Malam itu, di sebuah night club ternama ibukota. Terlihat Ammar sedang menikmati alkohol dalam private room yang dia sewa. Dia terlihat meratapi nasibnya yang belakangan justru menyedihkan. “Tuhan! Apakah sudah tidak ada tempat yang membuatku nyaman di dunia ini? Kenapa belakangan aku kehilangan konsetrasi dan aku sangat merindukan istriku?” Keluhnya dengan air mata yang bercucuran. “Adakah orang di luaran sana yang merasakan kesepian sepertiku?” Isaknya menahan sesak di dadanya. “Aku memang sangat mencintai uang. Tapi, ternyata uang juga membuatku kesepian…” isaknya lagi. “Seandainya aku bisa mengulang waktu, aku akan memperbaiki semuanya, aku akan lebih mencintai istriku, dan tidak mendengar bisikan apapun dari Liza yang memang dengki dengan semua yang di miliki istriku. Andai aku bis

