berbagai macam gaya

1018 Words
Niko langsung membanting tubuh Naya ke ranjangnya, dan menindih tubuh Naya meski tanpa mendapat persetujuan dari Naya. Naya langsung menahan d**a Niko, dan memberitahu Niko kalau dirinya siap melayani Niko. "Baiklah. Akan aku penuhi keinginan kamu untuk melayani mu malam ini. Tapi, izinkan aku mandi dulu, karena aku baru pulang dari kantor." Ujar Naya dengan nada yang sungguh sangat susah payah Naya tahan agar bisa tenang. Niko yang mendengar ucapan Naya langsung menjauhkan diri dari Naya, dan memberi kesempatan Naya untuk mandi, dengan cara menyerahkan handuk Putih pada Naya. Naya langsung ke kamar mandi, dan dengan cepat Naya mengunci pintu kamar mandinya, lalu menghubungi Lanc. Lanc yang sedang fokus dengan pekerjaannya langsung menerima panggilan masuk dari Naya, tanpa merasa ragu sedikitpun untuk menerimanya. "Uncle, cepat datang ke apartemen ku. Keadaannya sedang darurat. Aku tidak bisa menjelaskan sekarang. Cepat!" kata Naya dengan nada yang sedikit terdengar panik di telinga Lanc. "Selesaikan saja masalahmu yang kamu anggap sebagai masalah darurat. Aku sibuk." Kata Lanc datar "Baiklah. Kalau Uncle tidak datang, artinya Uncle rela tubuhku di nikmati keponakanmu. Di apartemen ku ada Niko. Dia memaksaku untuk melakukan itu denganku." Ujar Naya yang langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Hanya Naya yang berani mematikan sambungan telepon terlebih dahulu dari Lanc. Dengan santainya Naya keluar dari kamar mandi, dan masih menggunakan pakaian yang tadi, artinya Naya tidak mandi. Niko yang melihat Naya belum mandi langsung mendekati Naya, dan memegang kedua pundak Naya, namun dengan cepat Naya menepisnya, karena entah kenapa, Naya benar-benar merasa sangat jijik disentuh oleh Niko. Niko sendiri tidak sakit hati mendapat sikap dingin dari Naya. "Kenapa belum mandi?" tanya Niko dengan dahi berkerut "Tidak tahu kenapa, tiba-tiba air hangatnya mati. Tidak mungkin kan aku malam-malam begini mandi air dingin." Kata Naya dengan wajah cemberutnya. Dalam hati Naya, Naya berhitung dari angka 1 hingga 3, dan baru saja Naya menghitung angka 3, pintu apartemen Naya sudah diketuk dari luar. Dengan cepat Niko membuka pintu kamar Naya, sedangkan Naya menahan senyumnya karena Naya sudah dapat menebak kalau yang datang itu adalah Lanc. "Uncle, kenapa kesini malam-malam begini?" tanya Niko dengan Wajah bingungnya. "Harusnya aku yang bertanya, kenapa kamu kesini malam-malam begini. Kamu sudah tidak punya hubungan apapun dengan Naya, sedangkan aku, aku atasan Naya, dan kalau aku datang kesini, artinya aku ada kepentingan masalah pekerjaan dengan Naya." Ujar Lanc menjawab pertanyaan Niko dengan kalimat tanya juga, dan kali ini, ucapan Lanc berhasil membungkam mulut Niko, karena Niko juga sudah sadar, kalau sekarang dirinya bukan lagi suami Naya. "Aku kesini karena ingin mengajak Naya rujuk. Kalau Uncle sendiri, ngapain kesini?" Jawab Niko yang diakhiri oleh kalimat tanya, karena Niko penasaran, untuk apa Uncle Lanc mendatangi apartemen Naya. "Aku ada dinas keluar kota." Jawab Lanc datar seraya memberi kode pada Naya agar keluar dari kamarnya dengan cara mengangkat dagunya, dan memberi kode agar Naya keluar. Naya pun keluar dari kamarnya sendiri, dan berpamitan pada Niko kalau ia harus bekerja. "Tapi kenapa dadakan, Uncle. Malam-malam begini juga." Kata Niko tidak setuju kalau Lanc membawa Naya pergi, karena seharusnya malam itu Niko harus berhasil mendapatkan keperawanan Naya, karena selama ia berpacaran, dan bertunangan, bahkan sampai menikah dengan Naya, Niko tidak menyentuh Naya sama sekali. Belum sempat Niko mendapat jawaban atas pertanyaan dirinya yang dilayangkan pada Uncle nya, Niko sudah melihat Naya dan Lanc pergi meninggalkan dirinya sendirian, membuat Niko mengumpat kasar karena marah. "Aku tahu Uncle pasti akan datang. Sudah kuduga, aku tidak salah menduga, kalau Uncle memiliki daya tarik tersembunyi pada diriku." Ujar Naya dengan nada bangganya, dan percaya diri sekali kalau Lanc begitu sangat memuja pada dirinya. Lanc sendiri yang mendengar celotehan Naya hanya diam saja dan menjalankan mobilnya menuju ke rumah pribadinya. "Uncle, aku rasa, kita harus membicarakan soal hubungan kita dengan serius, masa Uncle tidak merasakan hal yang berbeda, seperti cinta gitu? Uncle tahu tidak, kalau aku sangat candu dengan permainan Uncle. Milik Uncle besar." Bisik Naya yang membuat Lanc hampir saja lepas kendali karena mendengar kata frontal Naya tadi. "Naya, kamu sadar sekarang kita dimana? Berhenti menggodaku, atau gak, kita tidak akan sampai ke rumah dengan selamat." Ujar Lanc Dengan penuh ketegasan, membuat Naya langsung tertawa. "Katanya tidak tergoda, kok wajahmu merah." Ujar Naya yang kembali menggoda Lanc, membuat Lanc merasa sedikit menyesal menolong Naya. "Turun disini, atau memilih diam?" tanya Lanc memberi pilihan pada Naya. "Yakin mau turunin aku disini? Punya Uncle udah keras loh? Yakin nih!" Kata Naya yang masih menggoda Lanc, membuat Lanc benar-benar tidak habis pikir dengan setiap kata yang keluar dari bibir Naya tanpa disaring. Lanc langsung menjauhkan tangan Naya yang ingin menyentuh pusaka besarnya, karena tidak ingin Lanc benar-benar akan menghabisi Naya di atas ranjang. "Kalau Uncle merasa tidak tahan, kita bisa melakukannya sekarang disini." Ujar Naya yang membuat Lanc langsung menginjak rem secara dadakan, hingga membuat kening Naya mencium dasbor mobil Lanc. "Awww, Uncle! Kalau Uncle tidak ingin melakukan penyatuan di dalam mobil, Uncle bisa bilang tanpa harus menyakitiku dengan cara begini, kan jadi lecet!" teriak Naya dengan kesalnya, namun tidak dihiraukan oleh Lanc, membuat Naya semakin kesal. Naya langsung menarik dasi Lanc, hingga bibir keduanya saling bermain. Lanc yang awalnya marah pada Naya karena hanya menjadikan dirinya sebagai topeng saja, kini berubah jadi beringas dalam memberi sentuhan pada Naya, hingga membuat Naya lupa kalau dirinya ingin sedang kesal. Ternyata Lanc tidak berhantu sampai di bibir saja. Lanc juga memainkan tangannya di bagian bawah Naya, dan ternyata, Naya semakin merasa lemah saat tangan Lanc berhasil memberi sentuhan di area sensitifnya. Lanc menyingkap blazer berbulu Naya, hingga menyisakan tank top yang memperlihatkan perut rata Naya, hingga menambah kesan sexi. Lanc yang melihat d**a mulus Naya semakin membuat dirinya terbakar gairah, dan Lanc semakin merasa sulit untuk mengendalikan dirinya. Lanc langsung mengatur kursi mobil. Lanc menekan tombol dan kursi mobil pun perlahan-lahan turun, dan dengan perlahan, tubuh Naya juga ikut terbaring. "Aku menginginkanmu malam ini." Kata Lanc yang membuat hati Naya bergetar saat mendengar kalau Lanc menginginkan dirinya. Ia merasa ada sesuatu yang spesial antara dirinya dengan Lanc. Tapi Naya masih sadar, kalau Lanc tetap berusaha untuk merahasiakan perasaan apa yang ia miliki untuk dirinya. "Aku juga menginginkan, Uncle. Aku ingin mencoba berbagai macam gaya bercinta…"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD