Habislah Riwayat Keperawanannya

753 Words
Pria berwajah khas Turki dengan alis tebal dan hidung mancung itu menghembuskan asap rokok yang dia sulut.  Dia seperti tidak peduli dengan pertanyaan Nona.  Wajahnya tampan, tingginya mungkin kisaran 185 cm, badannya berotot dan raut wajahnya tampak sangat maskulin.  Bibirnya merah dengan garis tajam, tampak sangat sensual.  Sangat eksotik.  Dan matanya, mata itu gelap dan sorotnya tajam.  Pandangan dari mata itu seperti tersulut emosi, dipenuhi dengan amarah.   Nona merasa ketakutan.  Ya Tuhan, apa yang terjadi?  Apakah Nona sudah dianu-anuin?  Haduh, pikiran buruk langsung menyerang kepala Nona.   Sekilas ia mengingat kejadian terakhir saat ia dalam keadaan penuh dengan kesadaran.  Dia melihat Intan dan Aldo berjoget, kemudian Intan kembali kepadanya dan membiarkan Aldo berjoget sendiri.  Intan melambaikan tangan pada sosok pria tampan yang baru saja muncul.    Saat itu kepala Nona sudah mulai pusing dan keliyengan, namun ia masih bisa melihat dengan jelas sosok tampan bertubuh gagah dan atletis menghampiri keberadaan Intan.    Ya, Nona ingat dia sempat dikenalkan oleh Intan pada pria di hadapannya sekarang.  Daffin namanya.   Pandangan Nona kemudian tertuju ke dadanya, kancing bajunya bagian atas sudah terbuka.  Detik berikutnya dia mengangkat wajah dan menatap Daffin dengan nanar.   “Hei, siapa kau?” pekik Nona lagi, semakin kesal.  Meski ia tahu pria itu adalah Daffin, yang disebut-sebut CEO oleh Intan, namun ia tetap saja menanyakan hal itu.    Seruan Nona yang kedua kalinya membuat pria itu yakin jika gadis di hadapannya itu seperti kebingungan, raut wajah Nona serta gelagatnya yang ketakutan justru membuat pria itu kian emosi.  Pria tampan itu pun melepas jasnya dengan gerakan cepat.  Ia berdiri menghadap kepada Nona.  Kancing kemeja atas pria itu terbuka, memperlihatkan dada bidang yang berotot.   Bruk!   Nona baru saja hendak bangkit bangun dari ranjang, namun dadanya didorong dengan kasar oleh pria asing itu, hingga Nona kembali terbaring ke ranjang.  Sebelum dia menyadari apa yang terjadi, pria itu tiba-tiba sudah berada di atasnya.   “Jangan bertingkah seperti orang sok suci dengan bertanya siapa aku, bahkan caramu menatapku, seperti kau tidak menginginkanku.”  Pria itu membuka kemejanya dan melemparnya ke sembarang arah.   Nona hampir tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan pria itu, bahkan otaknya belum sempat bekerja untuk memberi jawaban saat pria itu mendekatinya dengan gerakan kilat.  Nona tidak bisa berbuat apa-apa hingga pria itu mengunci kedua tangannya ke atas kepala.   “Lepaskan aku!” pekik Nona panik.  Ia mencium aroma alkohol dari nafas pria di atasnya.  Jantung Nona berdetak sangat kencang merasakan sesuatu yang sangat berat menimpanya. Berbagai bayangan kejadian buruk menyerang kepalanya.   “Diamlah!  Kau tidak akan berada di sini jika kau tidak mau melakukan ini, hei wanita panggilan!  Kau ada di sini untukku, bukan?  Lantas kenapa kau menolak ku?  Jangan pura-pura suci!”    Nona menjerit dan meronta-ronta minta dilepaskan.  Pria bertubuh gagah dan besar itu menatap Nona dengan sorot nanar, kemudian Daffin mengunci bibir Nona.  Ciuman brutal dan penuh kemarahan membuat Nona tak berdaya.  Ia hanya bisa menangis.   Habislah dia!  Habislah riwayat mahkotanya!  Setelah ini dia benar-benar menjadi target korban pelecehan sek*ual.  Tidaaaaak… Nona tidak mau kejadian itu menimpanya.  Dia ingin memberikan mahkotanya pada suami sahnya kelak, bukan pada CEO yang numpang celup sembarangan begini.   Tuhan… Beri keajaiban.  Setidaknya biarkan Nona melarikan diri dan menyelamatkan satu-satunya kepemilikan paling berharga dalam dirinya.  Atau biarkan pria asing itu mati mendadak, kejang-kejang atau apalah.   Hampir saja Nona merasakan sesuatu yang dapat mengoyak di dalam dirinya, namun satu kesempatan saat Daffin menendang selimut, membuat kaki pria itu terangkat dan Nona memiliki kesempatan untuk menendang Daffin.  Pria itu terguling di kasur sebelah.  Nona menghambur turun dari ranjang.  Lalu berlari menuju pintu dan memutar kunci sambil membenahi pakaiannya yang terbuka.  Nona sudah melesat keluar pintu saat Daffin mengejar dan hampir meraih lengannya.  Daffin tidak bisa mengejar sampai keluar mengingat dia kini hanya mengenakan pakaian dalam saja.   Kepala Nona benar-benar disumpal dengan berbagai pertanyaan membingungkan.  Drama apa ini?  Kenapa harus Nona yang menjadi korban?  Siapa Daffin?  Kenapa pria itu bisa tidur bersamanya?  Untung saja olah raga berat di atas ranjang tidak sempat terjadi, sehingga Nona masih bisa menjaga kesuciannya sebagai wanita.  Mahkotanya masih utuh.  Mungkin masih wajar jika Daffin mengatakan kalau Nona sesungguhnya juga menginginkan hubungan terlarang antara wanita dan pria, sebab dia berada di kamar hotel seperti sedang menunggu tamu pria.    Dan Intan?  Apa motif Intan sehingga memperkenalkannya dengan Daffin?  Apakah dalang dibalik kasus ini adalah Intan?  Intan sengaja menjebaknya?  Tapi tidak mungkin ada unsur penjebakan, sebab Nona mendatangi rumah Intan tanpa permintaan Intan.  Nona juga pergi ke club diajak Intan bukan karena ada niat di awalnya.  Nona ikut Intan ke club dengan dadakan.   Apa sebenarnya yang telah terjadi?  Nona benar-benar bingung.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD