13

1621 Words

Aku terdiam menikmati perenungan dosaku. Kemarin aku sudah membuat Redha, pacarku menangis. Cukup shock melihat kenyataan itu karena kupikir cewek mengerikan sepertinya nggak akan bisa nangis. Tapi aku juga lega dia bisa nangis, setidaknya Redha itu beneran cewek. Tulen. Airmatanya tulus, bukan airmata buaya. Dia nggak lagi pura-pura terbukti dari wajahnya yang membengkak dan merah. Redha itu cantik, belum jelek sebenarnya. Jika kuamati, kebulatan wajahnya itu simetris dengan bola matanya yang bulat seperti kelereng dan bak mata kucing. Indah jika diperhatikan. Sayangnya, aku sudah membuat mata indah itu menangis. Kemarin aku curhat sama mama. Secara nggak ada rahasia di antara aku dan mama, kecuali alasan aku nembak Redha dan sikap mengerikannya yang aku sembunyiin dari mama. Mama marah

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD