“Jujur, aku bahagia, sewaktu siuman dari koma dan membuka mata, yang pertama kulihat adalah kamu,” lirih Daffin menatap Nona intens. “Ketika maut itu seperti udah ada di depan mata, aku hanya berpikir semoga kamu memaafkan aku. Dan aku minta Tuhan mengirimkan malaikat terbaik yang menggantikan aku untuk menjagamu. Tapi itu bukan Bian, bukan pria yang membuatku cemburu, sebab antara Bian dan aku nggak ada bedanya. Aku berharap ada pria lain yang jauh lebih baik dariku untuk bisa menjagamu. Jika saja waktu itu aku mati…” “Sst…!” Nona menyentuh bibir Daffin dengan dua jarinya. “Itu nggak pantas Mas Daffin ucapkan.” “Lalu aku harus bilang apa? Jika mati adalah cara terbaik untukmu bisa memaafkan ku, maka aku lebih memilih mati, minta Tuhan untuk secepatnya mencabut nyawaku.” Nona ing