Jantungku berdebar semakin kencang ketika turun ke ruang bawah tanah yang merupakan markas dari Hook di mana gadis manis dengan mata yang bersinar terang itu ditahan. Semakin dekat langkahku dengan ruang tahanan, semakin gemetar kakiku karena perasaanku semakin tidak menentu. Beruntung aku berjalan di posisi paling belakang antara Zayn dan Alea, sehingga meminimalisir kemungkinan dua orang tanpa hati nurani di depanku sadar jika aku bersikap berbeda hari ini.
Lagi-lagi aku harus menutup hidung ketika sampai di ruang tahanan, bahkan mataku terasa pedih karena udara beracun di tempat ini. Tanpa sadar air mataku mengalir seperti tengah memotong bawang.
Ada satu hal yang membuatku bingung kali ini, saat pertama kali aku datang ke tempat ini, aku merasa ruang bawah tanah tempatku berdiri tidak segelap ini, masih banyak cahaya yang masuk dari permukaan. Tapi saat ini ruang tahanan terasa sangat gelap, bahkan Zayn harus menggunakan lampu senter untuk menerangi jalan.
“Tuan, kenapa tempat ini terasa lebih gelap dari sebelumnya?” Suaraku terdengar menggema, berbeda dengan sebelumnya yang masih terdengar normal.
“Oh, kau menyadari, Nona? Kami sengaja melakukan ini karena koleksi kami harus terlindung dari matahari agar memiliki kualitas kulit yang bagus,” terang Alea dengan ketus. Dalam kegelapan seperti ini, aku tidak dapat melihat dengan jelas wajah Alea dan Zayn.
“Aku ingin melihat koleksimu secara langsung, Tuan Zayn. Jacob memintaku untuk memilih koleksi yang cocok untuknya, aku butuh melihat mereka dengan jelas.” Mendengar ucapanku, Zayn yang hendak membuka pintu ruangan di belakang ruang tahanan membatalkan niatnya dan berbalik ke arahku.
“Tunggu, Nona, apakah kau benar-benar membawa uang di dalam koper itu? Kau tidak sedang menipuku bukan?” Zayn mengarahkan lampu senter ke arah koper yang menggantung di tangan kiriku. Aku melirik ke arah koper yang kubawa sejenak, lalu pandanganku kembali beralih kepada Zayn yang tiba-tiba mengarahkan lampu senternya ke wajahku. Pandanganku terasa silau, aku tidak dapat melihat apapun selain cahaya putih di depanku.
“Kau bisa memeriksanya sendiri jika tidak percaya kepadaku, Tuan.” Aku mengukir senyum simpul yang dapat dilihat jelas dari arah Zayn dan Alea. Cahaya senter Zayn semakin lama semakin terasa dekat karena Zayn melangkah mendekatiku dengan tetap menyorotkan lampu senternya ke arah mataku.
Ketika lampu senter itu sudah sangat dekat ke wajahku, aku dapat melihat dengan jelas raut wajah Zayn yang sedang tersenyum penuh nafs*, tatapan matanya seperti orang yang sedang menemukan mangsa empuk. Berkali-kali Zayn melirik ke arah koper yang aku bawa sebelum pandangannya beralih ke mataku. Lagi, lagi dan lagi tatapan mata Zayn terus berpindah-pindah. Zayn terlihat sangat bern*fsu dengan uang yang aku bawa.
Tanpa kusadari, tangan Zayn tiba-tiba ingin meraih koper yang kubawa. Ketika tangannya hampir menyentuh koper, aku segera menarik koper itu ke belakang. Raut wajah Zayn seketika berubah saat ia tidak berhasil memegang koper itu. Senyum penuh nafs* di wajahnya berubah, mulutnya sedikit menganga dan matanya terbuka lebar.
