part 5

1457 Words
"Ok, kita mulai," ucap Moana memberi aba-aba pada Gabby 1. 2. 3. Ceklek Gabby mulai membuka pintu kamar Feli dengan perlahan-lahan, sedangkan Moana, Moana dengan sigap menjaga Gabby dari jarak jauh, siapapun yang mendekat ke arah kamar Feli, maka dengan segera Moana mencegahnya. "Gabby, hurry up, don't take too long, I can't stand the urge to pee." Ucap Moana dengan nada berbisik. Gabby masuk ke kamar Feli dengan hasil bantuan dari Moana dengan cara mengendap-endap. Gabby berhasil masuk tanpa ketahuan orang rumah. Huft "Akhirnya," Gabby mulai bernafas lega saat dirinya berhasil masuk tanpa merasa kesulitan. Gabby mulai membongkar semua isi laci yang ada di kamar Feli, bahkan Gabby juga membongkar semua isi lemari pakaian dan juga beberapa laci yang terletak di lemari pakaian Feli. Setelah hampir sepuluh menit Gabby membongkar semua isi kamar Feli, Gabby mulai mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang Feli dengan nafas yang tidak teratur. "Hah…!, Di mana Nenek meletakkan nya?, Kenapa tidak ada di sini ini ya?, Masak iya nenek menyimpan nya di tempat lain?, Tapi dimana?!," Gabby mulai bermonolog dengan dirinya sendiri. Gabby kembali mencari di seluruh kamar Feli, hingga 5 menit lamanya akhirnya Gabby memutuskan untuk memeriksa juga bagian bawah kasur Feli. "Aha……, ketemu…..!," Ucap Gabby dengan girangnya sambil mencium kertas yang baru saja ditemukan tepat di bawah kasur Feli. Gabby segera membereskan kembali kamar seperti semula, bahkan Gabby juga kembali menempatkan barang yang sempat iya bongkar ke tempat asalnya dengan rapi. Gabby mulai mencari cara agar bisa keluar dari kamar Feli dengan tanpa diketahui para pekerja rumah. Gabby masih mondar mandir menunggu instruksi dari Moana, sedangkan Moana sendiri sudah pengen kencing di baju tidurnya saking khawatir akan ketahuan oleh pekerja rumah Gabby. "Oh, Gabby, it's taking so long!" Lirih Moana dengan paniknya, tidak tahu saja di kamar Feli, Gabby tengah menunggunya memberi kabar antara aman atau tidak nya di luar kamar Feli. "Non Moana ngapain di sini?," Tanya salah satu pekerja di rumah Gabby yang bertugas sebagai pembersih kamar Feli setiap jam 09 pagi. Yah, biasanya orang membereskan kamar itu tepat di pagi hari saat bangun tidur, tapi itu hanya berlaku buat orang lain, tidak dengan Feli. Feli memberi perintah pada semua pekerja rumah, khususnya pada pembantu yang mengurus kebersihan di kamarnya, Feli memerintahkan pekerja tersebut agar membersihkan kamarnya saat jam 09 pagi saja, tidak perlu membersihkan di pagi-pagi. Entah apa maksud dari Feli tidak memperbolehkan membersihkan kamar di pagi hari, yang jelas semua pekerja rumah di kediaman nya patuh dengan mengerjakan kebersihan kamar di jam 09 pagi. "Eh… eh… itu Bik, itu, apa namanya?!, Aku…,a…aku kebelet pipis, sekalian mau mandi buat ke kampus, tapi di kamar Gaby masih di kamar mandi, Bibi bantuin aku cariin kamar mandi kosong dong, aku udah gak tahan soalnya." Jawab Moana dengan gugupnya serta keringat di mana-mana karena takut ketahuan. Yah, memang Moana tidak ahli dalam urusan main petak umpet, pasti akan cepat ketahuan karena ketakutan nya. Di kamar Feli, samar-samar Gabby mendengar suara Moana yang sedang menghadapi salah satu pekerja di rumahnya, dengan sigap Gabby mendekat ke arah pintu dan mendekatkan telinganya tepat di daun pintu, setelah dirasa suara ribut tadi sudah tidak terdengar lagi, Gabby mulai memutar handle pintu dengan perlahan, karena Gaby yakin pasti pembantu itu sedang mengantar sahabatnya ke kamar mandi tamu. Ceklek Gabby mulai celingukan berharap tidak ada satu orangpun yang melihatnya keluar dari kamar neneknya. Ctak Huft Gaby mulai bernafas lega ketika berhasil menutup pintu kamar neneknya tanpa ada yang melihatnya. Gabby mulai melangkahkan kakinya menuju kamarnya. "Akhirnya aku bisa menemukan ini, dengan ini, aku bisa menggagalkan perjodohan aneh itu. Nenek kira ini jamannya siti nur laba-laba apa, eh keliru. Nenek pikir ini jamannya siti nurbaya apa?, Pake ada perjodohan segala." Ucap Gabby sendiri sambil meralat ucapannya tanpa ada yang menegurnya. Ceklek "Gab Gab, oh Gabby…..!, Are you looking for treasure or what Gabby... I almost died on my feet because I was caught red-handed by Lo's maid. Apa Sih yang Lo dapetin?, Lama banget?!," Tanya Moana dengan hebohnya sambil mengerucutkan bibirnya. Gabby sendiri hanya menanggapi ocehan sahabat nya dengan senyuman yang merekah di bibirnya. "Kenapa Lo?, Diabetes you?," Tanya Moana dengan malasnya sambil memutar bola matanya jengah. "Gue sudah menemukan apa yang gue cari,And you know what that means?, Gue akan melanjutkan rencana gue selanjutnya, dan yang pastinya, gue masih butuh bantuan Lo." Ucap Gabby dengan senangnya sambil memeluk Moana sambil mengguncang tubuh Moana kencang. "Gabby.....!, Oh my gosh, damn it, yes, sakit anjir." Umpat Moana dengan kesal, Gabby telah membuat nya pusing karna mengguncang tubuhnya. "Ok,ok sorry, gue terlalu senang. Thank you so much." Ucap Gabby lembut, sebenarnya Moana hanya kesal saja, tidak benar-benar membenci Gabby. "Jadi kapan Lo mau memulai misinya?," Tanya Moana dengan seriusnya, "Sekarang juga!," Jawab Gabby tanpa ragu. "What?, Sekarang?," Tanya Moana memastikan dengan wajah terkejutnya, "He,em Sekarang. Lebih cepat lebih baik Moa, gue gak mau setelah gue mendapatkan ini, terus gue menunda misi selanjutnya, yang ada semua berantakan, dan gue yakin pasti semua rencana yang sudah kita susun dengan rapi bakal gagal." Jawab Gabby tak kalah serius dengan menunjukkan sebuah barang yang di temukan di kamar Feli. "OK, no problem, gue tetap akan dukung dan bantu Lo apapun itu, yang penting satu. Lo tetap baik-baik saja." Ucap Moana dengan sungguh-sungguh membuat Gabby merasa sangat bangga. "Thank you Moa, I'm really proud to have an understanding friend like you, gue benar-benar beruntung banget, thank you." Ucap Gabby dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "No-no Gabby, gue gak suka liat air mata Lo, Please don't cry." Ucap Moana yang mulai ikut meneteskan air matanya. "Ok ok, oh iya, kita mulai bersiap-siap yuk, sebelum nenek pulang!," Ajak Gabby yang langsung di balas anggukan oleh Moana. Kedua gadis cantik itu langsung bersiap untuk melaksanakan misi selanjutnya. Setelah jarum jam tepat di jam 11 siang, Gabby dan Moana menuruni tangga secara bersamaan. "Selamat siang Non!," Sapa para pekerja rumah Gabby dengan hormat, "Siang Bi, aku ada kelas siang, jadi aku mau ke kampus, nanti kasih tau nenek ya, kalo aku pulangnya agak malam." Ucap Gabby dengan santainya agar tidak mengundang kecurigaan pada para pekerja di rumahnya, apalagi semua pekerja di rumahnya berpihak pada nenek Feli. Semua para pekerja di rumah Gabby mengangguk dengan ragu-ragu, bahkan ada yang sempat saling pandang sesama rekannya. "Ayo Moa, kita berangkat." Ajak Gabby dengan masih menampakkan wajah tenangnya. setelah sampai di kampus, mereka mulai melakukan aktifitas kampus seperti biasanya. tepat pada jam 06:30, Gabby dan Moana pulang dari kampus, saat sampai di rumah Gabby, Moana ataupun Gabby sama-sama bingung karena terdapat tiga mobil mewah yang berjejer rapi di halaman rumahnya. "Gab, ada acara apa di rumah Lo Sampek kedatangan tiga mobil disini?," tanya Moana yang langsung di jawab gelengan lemah oleh Gabby. " gue juga nggak tau, arisan mungkin." jawab Gabby seadanya. "ya udah gue masuk dulu, Lo biar di antar supir seperti biasa, ok." ujar Gabby yang di jawab anggukan oleh Moana. Gabby mulai melangkah masuk kedalam rumah megahnya, saat sampai di ruang tamu, Gabby langsung membelalakkan matanya terkejut saat melihat kakek Antoro di tengah-tengah mereka. "kakek," lirih Gabby pelan. setelah Feli melihat dan mendengar suara Gabby, dengan segera Feli memanggil dan meminta Gabby untuk bergabung dengan mereka. Dengan langkah malasnya, Gabby bergabung tanpa melihat pada sosok pria yang duduk di samping Antoro. " ini calon suami kamu, dan dia kesini diadakan karena ingin meresmikan pertunangan kalian, calon suamimu akan pergi besok, dan tidak bisa kembali dalam waktu dekat ke kota ini." ujar Feli yang membuat Gabby kaget. tak hanya Gabby yang kaget, bahkan kakek Antoro dan juga Sean sama-sama kaget. apalagi Sean, niat Sean kesini hanya sebuah pertemuan biasa untuk memperjelas jika dirinya menerima perjodohan itu, bukan melamar, kalo sudah dilamar namanya bukan hanya memberi kepastian tentang perjodohan nya. gumam Sean dengan kesalnya. sedangkan Antoro hanya diam saja sambil tersenyum kecil. "kenapa dadakan gini Nek, Gabby belum siap," Ucap Gabby dengan nada protes nya serta mata yang mulai berkaca-kaca. "tidak dadakan Sayang, nenek sudah mengatakan kemaren jika kamu di jodohkan." Ucap Feli dengan santainya. Padahal benar yang dikatakan Gabby, jika semua itu dadakan karena kemaren Feli hanya mengatakan akan di jodohkan, bukan acara pertunangan seperti ini. " calon suamimu tidak sempat untuk membeli cincin pertunangan kalian, jadi untuk cincinnya nyusul tidak apa-apa kan Sayang, soalnya calon suamimu buru-buru," Ujar Feli dengan lembutnya. Gabby hanya mengangguk pasrah bersamaan dengan air mata yang sudah membasahi pipisnya. "Gabby ke atas dulu ya Nek, gerah, mau mandi," pamit Gabby "kakek, Gabby pamit keatas," pamit Gabby pada Antoro tanpa melihat ke arah pria di samping kakek Antoro. Gabby mulai melangkah ingin menaiki ana tangga. "tidak pamit sama calon suamimu?," tanya Feli dengan datarnya, "tidak perlu Nek, aku juga harus pergi." Ucap Sean sambil melirik Gabby. Gabby yang mendengar suara Sean langsung pikirannya tertuju kemana-mana. "kok suaranya kayak gak asing. Dingin dan datar."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD