Aku tidak pernah tahu, bagaimana rasanya ditolak berulang kali oleh orang yang sama. Aku juga tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan orang yang aku tolak selama ini. Karena bagiku, selama itu bukan aku, tidak masalah. Namun, sekarang aku memahami bahwa penolakan bisa mendatangkan rasa sakit dan juga kebencian. Ironisnya, meski kebencian karena sebuah penolakan mungkin bisa ditiadakan. Tapi rasa sakitnya tidak akan pernah bisa dihilangkan. Selamanya, ia akan di sana, menetap dan menunggu waktu untuk menjadi sesuatu yang biasa. Mungkin karena itulah, memaafkan kesalahan orang lain termasuk perbuatan yang mulia. "Oi, Ga!" Panggilan cukup keras itu membuatku menoleh, menatap Febri yang hari ini kembali mendapat giliran dinas bersamaku. "Kenapa kamu?" tanyanya rada cemas. Aku hanya men