“Maaf, Tuan. Ada uang, ada barang. Jangan pernah berpikir untuk mengambil uangku sebelum aku memilih koleksimu.” Aku memegang tangan kanan Zayn yang tetap berusaha menjangkau koper dengan tangan kananku, lalu aku mengangkat tangan itu ke depan wajahnya. Aku merasakan perlawanan Zayn dengan tenaga lelaki dewasa, namun sayangnya tenagaku sebagai seorang perempuan terlatih dapat menandinginya. Aku tersenyum semakin lebar ketika melihat Zayn yang seakan tidak percaya jika perempuan yang memiliki badan tidak terlalu berotot di depannya dapat menandingi kekuatan seorang lelaki bertubuh atletis sepertinya. “Maaf, Tuan. Aku tidak ingin ada pertumpahan darah di sini, aku masih ingin hidup dan bersenang-senang di luar sana, hehe.” Aku melepaskan tangan Zayn, tapi pria itu masih tetap menahan tangannya di depan wajah. Mungkin ia masih terkejut dengan tenaga yang ditunjukkan oleh wanita yang ia anggap lemah di depannya.
Aku menepuk bahu Zayn beberapa kali, lalu mendekatkan wajahku ke telinga Zayn melewati senter yang menyorot ke mataku, lalu berbisik kepadanya, “mari selesaikan pekerjaan kita dengan rapi, Tuan. Aku benar-benar meminta bantuanmu untuk melunasi hutangku,” bisikku pelan.
Zayn mundur beberapa langkah lalu berbalik dan menekan sebuah tombol yang berada di samping pintu yang menuju ke ruangan yang berada di belakang ruang tahanan. Setelah itu aku mendengar suara besi bergerak, lalu perlahan cahaya matahari mulai menyinari tempat ini dan para tahanan mulai dapat terlihat.
Ketika sinar matahari mulai memenuhi ruang bawah tanah, para tahanan menutup mata karena merasa silau, mungkin mereka sudah lama merasakan kegelapan sehingga mata mereka lebih sensitif terhadap sinar matahari. Aku mengamati satu persatu tahanan yang ada di depanku, berharap jika gadis manis itu masih ada di tempat ini. “Mana? Di mana anak itu?” ucapku dalam hati. Mataku bergerak cepat ke kanan dan kiri mencari keberadaan gadis itu, namun ia tidak terlihat di dalam tahanan. Pikiranku semakin kacau, aku berusaha menahan badanku yang semakin gemetar, aku tidak ingin Zayn menyadari tujuanku yang sebenarnya datang ke tempat ini.
“Apa yang terjadi, Nona. Kenapa kau termenung melihat mereka?” ucap Zayn yang tanpa aku sadari telah berada di sampingku.
“Tidak, sudah terlambat! Zayn telah sadar dengan keanehan sikapku!” otakku langsung berputar memikirkan cara untuk lolos dari tuduhan yang ada di dalam pikiran Zayn. Aku tahu jika Zayn tidak menuduhku macam-macam secara langsung, aku hanya memikirkan kemungkinan terburuk yang dapat terjadi.
“Ah tidak, aku hanya memilih dengan teliti karena tidak ingin membuat Jacob kecewa. Pria itu adalah orang yang perfeksionis, ia ingin semua yang terbaik.” Aku mencoba berkelit. “Aku ingin melihat lagi data terbaru dari koleksimu, Tuan. Siapa tahu beberapa dari orang yang berada di dalam tahanan telah kehilangan ginjal atau kornea mata mereka. Aku tidak ingin memberikan koleksi yang cacat kepada Jacob!” Aku melipat tangan kanan ke depan d*da dan memiringkan kepala, sesekali aku melirik ke arah Zayn dengan tatapan sinis untuk menutupi badanku yang gemetar.
“Begitukah? Baiklah, ikut aku!” Zayn bersorak gembira. Wajahnya tersenyum lebar sebelum kemudian ia berbalik dan berjalan masuk ke ruang belakang. Aku mengikuti langkahnya perlahan namun mataku tidak lepas dari para tahanan yang terlihat tidak memiliki semangat hidup itu karena khawatir gadis manis itu terlewat dari pandanganku. Tapi sampai aku masuk ke dalam ruang belakang, aku tidak dapat menemukan gadis itu di sudut tahanan manapun.
Map coklat berisi dokumen para tahanan sudah tergeletak di atas meja ketika aku masuk ke dalam ruangan itu. Tatapan Zayn dan Alea tampak curiga terhadapku. Alea memberikan sorot mata tajam mengarah ke bawah lalu kembali ke atas, sedangkan Zayn menatap mataku lekat.
Aku meletakkan koper berisi uang ke atas meja, tepat di sebelah map coklat yang segera aku ambil. Zayn beralih menatap dengan lekat koper yang ada di atas meja, tidak lagi menatapku dengan curiga. Anggapan bahwa Zayn sangat materialistis semakin tidak terbantahkan, sudut bibirku terangkat melihat wajah Zayn. Namun ketika aku melirik ke arah Alea, perempuan yang selalu setia di samping Zayn itu tetap menatapku dengan lekat dengan curiga.
Aku kembali mengalihkan pandanganku pada map coklat di tanganku dan aku buka satu persatu isi dari amplop tersebut. Lembar demi lembar kuteliti, tidak ingin ada satu lembar pun yang terlewat. Aku terus saja mencari data dari gadis itu, namun tidak juga menemukannya.
Di sela aku mencari data gadis yang mirip denganku sewaktu kecil itu, aku menemukan data para korban penculikan pusat kota yang ada di sini. Satu persatu data korban itu aku letakkan secara terpisah di atas meja. Namun saat aku sudah menemukan empat orang korban penculikan, aku masih juga belum menemukan gadis itu.
Berkali-kali aku mengecek dari awal, namun gadis itu seakan menghilang ditelan bumi. Padahal aku yakin, ketika aku memeriksa berkas ini sebelumnya, data gadis itu masih ada di antara koleksi milik Zayn.
Tanganku mulai bergetar tak tertahankan ketika menyadari jika data gadis yang sedang aku cari benar-benar tidak ada di sini. Aku sudah memeriksa berulang kali, namun gadis itu benar-benar menghilang. Berarti memang benar apa yang aku lihat di ruang tahanan, gadis itu tidak ada di sana. Aku melirik ke arah Zayn dan menemukan jika Zayn tengah melihatku lekat dengan senyum yang terukir lebar di wajahnya. Aku kembali mengalihkan pandangan terhadap dokumen di tanganku, aku masih berusaha sebaik mungkin agar tidak bertindak mencurigakan.
“Dia benar-benar hilang. Jika gadis itu memang sudah dibunuh atau dijual, datanya pasti masih ada di sini namun dengan status sudah terjual seperti korban yang lain. Namun apa yang aku lihat di depan mataku tidak seperti itu, gadis yang aku cari benar-benar menghilang. Si*l, ke mana Zayn membawa gadis itu?” Aku berkutat di dalam pikiranku.
“Lima… lima orang... aku harus melengkapi orang yang kuselamatkan menjadi lima orang.” Aku kembali menelusuri satu persatu data yang aku pegang dari awal, karena aku sudah berkata kepada Zayn bahwa akan membawa lima orang dari tahanan miliknya. Jika aku hanya pulang dengan empat orang, maka semuanya akan menjadi mencurigakan.
Akhirnya aku menemukan satu orang yang cocok untuk kubawa pulang. Dia adalah seorang perempuan remaja berusia 18 tahun. Berdasarkan data yang ada di depanku, gadis itu berasal dari Kota Agrari, sebuah kota yang cukup jauh dari Kota Nelayan karena berada di pulau yang terpisah.
Setelah lima orang sudah aku dapatkan, aku kembali memeriksa satu persatu kondisi kelima orang yang akan kubawa. Dari empat orang yang merupakan korban penculikan di Pusat Kota, salah satu di antaranya memiliki organ tubuh yang tidak lengkap. Berdasarkan data, korban tersebut telah kehilangan salah satu ginjal.
“Si*l! Jangan lagi! Apa yang harus aku lakukan sekarang?!” Aku harus memutar otak, mencari cara untuk membuat alasan kepada Zayn agar tidak terlihat mencurigakan. Hingga saat ini pun aku masih belum menyimpan kontak Jacob sehingga tidak bisa langsung menghubungi Jacob untuk mendapatkan bantuan darinya. “Ah, aku akan diam! Anggap saja aku tidak tahu jika salah satu di antara mereka ada yang tidak lengkap!” pikirku.
Setelah memastikan jika aku sudah mendapatkan semua orang yang aku cari, aku membuka koper yang tergeletak di atas meja. Ketika koper itu sudah terbuka, aku melirik ke arah Zayn dan menemukan jika ia sedang menatap dengan lekat tumpukan uang yang ada di dalamnya.
“Satu, dua, tiga, empat. Empat puluh lima juta dolar.” Aku mengambil separuh dari isi koper tersebut, lalu meletakkan uang yang sudah aku hitung ke atas meja dan menutup koper beserta uang yang ada di dalamnya.
Seketika wajah Zayn terlihat kecewa, senyum di wajahnya memudar seiring uang di dalam koper yang menghilang dari pandangannya. “Hahhh… Aku kira kau akan memberikan semua uangnya padaku, Nona Lilia,” ucap Zayn sambil menghela nafas. Ia benar-benar menginginkan semua uang itu.
“Tidak, Tuan. Semua sudah pas bukan? empat puluh lima juta. Sembilan juta untuk masing-masing orang di mana satu dari sepuluh juta adalah komisi untukku.” Aku menurunkan koper dari atas meja agar Zayn tidak terus menerus melihatnya.
Aku tersenyum lebar ketika melihat Zayn yang semakin kecewa karena tidak dapat memiliki seluruh uang yang aku bawa. “Apakah kau tidak ingin mengambil beberapa koleksiku lagi? Uang yang ada di koper itu masih sangat banyak, apakah Tuan Jacob tidak ingin menambah koleksinya lagi?” Sisi lain Zayn terlihat jelas saat ini, ia bahkan rela memohon dan merendahkan dirinya kepadaku demi mendapatkan seluruh uang yang aku bawa.
“Maaf, Tuan. Tapi Jacob hanya menginginkan lima orang, tidak lebih. Sisa uang ini akan kukembalikan kepadanya,” sahutku datar. Aku tetap menahan diri agar tidak termakan oleh kalimat Zayn.
Zayn terlihat sangat murung sementara Alea tidak memberikan reaksi apapun di belakang Zayn. Aku bangkit dari duduk, ingin segera menyelesaikan transaksi dan pergi dari tempat mengerikan ini karena tidak sanggup menahan aroma kotoran manusia bercampur darah busuk yang ada di sini.
Zayn mengikutiku berdiri, lalu menjabat tanganku sementara Alea memasukkan uang yang ada di atas meja ke dalam tas hitam yang ia ambil dari lemari di belakang Zayn. “Aku tidak menyangka, kau dapat melakukan transaksi sebanyak ini dalam waktu singkat. Meskipun memang aku tidak bisa mendapatkan seluruh uangmu, tapi nominal uang yang aku dapatkan sudah sangat besar. Kerja bagus, Nona Lilia.” Zayn memaksakan senyum di wajahnya, kemudian ia merentangkan tangan ke arah pintu keluar dan berkata, “sekarang tunggulah di luar, aku akan menyiapkan semuanya di sini. Aku tahu, kau pasti tidak akan mau membawa koleksiku dengan aroma busuk seperti ini.”
Tanpa berkata apapun, aku segera berbalik dan meninggalkan ruang bawah tanah ini. Ketika di luar, aku akhirnya dapat bernafas lega. Udara yang bersih dan segar ini seakan menjadi penawar setelah berada di lingkungan yang tidak layak huni seperti ruang bawah tanah itu.