"MARIA," panggil Claire secara tiba-tiba.
Maria menatapnya dengan dahi mengernyit bingung. Sebelumnya, Claire sempat bertanya atau mungkin nyaris meneriakinya saat dia mengatakan, kalau sekarang dia telah bertunangan dengan Pangeran Gerald.
Lalu, setelah dia menjelaskan asal muasal mereka bisa bertunangan, tiba-tiba saja Claire terdiam, lalu tak lama kemudian dia memanggil namanya dengan mata berbinar yang terlihat amat mencurigakan.
"Ya?"
"Apa kau mau menemaniku mengelilingi sekolah ini?"
"Eh?
"Karena seluruh hidupku hanya dihabiskan di rumah, aku tidak pernah pergi ke mana pun. Jadi, saat akhirnya aku bisa bebas dari rumah rasa penjara itu, aku ingin melihat semua hal yang bisa kulihat di tempat ini," jelas Claire panjang lebar. "Kau mau menemaniku, kan?"
Tatapan matanya terlihat penuh harap saat memandangi Maria yang masih heran dengan semua tingkah lakunya.
Sejak awal, Maria tak lagi berharap akan memiliki seorang teman di sekolah ini. Tidak siapa pun, termasuk Claire. Dia tidak ingin berteman dengan siapa pun.
Untuk itulah dia bersikap dingin dan tak sopan pada Claire dan semua anak lainnya sebelumnya, tapi anehnya Claire sama sekali tak tersinggung akan perbuatannya. Dia bahkan masih busa berdiri di depan matanya, tersenyum lebar dengan mata berbinar-binar menatap ke arahnya.
"Bukankah itu hal yang bagus, Putri? Anda juga bisa melihat-lihat sekitar bersama teman sekamar Anda." Pelayannya mendukung keinginan Claire untuk membawanya pergi berkeliling sekolah ini.
Claire bahkan menunjukkan senyuman puas yang kelewat lebar setelah mendapat dukungan itu.
Maria hanya terdiam. Dia menatap Claire dengan tatapan penuh selidik saat mengatakan, "Kenapa kau bisa sebaik itu padaku? Sebelumnya, kau jelas-jelas belum pernah mengenalku. Ini benar-benar hari pertama kita bertemu, kan? Lalu, kenapa kau bisa bersikap sangat baik padaku, padahal aku telah memperlakukanmu dengan buruk sebelumnya?"
"Kenapa, ya?"
Claire memiringkan kepalanya. Dia juga tidak mengerti dengan tindakannya sendiri. Dia juga tak merasa tersinggung dengan ucapan Maria sama sekali. Dia bahkan berpikir kalau mereka bisa berteman baik setelah ini.
"Aku juga tidak tahu kenapa." Claire mengangkat bahunya ringan. "Aku memang tidak punya banyak teman sebelumnya, tapi saat melihatmu, aku langsung berpikir kalau kita akan berteman baik selama tiga tahun ke depan. Terutama, karena kita akan menjadi teman sekamar selama itu," jelasnya.
"Aku juga tidak merasa tersinggung dengan kata-katamu sebelumnya. Aku sadar, kalau aku yang salah karena telah menanyakan hal bodoh seperti itu padamu. Kebodohanku ini bahkan hampir membuatku salah masuk asrama sebelumnya. Maafkan aku, kalau kau tak menyukai sikapku yang mungkin terlalu ramah tamah padamu."
"Kau tak berencana mendekatiku dengan maksud tertentu?" tanya Maria sekali lagi, memastikan apakah Claire ingin memanfaatkannya atau tidak.
Claire menyipitkan mata dan menatap Maria dengan tatapan polos dan naif, dia benar-benar tak mengerti. "Maksud tertentu? Seperti apa misalnya?"
"Pangeran Gerald." Maria mengatakan yang sejujurnya sembari mengembuskan napas panjang.
Sebelum ini, dia memiliki cukup banyak teman. Namun setelah dia bertunangan dengan Pangeran Gerald, banyak dari mereka yang berubah secara perlahan, ada yang menjauh, dan ada yang terang-terangan mencemoohnya dari belakang.
Ada juga yang baru mengetahui status pertunangannya dengan Pangeran Gerald, lalu mendekatinya dengan niat lainnya. Seperti sebuah nama besar dan terkenal atau mungkin ingin menggoda Gerald, karena Gerald tak pernah menunjukkan rasa ketertarikannya pada Maria selama ini.
"Memang kenapa dengan Gerald?"
Claire mengedipkan matanya berulang kali, semakin tak mengerti maksud kalimat Maria padanya kali ini.
Maria mengerjapkan matanya terkejut. Claire memanggil Pangeran Gerald tanpa menggunakan embel-embel apa pun. Seperti ... mereka pernah dekat sebelumnya. Namun, bagaimana bisa?
"Aku tidak mengerti, sama sekali tak mengerti. Kenapa aku harus mendekatimu karena Gerald? Memang apa untungnya aku melakukan hal seperti itu? Agar aku bisa mengenal sosok pangeran menyebalkan dan tidak jelas seperti dia? Jangan bercanda denganku, aku akan tertawa keras kalau kau benar-benar berpikir seperti itu."
"Pangeran menyebalkan dan tidak jelas?" Maria mengerjap, menatap Claire dengan tatapan syok. "Apa kau sudah mengenal Pangeran Gerald sebelumnya, Claire?"
Claire mengangguk mantap. "Kau tahu, kan, kakakku bekerja sebagai pengawal pribadi Gerald? Sejak beberapa bulan yang lalu, setiap kakakku pulang untuk melihat hasil latihanku, Gerald juga akan berada di sana. Lalu kami ... bisa dibilang berteman, karena kami cukup dekat sekarang. Dia bahkan mau menemaniku berkeliling sekolah hari ini. Alasan itu pula yang membuatku ingin mengajakmu pergi."
"Kenapa?"
"Karena aku baru tahu kau bertunangan dengannya. Aku juga sudah punya tunangan sendiri. Jadi, aku merasa tidak enak hati jika harus pergi hanya berdua saja dengannya mengelilingi sekolah ini tanpa memberitahumu, kan?" Angel mengakui semuanya.
Toh, dia tidak mungkin bisa menutup-nutupi apa pun dari Maria.
Perempuan itu sudah sangat kasihan karena harus bertunangan dengan laki-laki seperti Gerald. Dia tidak mungkin akan berdiam diri saja saat bersama Gerald dan berkemungkinan besar membuat Maria berpikir, jika ia mau menikungnya dari belakang, kan?
Lagi pula, Angel juga tidak ingin membuat Theo marah ataupun curiga pada hubungan mereka. Tidak ... mereka memang tidak memiliki hubungan apa pun, kecuali sebuah ikatan di masa lalu yang telah lama hancur.
Maria membeku. Seorang Gerald mau mengantar Claire — putri bangsawan Skywish yang terkenal lemah dan tak bisa berbuat apa-apa — untuk keliling sekolah. Claire tidak sedang bercanda padanya, kan?
Gerald yang dia maksud adalah Pangeran Gerald yang sama dengan yang bertunangan dengannya, kan? Sosok pangeran dingin dengan tatapan tajam yang bahkan tak pernah memandang ke arahnya sekali pun?
"Apa tidak apa-apa, jika aku ikut bersamamu?" tanya Maria yang tiba-tiba saja merasa ragu.
Pelayannya mengangguk padanya dengan senyum lebar membayang di bibirnya. Dia pasti berpikir, ini kesempatan emas untuk Maria agar bisa semakin dekat dengan Gerald.
Namun, dalam hati terdalamnya Maria malah menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi di sini. Apakah Gerald menaruh hati pada Claire, tapi dia tak bisa memilikinya lantaran Claire telah menjadi milik Theo, sahabat baiknya sendiri?
"Kau tenang saja. Aku akan mendukungmu dengan sepenuh hati." Angel mendekatkan bibirnya ke telinga Maria lalu berbisik, "Aku akan membantumu mendekatinya. Kau mencintainya, bukan?"
