Saat aku membuka pintu rumah, aku melihat Redha sudah berdiri di sana sambil melambaikan tangan. Pacarku yang mengerikan itu menyambutku dengan senyuman lebar. "Pagi, Iqbaal!" sapanya begitu melihatku berjalan mendekat. "Iya, pagi juga Re!" jawabku. "Kunci!" katanya sambil merangkul lenganku. "Re, biasa aja dong! Nggak enak diliat orang!" tegurku. Redha hanya menggelengkan kepalanya, mempererat rangkulan tangannya di lenganku bahkan tubuhnya terlalu merapat sehingga membuatku sedikit nggak nyaman. "Nggak mau lepasin! Kan kita baru baikan!" katanya. "Iya, tapi nggak usah gini. Pegangan tangan aja gimana?" tawarku. Redha diam, berpikir sebentar dengan tawaranku. "Yaudah," katanya mengalah lalu melepas rangkulan tangannya di lenganku. "Sini!" kataku seraya mengulurkan tangan. Redha

