“Mas Qi enggak butuh bantuan, apa?” tanyaku saat melihat Mas Rifqi terus sibuk sejak tadi, mempersiapkan babymoon kecil-kecilan yang tinggal berangkat besok. Besok rencananya dari rumah sakit kami akan langsung ke bandara. Aku tidak perlu pulang agar tak memakan waktu untuk bolak-balik. “Enggak perlu, kamu cukup istirahat banyak-banyak aja. Jangan sampai kelelahan.” “Tapi masa semuanya Mas packing sendiri?” “Enggak banyak, kok. Satu koper aja cukup, tapi yang besar. Mas bawa yang ukuran dua puluh enam inchi.” “Enggak bawa yang ukuran kabin aja?” “Kalau ukuran kabin, enggak muat buat berdua. Kalau bawa dua koper, repot. Mas enggak bolehin kamu narik koper. Jadi, paling pas ya bawa yang besar sekalian. Jadi cukup Mas aja yang bawa.” Aku tersenyum. “Oke, deh. Kalau gitu.” Semakin hari,