Pagi datang, cahaya matahari bersinar hangat menerobos celah ventilasi yang terbuat dari kayu berukir. Biasnya juga menembus kaca jendela kaca yang mengelilingi kamar itu, dimana penghuninya masih terlelap di balik selimut. Karel terusik merasakan cahaya menembus kelopak matanya, dia membuka mata dan langsung mengerjap silau. Ketika hendak bergerak, tangannya terasa berat. Dilihatnya Via yang masih terpejam dengan napasnya yang teratur, pertanda jika dia masih lelap dalam tidurnya. Karel tersenyum, dia kembali merebahkan kepalanya dan memandangi wajah cantik tanpa riasan itu. Tawa kecil keluar dari bibirnya, ketika mendapati ada bercak merah kecil tersebar di bahu dan leher wanita itu. "Via-ku yang cantik!" bisiknya, dibelainya pipi istrinya itu dengan penuh cinta. Tak bisa digambarkan