Sesuai dengan permintaan Naura, Bram menginap di ruko yang disewa oleh wanita itu. Dia mengenakan celana training milik Naura yang sedikit kekecilan. Keduanya kini tengah berada di atas ranjang. Saling memiringkan badan, dan berhadapan. Bram menggenggam tangan Naura lembut. Rasanya dia tidak ingin berkedip. Bram baru menyadari betapa indahnya pahatan wajah Naura. Sementara Naura sendiri merasa sangat bahagia. Ini yang dia inginkan selama ini. Bisa merasakan ketulusan Bram, dan perasaannya terbalaskan. Dia tidak peduli, seandainya apa yang terjadi malam ini hanyalah mimpi. Naura ingin menikmati mimpinya. "Saya masih tidak percaya bisa tidur satu ranjang malam ini bersama kamu, Naura." Bram berucap lirih dengan tatapan masih tertuju pada wajah istrinya. "Apalagi aku, Mas. Saat kita sam