Maria mengerjap sebelum menganggukkan kepalanya. "Iya, aku sangat mencintainya. Sejak kecil, semua orang sudah berpendapat bahwa aku yang akan menjadi mempelai wanita Pangeran Gerald suatu hari nanti. Namun, di saat dia berusia delapan tahun, Pangeran Gerald malah bertunangan dengan orang lain dan membuatku hancur, tapi aku tak ingin menyerah. Aku akan terus menunggu hingga dia berpaling dan melihatku, lalu Tuhan menjawab doaku dua bulan yang lalu."
Entah kenapa ... aku merasa telah menjadi orang yang paling jahat selama lima belas tahun hidupku sebelumnya ....
"Jadi, kau mau ikut, kan?"
"Baiklah!"
Maria berpamitan pada pelayannya lalu mengikuti Angel melangkah menuruni tangga dan menghampiri Gerald yang menunggu kedatangannya dengan wajah datar.
"Kau membuatku menunggu terlalu lama," katanya, lalu menolehkan kepala dan melihat adanya perempuan lain di sebelah Claire sekarang. "Siapa dia? Kupikir kau ingin berkeliling sendirian, untuk itulah aku berinisiatif menemanimu pergi melihat-lihat sekarang."
Angel terdiam. Dia menatap Maria yang mengulum senyum manis yang terlihat menyedihkan. Angel langsung mendekati Gerald lalu memukul pelan bahunya.
Gerald menatapnya dengan kernyitan yang terlihat di dahinya. "Kau kenapa?"
Angel membelalakkan matanya. "Kau sudah gila? Bertanya 'dia siapa?' memangnya kau tidak mengenalnya?" geramnya penuh emosi.
"Kalau aku mengenalnya, buat apa aku masih bertanya?"
Gerald menatap perempuan berambut cokelat itu dengan dahi mengernyit. Sepertinya memang tidak asing, tapi dia tidak bisa mengingat siapa namanya.
"Dia Maria, tunanganmu! Kenapa kau tidak bisa mengingat wajah tunanganmu sendiri, ha?!" amuk Angel yang benar-benar tak habis pikir pada laki-laki di depannya ini.
"Oh ...."
Sahutan itu membuat Angel ingin sekali mengambil pedangnya lalu memotong lidah Gerald yang benar-benar menyebalkan sekali. Dia menatap Maria, memohon maaf tanpa suara karena ucapan Gerald yang jelas-jelas telah menyakiti hati dan telinganya.
Namun Maria hanya menggeleng dan mengatakan kalau dia tak apa-apa. Dia terbiasa diabaikan oleh Gerald sebelumnya, bahkan mungkin lebih parah dari ini. Gerald sebelumnya tak pernah melihat wajahnya sama sekali, tapi hari ini laki-laki itu mau meliriknya walau hanya sekali.
"Jadi, kenapa kau mau membawanya?" Gerald menunjuk Maria dengan jarinya.
"Kenapa? Bukankah jawabannya sudah jelas? Aku tidak mau berduaan denganmu. Apalagi aku sudah bertunangan dan kau pun memiliki tunanganmu sendiri. Aku hanya tak ingin mendengar kabar buruk apa pun yang menyertai perjalanan sekolahku di sini."
Gerald mengulum senyum tipis. "Kalau ada yang berani melakukannya, aku akan membantumu merobek mulut mereka semua."
"Kau benar-benar mengerikan!"
Gerald mengangkat bahunya ringan. "Mulailah berjalan sebelum hari mulai gelap dan kalian tidak diizinkan keluar dari asrama lagi!"
Angel mendekati Maria, lalu menarik tangannya dengan cukup kuat. "Ayo Maria, kita jalan lebih dulu! Anggap saja dia hanya pengawal atau mungkin hantu yang siap menemani kita melihat-lihat semua yang ada di sini!"
Maria hanya meringis mendengar ucapan Claire yang terang-terangan ingin mengabaikan Gerald yang mengikuti mereka dari belakang. Sesekali dia akan menoleh, melihat Gerald yang diam saja atau terkadang mengulum senyuman tipisnya saat melihat Claire tersandung dan nyaris terjatuh.
Kenapa ... kenapa kau tidak pernah melihatku? Padahal, aku selalu di sini. Menunggu dan terus menunggumu melihat keberadaanku ....