. Dia terbiasa bicara seperti ini. Apa ... menurut ayah Claire, cara bicara Angel ini salah? Mengingat, Angel pernah dilatih oleh kerajaan soal tata krama dan lain-lainnya yang membuatnya frustrasi dan lebih memilih melarikan diri. Dia lupa, kalau sebagai bangsawan ada sesuatu yang seharusnya tak bisa dia lakukan dengan seenaknya. "Kenapa?" Angel menatap Natan dengan pedih. Natan menggeleng. "Aku menyukainya. Aku menyukai dirimu yang bersemangat. Aku sangat menyukainya! Ellena pasti akan bahagia, karena kau tak lagi murung seperti sebelumnya. Hidup kedua membuatmu menjadi sosok yang berbeda, tapi Ayah tetap bersyukur, karena sepertinya kau akan menjadi anak yang ceria dan riang ke depannya." Dengan perlahan, Angel tahu apa maksud ucapan ayah barunya ini. Claire lahir dengan banyak kekurangan, fisik lemah, tidak punya energi sihir, dan dia nyaris tak bisa melakukan apa pun sendirian. Dia adalah putri yang tak berguna. Pastinya, dia tidak akan menyukai dirinya yang sangat menyedihkan itu. Secantik apa pun fisik dan sekaya apa pun hartanya, tapi jika dia tahu dirinya takkan bisa bahagia layaknya anak-anak lain seusianya, pasti dia merasa sangat sedih. Dia menjadi pemurung, kata-katanya pelan dan hati-hati, dia takkan menjadi sosok riang, kalau dirinya sadar diri cepat atau lambat dia akan mati. Dia pasti sedih. Namun, entah kenapa kali ini Angel yakin. Dia bisa hidup dengan baik dengan tubuh Claire ini. Dia akan menjadi anak yang baik, anak yang ceria, dan anak yang penuh semangat. Dia akan membuat prestasi dan membuat orang tua Claire bangga padanya. Tentu saja, anak mana yang tidak ingin melihat kedua orang tuanya bangga pada anaknya sendiri? Aku akan mengubahmu, Claire. Kau akan baik-baik saja dan bahagia. Aku akan memastikan kau bahagia, ketika kau mau mengambil kembali tubuh ini suatu hari nanti, maka kau akan bahagia dengan hidup barumu ini. Walaupun Angel tak mengerti apa pun. Kalau dirinya menempati tubuh Claire saat ini, lalu di mana roh Claire yang sebenarnya berada? Dia benar-benar tak mengerti apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD