Pikiran Jenie terbelah, ia tak bisa berhenti memikirkan Rama tapi juga tak bisa menahan sakit luar biasa yang baru pertama kali ia rasakan. Saat ini ia dan Rama tengah dalam perjalanan ke rumah sakit di antar taksi yang sebelumnya mengantarkan Rama pulang. Mobil Rama tak bisa langinia kendarai setelah mengalami kecelakaan, ia pun menghentikan tikan paksa taksi yang kebetulan lewat. “Tak bisakah lebih cepat?! Istriku sangat kesakitan!!” bentak Rama pada pengemudi taksi yang ia tumpangi. Ia sama sekali tak memikirkan kondisinya, meski kepalanya berdenyut sakit, darah terus mengucur, baginya yang lebih penting adalah Jenie. Merasakan Jenie semakin kuat mencengkram tangannya, pastilah karena berusaha menahan rasa sakit yang ia rasa. “Ti- tidak apa-apa aku–” Jenie tak dapat melanjutkan ucap

