Seperti ucapan Regan kemarin, hari ini ia dan Mara pulang. Dan seperti keinginan Mara, mereka pulang ke rumah orang tuanya. “Aku tak sabar memberi ayah dan ibu kejutan,” ucap Mara yang menyandarkan kepala di bahu suaminya. Saat ini ia dan Regan dalam perjalanan menggunakan mobil setelah dari bandara. Regan hanya diam, entah kenapa ia justru teringat mimpinya waktu itu. Meski mimpi itu sudah cukup lama tapi, tak pernah bisa ia lupa. “Kuharap ayah tidak mengacungkan parang,” ucap Regan. Mara mendongak dan bertanya, “Eh? Kenapa?” Regan setengah menunduk membuat pandangannya dan Mara bertemu. “Siapa tahu ayah marah karena aku sudah membawa kabur anak semata wayangnya.” Mara terkekeh, tertawa renyah dengan pemikiran Regan. “Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Kita sudah menikah