61. Sebuah Kemarahan

1621 Words

Keesokan harinya, Erlan dipanggil ayahnya menuju ruang kerjanya. Dia sudah menyiapkan diri bahkan sejak dua bulan lalu ketika dia memutuskan memberi Afsheen dana untuk membangun bisnisnya sendiri. Baru saja dia masuk pintu, dia sudah disambut oleh lemparan dari tanda nama yang terbuat dari kayu dengan bagian lancip di ujungnya hingga mengenai sedikit pelipisnya. Erlan tak mengelak, pelipisnya tergores dan berdarah. Dia mengambil papan nama tertulis nama ayahnya itu dan maju beberapa langkah, meletakkan papan itu di mejanya seperti sebelumnya, persis dan sangat simetris. “KAMU PIKIR KAMU SIAPA? BERANI KAMU MENDANAI p*****r ITU!!” seloroh ayahnya menggebrak meja, seakan tak puas melemparkan kayu yang cukup keras itu, dia kini melemparkan berkas-berkas, lengkap dengan mapnya ke tubuh Erla

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD