Hari-hari Arini berjalan dengan rasa was-was. Setiap kali menyimpan bukti baru, ia merasa seakan sedang berjalan di atas tali tipis yang bisa putus kapan saja. Namun, ia tahu dirinya tak boleh lengah. Semua ini penting—karena kebenaran harus terungkap. Pagi itu, Reza terburu-buru berangkat kerja. Ponselnya sempat tertinggal di meja ruang tamu. Arini, yang baru saja selesai menyiapkan sarapan, terpaku menatap benda itu. Kesempatan emas ada di depan mata. Ia ragu beberapa detik, lalu meraih ponsel itu dengan tangan gemetar. Kali ini, ia tidak hanya membuka galeri, tapi juga mencoba masuk ke aplikasi chat yang biasanya Reza kunci dengan password terpisah. Anehnya, sandi itu sama seperti sebelumnya. Bodohnya kamu, Mas… terlalu percaya diri. Saat layar terbuka, Arini melihat banyak percakap

